Part 79 (2021)

688 70 56
                                    







Seminggu kemudian ...


Pagi itu, Naya terbangun dari tidurnya karena alarm dari ponselnya yang berbunyi begitu keras. Ia mengerjapkan matanya pelan berusaha menghalau sinar matahari yang menyilaukan matanya dengan bagian belakang tangannya.

Ia mengerutu kecil karena masih sepagi ini sudah ada yang membuka gorden jendela kamarnya dan membuatnya silau seperti ini.

"Sayang?"

Suara pria itu seketika membuatnya tersadar sepenuhnya dari tidurnya. Suara pria itu begitu familiar, karena di masa lalunya, suara itu rajin membangunkannya jika Ia tidur sampai siang. Dulu hatinya akan selalu berseri-seri ketika mendengar suara itu memangilnya.

Tapi kali ini rasanya sungguh berbeda ...

Ketika merasa suara itu mulai mendekat, Naya cepat-cepat mendudukkan tubuhnya. Dilihatnya sosok tinggi itu melenggang dengan begitu santai dari kamar mandi kamarnya dalam keadaan setengah telanjang dan basah, hanya dibalut sehelai handuk yang dikenakan begitu rendah di pinggang pemuda itu.

Tampaknya pemuda itu baru saja habis mandi pagi.

"Kamu sudah bangun?"

Daven lalu berjalan kearahnya sambil menebar senyum sumringahnya. Sambil berjalan, pemuda itu menyisir rambut basahnya ke belakang. Kulit pemuda itu tampak berkilau saat diterpa sinar matahari pagi yang menerobos masuk melalui jendelanya. Tetesan air yang membasahi tubuh telanjang pemuda itu membuatnya semakin terlihat begitu menggoda.

Naya tak bisa melepas tatapannya dari sosok itu.

Daven yang Ia pacari selama tiga tahun kebelakang ini tampak sangat berbeda dengan pria seksi yang sedang berjalan menghampirinya itu.

Diam-diam Ia menelan ludahnya ketika Daven berhenti tepat dihadapannya.

"Morning sayangku" Ucap Daven manis sambil memamerkan deretan gigi putihnya.

Pemuda itu kemudian menunduk untuk memberi kecupan ringan di dahinya yang masih terdiam dalam posisi terduduk di tempat tidur dan belum sepenuhnya sadar.

"Bagaimana tidurnya?" Tanya pemuda itu lagi.

Namun Ia hanya diam tak menjawab sama sekali.

Alih-alih, Ia malah mendelik ke arah Daven. Namun senyuman Daven tak luntur sedikitpun dengan sikap galaknya. Pemuda itu seolah sudah kebal dengan segala bentuk penolakannya yang Ia selalu berikan kepadanya.

Ibaratnya, semakin Naya bersikap ketus kepada Daven, semakin pemuda itu akan pantang menyerah untuk meluluhkan hatinya.

Bahkan, seminggu ini Daven selalu menempel disisinya.

Walau sudah diusirnya, Daven tetap tidur di kamarnya. Naya sampai harus memberi batas sebuah bantal guling diantara mereka berdua agar pemuda itu tidak mencoba menyentuhnya ketika mereka tidur bersama.

"Minggir!" Kata Naya ketus.

Namun Daven hanya terkekeh dan tersenyum semakin lebar kepadanya.

"Kamu itu manis banget kalau lagi marah kaya gini"

Tangan Daven pun kemudian terulur untuk menyentuh pipinya, namun Naya cepat-cepat menepisnya dan mulai mencoba bangun dari tempat tidurnya.

Tubuh Daven yang setengah telanjang dan basah itu lagi-lagi kembali berusaha menempeli dirinya yang akan berjalan ke kamar mandi.

Ia sejujurnya sangat kesal karena pemuda itu seperti tidak berniat untuk menggenakan bajunya.

"Bisa kan kamu pakai baju dulu?" Desis Naya sambil melempar tatapan galak ke arah Daven.

Unmoveable [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang