Part 18 [2017]

548 56 4
                                    

2017

Saura mengunyah pelan pizza di mulutnya. Rasa lapar yang mendera perutnya sejak tadi siang seketika sirna ketika Baskara duduk tepat dihadapannya.

Pemuda itu dengan santainya mengunyah pizza tanpa tau kalau kehadirannya membuat Saura tidak tenang.

Mereka berempat tidak banyak bicara ketika sudah duduk dimeja. Mike yang biasanya selalu penuh dengan bahan obrolan mendadak menjadi agak pendiam. Perkataan Saura kepada pemuda itu mengenai body shamming, sepertinya membuat Mike merasa canggung dengan keberadaan Saura. Namun Saura terpaksa mengatakan hal tersebut, karena Ia sendiri tau bagaimana rasanya direndahkan hanya karena tampilan fisik. Walaupun Saura tidak pernah lagi merasakan hal tersebut selama beberapa tahun belakangan ini, namun baginya tidak ada satupun orang didunia ini yang pantas diperlakukan seperti itu.

Ketika tiga loyang pizza yang mereka pesan sudah nyaris bersih, Jane tiba-tiba berbicara,

"Mike kayaknya chargerku ketinggalan deh di mobilmu" ujar Jane, "Batereku udah mau habis nih"

"Oh gitu, ya udah aku ambilin yaa" kata Mike yang tengah menyesap orange juicenya, kemudian berdiri sambil merogoh kantong celananya untuk mencari kunci mobilnya.

Jane kemudian ikut berdiri, "Aku ikut ya Mike"

Mike mengangguk dan kedua orang itupun pergi. Samar-sama Saura bisa mendengar suara cekikikan Jane ketika gadis itu melewatinya.

Dan tinggalah Ia dan Baskara, berdua saja di meja tersebut.

Suasana menjadi hening dan sangat canggung.

Saura berhenti mengunyah saking takutnya suara kunyahannya akan terdengar akibat suasana yang begitu hening. Gadis itu lalu memilih untuk menghabiskan orange juice nya dalam diam.

Sementara dihadapannya, Baskara sudah selesai menyantap pizzanya. Pemuda itu duduk bersandar sambil memperhatikan meja disebelah mereka.

Yaitu meja yang ditempati oleh Naya dan teman-temannya.

Berbeda dengan kondisi meja Saura, meja yang diduduki Naya sangat gaduh. Suara tawa tak henti-hentinya terdengar dari meja tersebut.

Meja Saura sangat hening, keheningan yang membuatnya tidak nyaman. Baskara sepertinya juga tidak ada niatan untuk membuka pembicaraan dengan dirinya.

Sementara Saura terus menunduk, bingung harus berbuat apa dan harus berbicara apa. Ia kemudian menengadah dan memberanikan diri untuk menatap Baskara.

Jantungnya kembali berdetak tidak karuan. Ia belum terbiasa dengan ketampanan pemuda itu. Rasanya jantungnya selalu melemah ketika pemuda itu ada dihadapannya.

Saura menatap lekat-lekat Baskara yang ada didepannya. Namun pemuda itu sama sekali tak menoleh kearahnya. Pandangannya masih tetap tertuju pada meja Naya dan teman-temannya. Saura mendesah pelan, mungkin obrolan Naya dan teman-temannya lebih menarik untuk disimak ketimbang berbicara dengan dirinya.

Kemudian terdengar suara tawa Naya yang begitu keras sehingga Saura pun ikut menoleh ke meja tersebut. Saura melihat Naya yang tertawa terbahak-bahak karena ada saus sambal mengenai ujung rambutnya, Naya pun sibuk membersihkan saus tersebut diiringi olokan dari teman-temannya. Saura kemudian menoleh ke arah Baskara, yang tampak tersenyum melihat kejadian tersebut.

Melihat hal tersebut malah membuat Saura panik dan memberanikan diri untuk mengajak Baskara mengobrol.

"Bas" kata Saura pelan. Baskara lalu menoleh kearahnya.

Deg, jantung Saura kembali berdetak tidak karuan, namun dia mencoba untuk mengontrol hal tersebut.

"Kamu mau nambah pizza lagi?"

Unmoveable [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang