bagian 25

315 75 30
                                    

Denise terdiam, dia menautkan jari-jari dan mengadunya secara terus menerus, menyembunyikan rasa gugup dan canggung. Didalam mobil terasa begitu sunyi, segala yang bersuara lirih seperti bisikan terdengar begitu keras seolah bisa memecahkan gendang telinga mereka.

"Rileks, nyonya!" Tegur Jungkook yang menyadari keanehan atmosfer di dalam mobil.

Mata Denise menatap Jungkook dengan menyalang. "Aku baik-baik saja. Aku tidak gugup."

Jungkook tercengang. Ini adalah kali pertama dia melihat Denise bersikap tidak masuk akal. Dia tidak mengatakan bahwa Denise tengah gugup namun bibir Denise sendiri yang menyebutkan hal tersebut. Jungkook tersenyum geli dalam diamnya. Dia membuang pandangan kesisi luar jendela mobilnya. Ada senyum yang terus mengembang.

"Apa kau menertawakan ku, eoh?!" Tuduh Denise dengan mata memicing.

Jungkook membalas tatapannya dengan lembut. "Aku tidak berani, nyonya. Kau yang berkuasa sekarang. Aku hanya berfikir, betapa menyenangkannya, aku bisa melihat sifat manusiawi mu sepanjang hari. . . ." Gumam Jungkook meratapi nasibnya yang harus berpisah dengan Denise selaku istrinya. Dia memikirkan nya sejenak, setengah dari kehidupan yang dijalaninya selalu seorang diri. Ayah dan ibu Jungkook terlalu sibuk hanya sekedar untuk saling menyapa. Dia mampu menghitung berapa jam dalam satu tahun Jungkook dapat melihat wajah kedua orang tuanya. Konyol! Dia tidak benar-benar seorang yatim piatu namun semua terasa sama baginya. Dan Kini dalam kehidupannya nama Denise dan namanya tertulis berdampingan dengan begitu rapi di dalam salah satu berkas yang ada di biro catatan sipil, namun kembali dia harus menelan kenyataan pahit. Perubahan dalam status nya tidak lantas membawa perubahan pula pada kehidupannya yang selalu kesepian. Jungkook mengasihani dirinya sendiri. Gelar yang selalu di sematkan pada dirinya seperti omong kosong. Hanya sebuah lelucon konyol semua orang.

Denise melihat perubahan suasana hati Jungkook. Dari sorotan matanya dia dapat melihat kesepian yang menyakitkan. Gurat kesedihan tergambar jelas di wajahnya. Denise bukanlah gadis bodoh yang buta akan informasi dari yang remeh hingga ke tingkat berat. Sedikit banyak Denise mengetahui seluk-beluk tentang kehidupan Jungkook saat dia akan pergi ke biro catatan sipil untuk mendaftarkan pernikahan mereka.

Merasa bersalah! Denise merasa bersalah terhadap Jungkook. Tidak seharusnya dia berlari dari kenyataan bahwa dia telah menjadi seorang istri. Dan sudah sepatutnya mereka bersama, melewati suka dan duka, sehat dan sakit, serta senang dan susahnya kehidupan dengan bersama-sama.

Denise berdeham mengurangi kecanggungan dan kegugupan pada dirinya. "Se. . . Setelah kembali dari tempat Dita eonni. . . Kita pulang ke apartemen ku. Ba. .bantu aku mengemasi barang-barang yang akan ku bawa ke . . . kerumah mu." Ujarnya terbata-bata karena gugup dan malu.

Ciiitttttttttt

Derit suara rem yang memekakkan telinga. Jungkook menginjak pedal rem Secara tiba-tiba. Dia menatap Denise dengan keterkejutan yang luar biasa tergambar diwajahnya. " Apa? Apa kau mengatakan. . . . Kau akan pulang bersamaku kekediaman kami, eoh?" Bibir Jungkook bergetar saat mengucapkan setiap kata yang ada.

Denise menyembunyikan kegugupannya dengan sempurna, dia menatap Jungkook datar dan berkata. " Jangan katakan aku tidak diterima di kediaman Jeon-mu, tuan Jungkookie. Karena aku tidak perduli, aku akan membobol rumah mu dengan kekuatan statusku sekarang." Ancam Denise dengan penuh kepercayaan diri.

Senyum cerah mengembang di wajah Jungkook. "Tentu, nyonya. Aku bahkan sudah bersiap merobohkan gerbang serta pintu kediaman kami kalau-kalau mereka menghambat perjalanan mu." Sergah Jungkook menimpali gurauan Denise. "Jadi. . . . Kau benar-benar akan kembali bersama ku, hmm?" Tanya Jungkook lagi.

Denise mengerucutkan bibirnya. Dia menimbang-nimbang jawaban apa yang harus dia berikan pada Jungkook. "Mmmmm. . . . Kurasa sudah waktunya bagi kami memulai kehidupan berumah tangga yang sesungguhnya. Aku kesepian. . . Terlihat atau tidak, faktanya aku benar-benar merasa kesepian setiap kali berada di apartemen seorang diri.  Dan aku ingin merubah segalanya. Aku ingin memulai segalanya dengan mu, mulai dari 0. Aku ingin menunjukkan pada ayahku, bagaimana memperlakukan seorang anak yang semestinya. Aku akan memberikan banyak cinta untuk anak dan suamiku. Aku akan menjanjikan kesetiaan ku padamu." Terang Denise yang membuat Jungkook merasa tersentuh.

Jungkook mengulurkan tangannya dan menggenggam tangan Denise. "Percayalah padaku. Peganglah janjiku. Aku Jeon Jungkook, akan memberikan kehidupan yang lebih baik untuk mu. Aku akan memberikan hidupku untuk mu, Denise. Sama seperti kau menjanjikan kesetiaan mu padaku. Aku akan membuat mu bahagia. Kau tidak akan mengalami kerugian apapun karena telah menikahi ku." Perkataan Jungkook membuat hati Denise terasa hangat. Untuk kali pertama seseorang menjanjikan kebahagiaan dan kehidupan lebih baik untuknya. Dia terlarut dalam suasana, dengan pelan Denise semakin mencondongkan tubuhnya mendekati Jungkook. Menyadari pergerakan tersebut, Jungkook tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan atau mungkin dia takut jika Denise tersadar dari tindakan agresif nya. Belum sepenuhnya mendekat dan dia lebih dulu meraih tengkuk Denise, mempersempit jarak diantara mereka. Jungkook meraup bibir Denise dengan bibirnya. Satu tangan lagi dia letakkan di leher Denise yang jenjang, memberinya sentuhan lembut agar Denise semakin terbuai dalam ciuman mereka. Lidah mereka saling beradu dengan liar dan panas. Tidak berhenti sampai disitu, Denise benar-benar terpengaruh, dia melingkarkan lengannya di leher Jungkook, dan memeluknya semakin erat, membuat tubuh diantaranya tidak terpisahkan oleh jarak. Bagian tubuh Denise yang menonjol menekan dada bidang Jungkook yang membuat Jungkook semakin kehilangan akal. Dia bersiap pergi ke sesi berikutnya sebelum. . . . .

Tin. . . Tin. . . Tin. . .

Suara klakson mengejutkan mereka.

Eoh shit!___  umpat Jungkook dalam hati.

Denise panik dan wajahnya seperti kepiting rebus.

"Sebaiknya kita lanjutkan perjalanan, dan menyelesaikan masalah Taehyung secepatnya." Saran Jungkook berusaha mengendalikan suasana di antara mereka agar tidak jatuh kedalam situasi yang Canggung.

Denise mengangguk setuju. " Ya, masih ada dua jam perjalanan untuk mencapai kediaman mereka. Kita tidak boleh membuang waktu."
.
.
.
.
.
.
"Apa yang kau lakukan sayang?" Suara bass Taehyung mengejutkan dita yang tengah mencuci wajahnya. Dita terlihat begitu panik melihat jarak diantara mereka cukup dekat.

"Wajahku sedikit berminyak terlalu lama berada di dapur, aku hanya membersihkannya." Jawab Dita berbohong.

Taehyung menatap lekat wajah istri yang dicintainya. "Kau terlihat begitu pucat, apa kau sakit, sayang?!" Tanya Taehyung lagi.

Dita menggelengkan kepalanya pelan. "Aku baik-baik saja, hanya sedikit kelelahan. . . Sedikit istirahat semua akan baik-baik saja." Jelasnya sembari menenangkan suaminya yang terlampau khawatir.

Taehyung memukul pelan kepala Dita. " Berapa kali aku harus mengingatkan mu untuk istirahat, hm?! Kau melakukan segalanya sendirian. . . Kami bisa memperkerjakan warga lokal dengan kami, tapi kau terus menolaknya. Sekarang lihatlah dirimu. Kau terlihat semakin kurus . . . Ayah akan membunuhku begitu dia melihat kondisi mu sekarang." Gerutu Taehyung menegur Dita yang hanya ditanggapi dengan senyuman lemahnya.

"Tidak di perlukan. . Aku ingin melayani mu dan anak kita seperti layaknya ibu serta istri pada umumnya, Tae. Kumohon. . . Mengertilah. . Hmmm?!" Kata Dita dengan wajah yang memelas dan sialnya tindakan tersebut adalah senjata terampuh yang tidak akan pernah bisa diabaikan oleh seorang Kim Taehyung.

Larut dalam obrolan, Dita dan Taehyung tersadar saat suara langkah kecil terdengar semakin dekat. "Ibu. .  . Ayah. . . Bibi Denise dan Paman Jeon datang ingin menemui kalian." Teriak Justin di ambang pintu kamar mereka.

Dita dan Taehyung saling berpandangan. Dahi Dita berkerut dengan dalam. "Tidak biasanya mereka datang bersama. . ." Gumam Dita berjalan meninggalkan Taehyun yang mengekorinya dibelakang.
.
.
.
.
.

"Apakah di kota sedang hujan badai?!" Tanya Dita saat melihat Denise dan Jungkook terlihat damai tanpa percekcokan.

Denise dan Jungkook kaget dengan kemunculan Dita dan Taehyung yang tiba-tiba. Mereka panik juga gugup. "Eonni!" Sapa Denise kemudian.
.
.
.
.
.
Etsssssssssss lanjutnya besok ya. . . . Kalo gak sibuk.🙏🙏

Detik-detik menjelang BooM

💜💖💜💖💜💖😘😘😘😘😘 Hobi baruku. Edit gak jelas. Anggep permintaan maaf karena lama up nya.

terimakasih untuk waktumu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang