bagian 30

315 73 17
                                    

Langkah tergesa-gesa, deru nafas memburu, dada kembang kempis, dan begitu sesak.

"Ahjussi!! Ahjussi!! Buka pintunya!!!!" Teriak seorang gadis dari luar.

Pria bertubuh atletis tanpa sehelai kain yang menutupinya, masih terus terlelap tanpa memperdulikan keributan dari balik pintu apartemennya.

"Ahjussi! Buka pintunya! Kumohon. . . Ahjussi!!" Suara parau penuh kesakitan mulai memasuki pendengarannya meskipun samar-samar. "Kumohon buka pintunya, ahjussi!"

.
.
.
Mata masih terasa begitu lengket. Ada sensasi pedih disana. Eogh!! Siapa yang membuat keributan di pagi buta seperti ini. Dimana sopan santun mu.

Gerutu pria tersebut dalam hati sembari berusaha sekuat tenaga untuk membuka matanya yang terasa lengket seperti perekat.

Hanya dengan selimut tipis melingkari pinggangnya, dia berjalan dengan langkah gontai. Masih merasa malas dan kesadaran belum sepenuhnya kembali padanya. Beberapa kali langkahnya terantuk benda-benda yang berada di depannya. "Berhenti menggedor pintu ku, kau akan merobohkannya, bodoh!!. Ya Tuhan, siapa yang berani mengganggu tidurku!" Teriaknya dari dalam apartemen dengan kencang.

Pintu telah dia buka, sesosok gadis bertubuh mungil dengan mata sembab menatapnya begitu nanar. Dia menangis sesegukan. Dan berlari menerjang tubuh pria dihadapannya tanpa perduli dengan penampilan pria tersebut.

"Jinny-ya?! Apa yang terjadi? Kenapa kau menangis, huh?!" Suga terkejut melihat kehadiran Jinny di depan pintu apartemennya. Dan yang lebih membuatnya kaget adalah kondisi Jinny terlihat begitu menyedihkan. Matanya sembab, dia terus menangis sesegukan. "Berhentilah menangis, dan jelaskan padaku apa yang telah terjadi!" Perintahnya.

Jinny tidak menghiraukan perintah Suga, dia terus menangis sesegukan. Hatinya masih terlalu sakit dan khawatir. Emosinya begitu labil, dia berusaha menahan tangisnya namun itu terlalu sulit untuk dilakukan. "Eoh ayolah Jinny-ya. . . Kau bisa membuatku gila!" Geram Suga memeluk erat berusaha menenangkannya.

Suga menggiring tubuh lemah Jinny, membawanya ke ruang tamu. Dia mendudukkannya. Tanpa meninggalkan dekapan hangat dari Suga.

Cukup lama mereka dalam posisi itu. Tidak ada diantara mereka yang berusaha untuk membuka suara. Hingga saat Suga merasa Jinny sudah mulai lebih baik. "Apa kau sudah lebih baik, eoh?" Tanyanya lembut.

Tidak ada Jawaban, hanya sebuah gumaman yang terdengar.

"Apa kau akan berbicara?" Tanya Suga lagi.

Jinny semakin membenamkan wajahnya ke dada bidang Suga. "Apa yang harus ku lakukan, ahjussi. Kakak ku mengetahui kebenaran tentang orang tua somi. Di pergi menyerahkan diri ke polisi. Apa yang harus ku lakukan. Ayah tidak berada ditempat, aku kesulitan menghubungi Taehyung oppa. . . Apa yang harus ku lakukan..."

"Apa?! Apa yang kau bicarakan?!" Pekik Suga kaget. Suga meraih lengan jinny dan sedikit menggesernya, agar dia dapat melihat wajah serius gadis yang dicintainya.

Tangan halus Jinny mengusap wajahnya yang lusuh akan air mata. "Kakak ku kembali di pagi hari, dia memintaku agar menjaga Justin, dan tidak lama dia pergi ke kantor polisi menyerahkan diri. Dia mengambil semua berkas dan beberapa barang bukti yang disembunyikan ayahku. . . Ahjussi, apa yang harus kulakukan. . "

Tubuh Suga menegang. "Apa dia gila?! Bagaimana ini bisa terjadi, siapa yang sudah memberitahunya?!"

Jinny menggelengkan kepalanya pelan. "Apakah itu penting, eoh?! Yang terpenting adalah solusi untuk mengeluarkan kakak ku. . . Ayahku berada di Phoenix, aku tidak bisa menghubunginya. Aku tidak tau apa siapa aku harus meminta pertolongan. Kau adalah satu-satunya yang ku kenal. Bisakah kau membantuku mengatasinya, kumohon. . . ." Kata Jinny dengan wajah memelas.

"Oke, tunggu sebentar. Aku akan memakai baju terlebih dahulu. . ."

Otak Jinny  seketika berhenti bekerja. Matanya perlahan menelusuri garis depan pandangan-nya. Dan. . .  "Aaagggghhhhh.  .  Kau cabul! Menjijikan! Berapa usia mu, kenapa kau telanjang saat tidur!? Apa kau tidak punya rasa malu, huh?!" Bentaknya penuh emosi.

"Siapa yang menyuruhmu menggedor pintu ku di pagi buta, huh?! Lagipula dimana letak kesalahannya, ini rumahku bahkan jika aku telanjang sepanjang waktu itu bukan urusanmu. Nikmati saja apa yang tersaji." Sergah Suga tidak mau kalah.

Jinny mendengus keras. "Aku masih dibawah umur jika kau lupa, ahjussi." Katanya mengingatkan.

"Cih!" Decih Suga mencela pembelaan Jinny. Dia tidak ingin memperburuk keadaan. Kedatangan Jinny disaat terpuruk memberinya isyarat bahwa Jinny begitu membutuhkannya dan dia begitu berarti bagi Jinny.
.
.
.
.
Other side.

"Seokjin-ah! Maaf mengganggumu. Bisakah kau datang ke kantor polisi, huh?" Tanya Suga di seberang telepon.

"Apa yang terjadi? Kenapa harus ke kantor polisi?" Tanya seokjin

"Dita menyerahkan diri atas kasus tabrak lari yang mengakibatkan sepasang suami istri kehilangan nyawanya." Jelas Suga melalui panggilan telepon.

"Apa?! Dita mengalami kecelakaan?!" Pekiknya terkejut.

"Ini tentang orang tua Somi." Kata Suga singkat.

"Apa?! Apa yang terjadi? Bagaimana bisa menjadi seperti ini?! Bagaimana dengan Taehyung? Apa dia mengetahuinya?"

"Aku sudah berusaha menghubunginya, namun hasilnya nihil. Aku dan Jinny akan pergi ke kantor polisi. ."

"Ya! Aku akan mencari Taehyung. Saat aku menemukannya, kami akan segera menyusul kalian." Seokjin memotong ucapan Suga sebelum dia bisa menyelesaikan-nya.

.
.
.
.
.

Tungguin ntar up lagi. Setelah jemput anak sekolah😂😂😂😂

terimakasih untuk waktumu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang