bagian 16🔞🔞

927 93 8
                                    

Dita pov

Terhitung sudah 3 Minggu Taehyung berada di Daegu untuk mengurus bisnisnya. Dan selama 3 Minggu pula kami tidak saling menghubungi.

Merasa kehilangan?! Ya, tentu aku merasa kehilangan dan kesepian. Selama Taehyung bersamaku dia terus bersikap manis dan membuatku semakin percaya diri akan perasaan kami satu-sama lain.

Aku selalu berfikir positif tentang bagaimana dia tidak menghubungiku sama sekali. Aku selalu menanamkan pemikiran, bahwa Taehyung ku sedang sibuk. Dia tidak ingin berada terlalu lama di Daegu, untuk itu dia berusaha lebih keras tanpa henti agar bisa kembali lebih cepat.

Aku baru saja menyelesaikan rutinitasku menyegarkan diri, aku sekarang berdiri tepat didepan cermin bersiap untuk menyisir rambut panjang ku namun sesuatu yang ku benci secara tiba-tiba merembes keluar. Darah segar mengotori wajah yang sudah ku cuci bersih. Gaun sutra putih kini berbercak merah seperti mawar merah merekah sebagai pemanis di atas Kanvas kosong.

Ini adalah hal yang paling ku benci. Darah yang mengucur dari hidungku adalah bukti bahwa aku cacat. Hidupku tidak lebih dari seteguk air penghilang dahaga. Marah?! Tentu. Tapi aku tidak benar-benar bisa melakukannya.

Aku hanya sedikit diambang dilema. Saat Taehyung mulai memberikan cinta yang ku inginkan saat itu pula umurku semakin berkurang. Aku manusia biasa, dan aku egois. Aku berharap bisa memperpanjang sedikit usiaku agar aku bisa merasakan bagaimana Taehyung melimpahiku dengan kasih sayang. Namun saat itu berjalan aku kembali menginginkan waktu, waktu dan waktu.

Aku mengusap hidungku dengan kasar. Aku berlari ke kamar mandi, mengisi bak mandi dengan air yang penuh. Begitu air mulai meluber, aku menenggelamkan seluruh tubuhku tanpa menyisakan satu inci di permukaan.

Air dalam bak mandi menjadi merah tercampur dengan darah. Terlalu banyak darah yang ku keluarkan kali ini. Nafasku nyaris habis dan aku meraup udara begitu aku keluar kepermukaan bak mandi.

Deru nafasku memburu. Air dingin didalam bak mandi menjaga kewarasanku. Aku menangis sesegukan seorang diri. Didalam lubuk hatiku yang terdalam aku menguntai permohonan agar Tuhan mau berbelas kasih dan memberi ku sedikit lebih banyak waktu.
.
.
.
.
Waktu menunjukan pukul 09 malam. Entah kenapa hatiku merasa tidak nyaman. Sesuatu yang besar seolah terjadi tanpa aku ketahui. Perasaan ini seperti saat aku membawa vereon dalam perjalanan kerumah sakit terakhir kali. Dadaku terasa nyeri dan desir kekhawatiran serta rasa tidak tenang terus menyelubungi diriku.

Hari ini hujan Bandai mengguyur sebagian besar kota Seoul tidak terkecuali dengan tempat ku berada. Gemericik suara air hujan menghantam tanah, menghantam atap terus mengalun sepanjang hari.

Aku berjalan kearah jendela yang terbuka, menghubungkan dengan balkon yang menghadap kearah gerbang Mension park. Entah kenapa lubuk hati ku menggiring ku untuk pergi ke sana.

Mataku nyaris keluar saat aku mengedarkan pandanganku, aku melihat Taehyung duduk bersandar di dinding gerbang Mension kami. Dia seperti gelandangan yang tidak memiliki tempat untuk singgah. Kepalanya terus menunduk dan lengannya melingkari lutut yang terlipat didepan dadanya. Dia menyembunyikan kepalanya disana tanpa bergeming.

Aku pergi menghampirinya tanpa berfikir panjang. Bahkan aku melupakan payung yang seharusnya ku kenakan.

"Kim Taehyung! Apa yang kau lakukan?! Kenapa kau berada diluar saat hujan lebat seperti ini. Tidak bisakah kau menghubungiku, hmm?! Ayo kita masuk. Kau akan jatuh sakit jika terus seperti ini, Tae. Ayo. . .!" Aku terus berusaha menarik lengan Taehyung agar berpindah dari tempatnya. Namun dia benar-benar keras kepala.

"Ada apa? Apa yang terjadi? Katakan padaku. Kau membuatku takut, Tae. Katakan atau aku akan mengabaikanmu." Ancamku yang membuat Taehyung secara spontan mendongakkan kepalanya, menatapku menyalang.

terimakasih untuk waktumu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang