Part 38 (2017)

601 64 40
                                    

Naya kemudian duduk di lantai kamar tidurnya sambil bersandar ke kasur yang ada dibelakangnya, ponsel Nino tetap ditempelkan didekat telinganya. Dalam hatinya Naya bertanya-tanya kenapa Baskara menelponnya melalui nomor Nino.

Hening sesaat diantara mereka, hanya terdengar suara detak jantung Naya yang gelisah menunggu pria di ujung telepon mulai bicara.

Kemudian terdengar sebuah hembusan napas yang menderu, sebelum suara berat itu mulai berbicara.

"Gue tau lo ga mau ketemu gue lagi dan lo mungkin ga mau juga ngomong sama gue  ... "

Baskara lalu berhenti berbicara sejenak

Jeda diantara pembicaraan mereka membuat Naya semakin gelisah. Ada perasaan sedih dihati Naya ketika mendengar apa yang Baskara katakan barusan. Seolah apa yang Naya perbuat kepada pemuda itu telah sangat menyakitinya.

"Sorry kalo gue nelpon lo" Kata Baskara, "Gue cuma mau tau kondisi lo ..."

Ucapan Baskara barusan membuat Naya bimbang. Setelah mengetahui perasaan Baskara yang sebenarnya, Naya merasa kebingungan untuk menanggapi pemuda tersebut.

Pelan-pelan Naya, kata suara kecil dikepalanya.

Benar ...

Ia tak harus terburu buru untuk menghadapi semua ini, yang perlu Ia lakukan hanyalah memberi Baskara kesempatan atas semua usahanya selama ini.

Setidaknya Naya memberinya kesempatan, walau Ia belum memiliki perasaannya yang sama ...

"Gue udah baikan Bas" kata Naya.

Terdengar Baskara mengela napas lega di ujung telepon,

"Luka lo gimana? Kata Nino lo sulit tidur ya? Lo katanya sering mimpi buruk? Lo udah minum obat yang dikasi dokter? Gimana tidur lo sekarang? Lo udah ..."

"Bas ..." potong Naya pelan sambil menahan tawa "Satu-satu Bas, Gue bingung jawabnya"

Baskara kemudian terkekeh di ujung telepon.

"Haha ..." suara tawa Baskara terdengar begitu indah ditelinganya, "Sorry Nay, gue kayaknya terlalu khawatir sama kondisi lo"

Seketika Baskara sukses membuat wajah Naya memerah. Untungnya pemuda itu tidak melihat langsung efek ucapannya kepada diri Naya.

"Gue udah ga apa-apa, besok juga udah masuk kuliah lagi"

"Baguslah" Kata Baskara "Gue gak sabar liat lo besok dikampus"

Mendengar hal tersebut Naya serasa ingin melempar ponsel Nino menjauh darinya.

"Aarrrrgggggggg, sumpah gue gak kuat" batin Naya.

Kalau Baskara terus terusan meyerangnya seperti ini, Naya akan semakin sulit mengontrol hatinya yang berdebar tidak karuan setiap kali pemuda itu menggodanya.

Apalagi ini hanyalah percakapan telepon biasa, namun Baskara sanggup membuat wajahnya memerah bak kepiting rebus. Bagaimana kalau Ia bertemu langsung dengan pemuda itu?

Dalam hati Naya berdoa agar besok tidak bertemu dengan Baskara dikampus.

"Nay? Lo kok diem?" Tanya Baskara ketika menyadari Naya lama terdiam, padahal Ia terdiam karena semua ucapan pemuda itu kepadanya.

"Eh iya" kata Naya salting.

"Lo udah ngantuk ya?" Tebak Baskara

Naya lalu merasa ini adalah saat yang tepat untuk mengakhiri percakapan ini, kalau terlalu lama berbicara dengan Baskara dia bisa salting sendiri.

"Jujur iya sih Bas" kata Naya berbohong.

"Oh" kata Baskara pelan "Tunggu bentar Nay ..."

"Oke" kata Naya sambil bertanya-tanya apa yang akan dilakukan Baskara.

Unmoveable [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang