Part 23 [2017]

565 68 3
                                    

Tatapan mencela dan bisikan riuh penuh nada merendahkan mengiringi jejak langkah Naya ketika gadis itu menelusuri koridor Fakultas Teknik pagi itu.

Komentar-komentar di intagram Naya seolah Ia dengar secara lisan saat itu.

Senin pagi kali ini terasa seperti neraka bagi Naya. Tadi pagi Ia memaksakan dirinya untuk bangun dan pergi kuliah hari ini.

Hanya dalam satu malam, kehidupan Naya berubah drastis. Ia tidak pernah merasa begitu dibenci seperti ini.

Namun mereka salah. Ia tidak semudah itu untuk dijatuhkan.
Dia adalah Naya Wirita.

Naya menegakkan kepalanya dan berjalan dengan penuh percaya diri di lautan pandangan dan cemohan yang mengiringinya.

"Sengak banget mukanya"

"Dia kira dia cantik"

"Udah gak cantik, sombong banget lagi lagaknya"

"Baskara deserve better"

Kata-kata yang terucap dan terlontar semakin lama semakin menyakitkan untuk Naya dengar. Namun langkah gadis itu tidak gentar sama sekali, Ia tetap berjalan fokus menuju gedung Arsitektur secepat yang Ia bisa.

Namun, sialnya dari kejauhan Naya melihat sosok Baskara sedang berjalan bersama teman-temannya dari arah yang berlawanan.

Sial

Naya sama sekali tidak ada keinginan untuk bertemu dengan pemuda itu.

Sosok Baskara yang hari ini tampak tampan dengan jaket hitamnya semakin mendekat. Ditambah lagi ada Mike disebelah pemuda itu tampak sedang sibuk menceritakan sesuatu.

Naya seketika panik, gadis itu menoleh kesana kemari mencari celah agar dia tidak berpapasan dengan Baskara dan teman-temannya.

Tidak jauh dari tempat Naya berdiri terdapat pot dengan tanaman hias indoor yang cukup tinggi batangnya.

Cepat-cepat Naya berdiri dan bersembunyi dibalik tanaman hias tersebut. Ia memposisikan badannya agar memunggungi jalur koridor. Dikeluarkannya handphonenya yang masih dalam keadaan mati dan pura-pura sedang memainkannya.

Di belakangnya, Naya bisa mendengar suara Mike mulai mendekat.

"Anjir Bas, senyumnya Saura tadi manis banget ke lo" kata Mike terdengar cukup keras, "Aman gak jantung lo tadi"

Setelah perkataan Mike tadi terdengar kegaduhan dari teman-teman Baskara yang lain, tidak terdengar sedikitpun tanggapan dari pemuda itu. Walau penasaran, Naya tetap menahan dirinya untuk tidak menoleh.

"Kalau ada Saura, si Dacil itu enggak ada apanya Bas" kata Mike lagi.

Suara para pemuda itu kemudian makin menjauh, sepertinya mereka telah melewati tempat Naya berdiri.

Naya menghela napas dan memberanikan diri untuk menoleh.

Punggung dari sosok jangkung Baskara telah menjauh, sepertinya Naya sudah aman sekarang.

Diam-diam Naya melotot kesal kepunggung pemuda itu. Dari perkataan Mike sudah jelas kalau pemuda itu hanya menjadikannya lelucon.

Kata 'dacil' merefrensikan dirinya. Karena itu adalah nama olokan Mike untuk dirinya.

"Woeeee!!!"

Tiba-tiba Naya merasakan sesorang menepuk pundaknya dengan cukup keras, refleks gadis itu menoleh dan menepuk balik pelakunya.

"Anjir sakit!" Pekik Naya kepada Widji yang berada didepannya.

Aroma parfum mahal Widji semerbak tercium, pamuda itu tampak begitu berkilau dengan seluruh outfit branded yang ia kenalan dari ujung kepala ke kaki. Disebelah Widji dengan aura yang sangat bertolak belakang, Prilly berjalan dengan lesu sambil memasang wajah jutek andalan gadis itu.

Unmoveable [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang