bagian 36

726 87 75
                                    

10 tahun telah berlalu semenjak kepergian Dita dari kehidupan Taehyung dan Justin. Taehyung menjadi orang tua tunggal baginya, namun kehidupan mereka tidak seburuk apa yang akan kebanyakan orang pikirkan. Taehyung menjanjikan kehidupan penuh kebahagiaan untuk Justin sama seperti apa yang dijanjikannya pada Dita semasa hidupnya. Namun hal tersebut harus kandas kala itu dengan adanya begitu banyak badai didalam rumah tangga mereka.

Kini Justin sudah beranjak dewasa. Dia berusia diakhir 15tahun, akhir bulan ini.

Seperti biasa, setiap pagi sebelum berangkat ke kantor, aku akan mengantarnya ke sekolah terlebih dahulu.

"Ayah, apa tanganmu lebih baik?" Anakku sangat manis seperti Dita. Dia begitu perhatian padaku dan memperlakukan dengan sangat baik.

Seperti saat ini, semenjak kepergian istriku, kondisi tanganku semakin buruk, otot-otot telapak tangan ku mengalami kerusakan cukup serius akibat dari tindakan ku yang impulsif setiap aku melukai dita, sebelumnya. Dan sekarang aku menuai hasilnya. Terkadang secara tiba-tiba tanganku akan mengalami kejutan, sulit untuk ku kendalikan dan hal tersebut selalu membuat anakku khawatir. "Ini lebih baik, selama aku meminum obat, kurasa semua akan baik-baik saja."

Dari sudut mata dapat kulihat Justin mengerucutkan bibirnya. Aku tidak memprotesnya, ini hal yang wajar. Kami begitu dekat, sangat dekat. Tidak ada rahasia di antara kami. Semua akan bersikap terbuka untuk satu sama lainnya.

Saat bekerja aku akan terlalu larut didalam-nya sampai pada titik dimana aku akan melupakan obat ku yang harus ku konsumsi dan jam makan ku setia hari. "Aku berjanji akan meminumnya J-ya!"

Justin mendengus keras. "Sudah kukatakan padamu, ayah. Sebaiknya kami mengambil seorang supir. Menyetir mobil seorang diri tidak baik untuk mu. Aku sangat khawatir. ."

Selalu mempermasalahkan hal yang sama. Dia benar-benar seperti Park Jinny, bibinya. "Ya. . . Ya. . . Ya. . . Aku akan meminta Paman mu agar mencarikan seorang supir untuk ku, apa kau puas, tuan muda." Tanya ku mengejeknya.

"Lebih baik. Ini demi kebaikanmu, ayah. Jika aku tidak menyayangi mu aku akan membiarkan kau melakukan apapun yang kau mau, aku tidak akan perduli, bahkan jika kau tersambar petir sekalipun. Tapi aku menyayangimu. Aku tidak ingin hal buruk terjadi padamu."

Eoh, aku ingin menangis. Justin begitu mencintaiku. Bagaimana bisa aku mengabaikan fakta ini. Dia merawatku disaat aku terpuruk. Justin benar-benar anak ku dan Dita. "Baiklah tuan muda, sekarang kau sudah sampai di sekolahmu. . Nikmati hari sibukmu dan ingat, jangan membuat onar!" Kataku tegas padanya.

Dia menghela nafas panjang. "Seolah-olah aku pernah melakukannya, huh?!"

Aku tertawa terbahak-bahak, bagaimana Justin mendengus terdengar begitu lucu. Dia berjalan tanpa berpamitan pada ku. Kulihat punggung tegap nya, dia benar-benar sesuatu. Aku tidak menyangka, bahwa aku akan mampu membesarkan Justin seorang diri hingga sejauh ini.

Memikirkan Justin membuatku teringat akan permintaannya.  Aku segera meraih ponselku dan melakukan panggilan pada Suga Hyung.

Other side.

"Siapa yang menelpon pagi-pagi, hhuhuuhhhh!!!!!" Suga mengutuk siapapun yang berani mengganggu pagi sibuknya. Dengan penuh amarah dia meraih ponsel di nakas dan terkejut, panggilan tersebut dari Taehyung. Sesuatu yang tidak biasa.

"Taehyung-ie, Kenapa kau menelpon ku pagi-pagi sekali, huh?!"

Suga menerima telepon dari Taehyung sembari terus melakukan pekerjaannya.
Eoh Tuhan, Suga benar-benar murka, dia ingin menelan manusia. Seseorang menumpahkan  susu coklat diatas berkas-berkas-nya. Suga sangat tahu ulah iblis mana yang telah menguji iblis Suga untuk bangun dari tidurnya. "JEON DAEHWI! JULIA KIM! MIN JIMIN!  aku akan mengikat tangan kalian dan melemparkan kalian kekandang kelinci, JEON DAEHWI, MIN JIMIN AKU BENAR-BENAR AKAN MEMUKUL PANTAT KALIANNNNNNN!!!"

terimakasih untuk waktumu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang