Kami baru saja memasuki area funworld. Kulihat mata Justin berbinar melihat banyaknya wahana permainan yang tersedia.
"Apa ini kali pertama kau pergi ketempat ini, hmm?" Dita menyetarakan tingginya dengan Justin. Tangannya terulur merapikan penampilannya yang sedikit berantakan.
Justin mengangguk ribut. Melihat tingkah polahnya, membuatku tidak dapat menahan tawa geli. Dia benar-benar terlihat imut saat bertingkah layaknya bocah seusianya.
"Apa kalian ingin ice cream, hmm? Disana ada ice cream yang sangat enak." Ucapku sembari menunjuk kedai ice cream yang ku kenali sebagai penyedia ice cream terenak sepanjang ingatanku.
"Eoh?! Kau juga pergi ke tempat itu, sebelumnya?" Tanya Dita padaku dengan wajah takjub.
Aku ingin tertawa terbahak-bahak melihat reaksinya mendengar fakta tersebut. Sejujurnya aku tidak begitu menyukai ice cream namun aku pernah membuntuti Dita dan teman-temannya saat di bangku sekolah dan menyempatkan diri mengunjungi kedai tersebut.
Sejak penemuan itu, setiap kali aku dalam mood yang buruk, aku akan menyempatkan diri mengunjungi kedai ice cream dan menikmati rasa yang biasa Dita miliki.
"Tentu saja. Bagaimanapun aku juga pernah muda. Pergi ke tempat seperti ini dan mengunjungi pemilik rasa terbaik adalah hal yang tidak boleh kita lewatkan." Aku memuntahkan omong kosong padanya. tentu saja aku akan melakukannya, tidak mungkin mengakui padanya bahwa aku sering membuntutinya seperti penguntit.
Melihat tubuh kecil Justin dan tangannya yang berada didalam genggaman Dita sedikit membuatku merasa kasihan. Langkahnya cukup kecil sementara jarak yang kami tempuh sedikit agak jauh tentu hal itu akan membuatnya cepat kelelahan sebelum kami memulai permainan.
"Kemarilah. . . . Biar Daddy menggendong mu." Ucapku meraih tubuh kecilnya tanpa menunggu persetujuan dari pihak lain.
Aku bisa melihat keterkejutan serta kebahagiaan dimata orang yang ku cintai. Dita tersenyum lebar. Dia mendekat ke arahku dan tangannya merangkul kami berdua secara bersamaan, dia juga mengusap lenganku dengan lembut.
Kami berjalan menuju kedai ice cream. Seorang pegawai terkejut begitu melihat kehadiran kami.
"Taehyung-ah! Kau kembali lagi." Sapanya padaku.
Aku melihat Dita yang terus mengamatiku. Wanita didepan kami adalah pegawai yang sudah lama menjaga kedai ice cream ini. Aku yakin dia juga mengenali Dita, namun akulah yang lebih melekat diingatannya karena beberapa bulan belakangan ini aku selalu menyempatkan waktu untuk berkunjung ke kedai, karena pertengkaran antara aku dan Dita benar-benar membuatku nyaris gila.
"Ya. . ." Jawabku dengan canggung.
"Kau sering kemari?" Tanya Dita padaku. Dia memicingkan matanya menatapku dengan curiga.
"Eoh! Bukankah kau gadis yang sering datang kemari bersama teman-teman mu saat masih disekolah? Ya Tuhan! Kalian bersama?! Dan ini. . ." Pegawai bernama Nayeon terus mengamati Justin yang berada didalam gendonganku.
"Dia Justin Kim, anak kami." Sergahku sebelum dia sempat bertanya.
"Eoh. . . Pria kecil yang manis. . . Kemarilah. . . Biarkan bibi ini melihatmu. Aku akan memberikan ice cream gratis untuk mu sebagai hadiah pertemuan pertama kita." Nayeon Noona terlihat begitu senang bertemu Justin dan Dita, terbukti dari cara dia yang terus berbicara pada mereka tanpa memperdulikanku.
Selama berada di kedai baik Justin maupun Dita dibuat tertawa oleh tingkah absurd Nayeon Noona. Dia membuka semua aibku termasuk kisah tragedi dimana Nayeon Noona memergokiku menguntit Dita di masa lampau. Dan hal itu sukses membuatku ingin melempar diriku sendiri ke dalam lubang gua. Dita terus menerus melemparkan senyum mengejek padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
terimakasih untuk waktumu
Fanfictionjika orang berfikir menikahi seorang CEO tampan, pendiam dan sempurna adalah hal terbaik sepanjang hidupmu, tapi tidak denganku. aku begitu mencintai suamiku, aku melakukan segala hal agar aku bisa bersanding dengannya. namun hal ini menjadi semakin...