Part 39 (2017)

612 83 65
                                    

Naya menghela napas panjang ketika keluar dari ruangan dosen Jurusan Arsitektur.

Di hari pertamanya kembali kuliah, Bu Sekar sudah memberinya tugas tambahan untuk membuat jurnal dari tugas mata kuliah interiornya.

Bu Sekar berencana mensubmit jurnal tersebut untuk ikut konfrensi dibawah namanya dan nama Naya.

Sejujurnya Naya bukan tipikal mahasiswa yang aktif dalam hal akademik seperti menulis jurnal penelitian. Hal semacam ini malah akan menambah banyak bebannya yang sudah dipenuhi tugas kuliah yang berjibun.

Dimasukkannya brosur konfrensi tersebut ke dalam tote bag yang selalu dibawanya kekampus. Ketika sedang memasukkan brosur, sebuah bungkusan mengintip dari dalam tote bagnya.

Bungkusan yang berisi pakaian milik Baskara yang dipinjam Naya jumat lalu.

Hari ini rencananya Naya akan mencari Fikri, dan menitipkan pakaian ini kepada pemuda itu, untuk selanjutnya diberikan kepada Baskara.

Sebuah rencana yang sempurna di benak Naya, jadi pakaian ini akan kembali ke pemiliknya tanpa Ia perlu bertemu langsung dengan Baskara.

Naya lalu mengeluarkan ponselnya untuk mengecek penampilannya melalui kamera depan ponselnya.

Di layar ponsel, penampilan Naya tampak seperti seseorang yang baru saja mengalami kecelakaan lalu lintas.

Wajahnya pucat pasi, rambutnya diikat karena Ia belum sempat keramas kemarin, di dagunya terdapat perban besar yang menutupi lukanya. Hari ini Ia bahkan harus mengenakan rok ke kampus karena luka di kedua lututnya masih belum kering.

Sebuh penampilanya yang menyedihkan, batin Naya sambil cepat-cepat menutup ponselnya. Naya kemudian beranjak dari posisinya untuk menyusul Prilly dan Widji yang sudah kekantin lebih dulu.

Ketika berjalan dikoridor Naya berpapasan dengan teman-teman sekelasnya yaitu Anya, Sandy dan Anjani yang sepertinya sedang berjalan menuju ruangan dosen.

"NAYAAAA !!!!" Pekik ketiga gadis itu berbarengan ketika melihatnya, membuat Naya begitu terkejut. Karena seminggu lalu mereka bertiga menolak bicara kepadanya dan itu membuat Naya begitu sedih.

"Nayaakkk! Kaki ama dagu lo kenapa?" Tanya Sandy meletakkan tangganya dibahu Naya sembari mengecek kondisi Naya.

"Gue cuma jatuh Ndy" kata Naya sambil tertawa hambar "Beneran gapapa kok"

"Nayaa my baby girl ~~~"
Naya merasakan sesuatu yang berat tiba-tiba menindihnya, ternyata tubuh sintal Anya secara mengejutkan memeluknya. Gadis yang satu ini memang selalu suka heboh sendiri "Kamu beneran gapapa kan?"

Anya kemudian melepas pelukannya dan menatap khawatir ke arah Naya.

Anjani si gadis mungil yang selalu Naya ajak untuk menunggu jemputan juga ikut menyentuh tangannya.

"Lo ampe ga masuk dua hari Nay" kata Anjani dengan suara khasnya yang cempreng.

Naya menatap Anya, Sandy dan Anjani secara bergantian. Ia melihat dengan jelas raut kekhawatiran yang tulus dari tiga teman sekelasnya itu.

Air mata Naya mulai mengambang di pelupuk matanya, namun ditahannya agar tidak jatuh membasahi pipinya.

Dalam hatinya Naya bahagia sekali karena teman-temannya ini mau kembali berbicara dengannya dan mengkhawatirkan kondisinya.

Bagi Naya tidak masalah ada begitu banyak orang yang melontarkan komentar buruk tentang dirinya. Asalkan orang-orang terdekatnya, orang-orang yang mengenalnya dan yang selalu bersamanya selama ini tetap menerima dirinya.

"Iya gue gapapa kok guys" kata Naya berusaha tersenyum selebar mungkin.

Anya, Sandy dan Anjani menatapnya dengan pandangan lega.

Unmoveable [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang