Part 47 (2015)

552 65 55
                                    

Tahun 2015

"Barang-barangnya udah lengkap semua kan Bas?"

"Sudah Ma"

"Air mineral?"

"Roti?"

"Nametag?"

"Tugas-tugas kamu ?"

"Iya Ma ... udah semua kok"

Baskara menjawab dengan sabar semua celotehan Mamanya, yang malam itu menelpon untuk memastikan putra bungsunya telah menyiapkan dengan baik semua kebutuhan OSPEK yang akan dijalaninya mulai esok hari.

"Iya dicek ulang lagi ya Bas, nanti kalau ada yang kelupaan kamu kena hukum lho ntar" Omel mamanya yang membuat Baskara tersenyum kecil.

Sudah lama sekali Ia tak mendengar suara khawatir mamanya. Malam ini Mama seolah lupa kalau Baskara sudah masuk kuliah, bukan Baskara kecil yang mau ikut MOS SMP beberapa tahun lalu.

Sembari merebahkan diri di tempat tidurnya, Baskara menempelkan ponsel miliknya ditelinga dan mendengarkan omelan Mamanya dengan perasaan hangat dihatinya.

Ia kangen mamanya ...

Ia bahkan kangen dengan omelan mamanya ...

"Ya udah kamu tidur dulu sana" Ucap Mamanya,  ketika tampaknya sudah lelah mengomelinya. "Kan besok harus bangun jam 4 pagi ..."

Baskara mengerenyitkan keningnya, sembari mengangkat ponselnya dari telinga untuk mengecek jam pada layar ponselnya itu.

"Ma, baru jam 9 Ma" Protes Baskara yang tak pernah sama sekali tidur di jam tersebut.

"Lah ...  udah malem Bas namanya, Pokoknya kamu harus tidur! Mama ga mau tau!"

"Tapi Ma ..."

"Besok Mama telpon jam 4, awas ya kamu belum bangun" Ancam Mamanya, "Oh ya, Bhara udah beli stok telur kan sebelum dia pergi?"

"Udah Ma" Kata Baskara sambil mengingat Bhara yang tadi sore baru berangkat keluar kota untuk tugas kantornya.

Sebelum pergi kakaknya itu telah mengisi kulkas sampai penuh dengan stok makanan untuk Baskara yang akan ditinggalnya selama kurang lebih dua minggu. Bhara bahkan mengajarinya cara memasak beberapa hidangan sederhana, agar Baskara bisa sarapan dirumah selama menjalani kegiatan OSPEK.

"Oh baguslah" Jawab Mamanya.

"Oh ya Ma"

"Ya?"

"Habis OSPEK, Bas main kesana ya Ma ..." Kata Baskara pelan, "Bas tau, Mama susah kesini. Biar Bas aja yang kesana jengukin Mama"

Mendengar ucapan anak bungsunya itu, Mama seketika terdiam sejenak. Sejak kembali tinggal disini, Baskara tak kunjung bertemu dengan orang yang paling Ia rindukan, yaitu Mamanya.

Mama, adalah orang yang paling berharga bagi dirinya. Mama telah banyak menderita selama ini, mungkin lebih menderita dari dirinya. Sejak kecil, Ia sering memergoki Mama menangis pedih dengan segala hal buruk yang diperbuat oleh Papanya.

Tetapi Mama selalu berusaha bertahan, bertahan hidup untuk anak-anaknya. Mamanya mungkin bukan sosok Ibu yang sempurna, tapi Mama telah memberikan segala yang Ia miliki untuknya ...

Untuknya ... agar tetap bisa bertahan hidup hingga sekarang.

Maka tak pernah sekalipun Ia menuntut apapun dari Mama. Baskara tak ingin Mamanya melakukan apapun untuknya.

Ia hanya ingin Mama menjalani hidupnya dengan bahagia.

Cukup itu saja ...


"Boleh kan Ma?"  Tanya Baskara lagi ketika Mamanya tak menjawab sama sekali.

Unmoveable [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang