Part 3 (2012)

852 70 0
                                    

Tahun 2012

"Ya ampun Rasya keterima di Royal University Lin?" terdengar suara serak seorang perempuan.

"Iyaa, dijurusan Bisnis International", Saura mendengar suara mamanya dari kejauhan menjawab pertanyaan tersebut.

Mendengar percakapan itu, Saura kembali menguyah coklat batangan ditangannya dengan rakus.

"Adudududu" Perempuan bersuara serak itu kembali berbicara, dia adalah Tante Ria teman Mama Saura "Sudah cantik, pintar lagi, beruntung sekali kamu Lin punya anak seperti Rasya"

"Ah bisa aja kamu," sahut Mama Saura sambil meletakkan cookies dan dua cangkir teh dihadapan Tante Ria seraya duduk disebelah perempuan itu.

Tante Ria kemudian melirik ke arah tembok ruang tamu keluarga Saura. Tembok tersebut dihiasi oleh frame-frame potret keluarga Saura. Namun sebagian besar dihiasi oleh potret diri Rasya yang memenangkan berbagai jenis kompetisi yang diikuti gadis itu.

"Yang biru itu Rasya menang lomba apa Lin?" Tanya Tante Lina sambil menunjuk salah satu frame.

"Itu lomba modelling Ria"

"Wah Rasya tinggi juga yaa" kata Tante Ria penuh kekaguman.

"Iya tinggi 175 Ri"

"Haduh mau jadi model pun Rasya bisa ya Lin, otaknya juga encer, masa depannya cerah banget pasti"

Mendengar kata-kata tersebut Saura kembali mengunyah coklat batangannya dengan lebih cepat, begitu cepatnya sampai dia dapat merasakan coklat tersebut mengenai bibir luar dan pipinya.

Tapi Saura tidak peduli.

Ia terus mengunyah dan mengunyah terus. Hingga ia dapat melupakan semua percakapan yang Ia dengar barusan. Melupakan kalau kakaknya akan selalu mendapat pujian.

Merasakan makanan kesukaannya seperti ini dapat membuat Saura melupakan semua tekanan yang selalu ia terima. Melupakan kalau dia tidak sehebat kakaknya.

Dan tidak akan pernah sehebat kakaknya.

"Oh ya anakmu yang kedua kemana Lin?"

"Saura?" Kata Mama Saura. Mama Saura lalu melihat kesekeliling, Ia baru menyadari kalau anak bungsunya tidak terlihat daritadi. Padahal sebelum Tante Ria datang, Saura sedang membantunya memasak di dapur.

"Ra ... Sauraaa" Panggil mamanya. Namun tidak ada jawaban.

Saura mendengar suara panggilan mamanya, namun Saura tetap tidak bergeming. Gadis berusia 15 tahun itu tetap meringkuk bersembunyi dibalik tangga. Tangga tersebut berada cukup dekat dengan ruang tamu, sehingga Saura dapat mendengar seluruh obrolan antara Mama Saura dan Tante Ria dengan jelas.

Awalnya ketika Tante Ria datang, Saura ingin menyapa sahabat mamanya tersebut. Namun ketika kata 'Rasya' adalah kata pertama yang terucap dari bibir perempuan itu. Saura langsung bersembunyi dibalik tangga. Mengurungkan niatnya untuk menemui perempuan itu. Saura sudah tau kalau setelah kata 'Rasya' diucapkan akan ada kalimat-kalimat yang tidak ingin Saura dengar.

Tangga ini selalu menjadi tempat persembunyian Saura, ketika ia tidak ingin bertemu siapapun dan ketika Ia tak ingin mendengar komentar apapun mengenai dirinya.

"Saura gendutan ya"

"Masih SMP tapi segendut ini"

"Kulitnya item banget, sering main layangan ya?"

"Serius ini adeknya Rasya? kok beda banget"

"Saudara tapi kok beda banget"

Semua kata-kata itu kembali berputar dikepala Saura. Semua kata-kata yang dilontarkan dari orang-orang disekitarnya, entah dari keluarga, teman-teman Papa atau Mamanya, Teman-teman sekolahnya atau orang yang baru mengenal keluarga mereka. Air matanya selalu berlinang apabila mengingat dirinya yang selama bertahun-tahun selalu menerima hinaan tersebut.

Unmoveable [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang