Part 62 (2017)

632 64 159
                                    




Siang itu area kampus tampak padat dan lebih ramai dari biasanya. Wajah-wajah mahasiswa dan dosen yang biasanya menghiasi area tersebut kini bercampur dengan wajah dari berbagai generasi yang datang berbondong-bondong untuk merayakan hari spesial orang kesayangan mereka, yaitu hari dimana jerih payah selama empat tahun dibayar sebuah hari manis nan indah yang disebut wisuda.

Meski panas, sehabis kuliah siangnya telah usai, Fikri mencoba menyeruak diantara lautan manusia tersebut. Namun tangannya seakan membeku, karena es yang berasal dari dua botol juice  yang dibawa ditangannya perlahan mencair, akibat sengatan panas dari sinar matahari yang begitu terik siang itu.

Peluhnya bahkan menguncur membasahi rambutnya yang diikat kuda. Kemeja lengan pendek yang dikenakannya serasa melekat sempurna karena basah oleh keringat.

Namun semua terasa dibayar setimpal ketika dilihatnya sosok gadis yang luar biasa cantik tengah duduk di bangku taman sambil membaca buku yang diletakkan di pangkuannya.

Fikri berusaha memasang tampang serius yang memang sehari hari selalu digunakannya disegala kondisi. Dengan tenang pemuda itu kemudian berjalan mendekat untuk menyapa gadis cantik itu.

"Ra ... lo ngapain disini?" Tanya Fikri kepada Saura, si gadis yang tengah duduk dibangku taman tersebut.

Mendengar suaranya, gadis yang sekarang berambut sebahu itu, kemudian mendonggak dan menatap Fikri dengan kedua mata indahnya yang berwarna kecoklatan.

Sial ..., Batin Fikri kepada dirinya sendiri ketika sosok cantik itu kini mengembangkan senyum ramah untuk menyapa dirinya.

Senyum itu ...

Itu adalah sebuah senyuman yang selama ini diam-diam telah menahan hatinya, bahkan tanpa dapat Ia sadari sendiri ...

"Hai Fik" Suara manis itu kemudian terdengar dan membuat sesuatu yang hangat mengalir dalam tubuhnya.

Fikri mengangguk pelan membalas sapaan itu. Berusaha bersikap biasa-biasa saja, Ia kemudian duduk tepat disebelah Saura.

"Gue duduk sini bentar ya" Kata Fikri mencoba santai, "Panes banget soalnya mau neduh bentar ... gue gak ganggu lo kan?"

Saura lalu menggeleng pelan, "Enggak sama sekali kok, Iya duduk sini aja Fik ... aku juga lagi sendirian daritadi"

Fikri lalu berusaha menahan senyuman tipis yang nyaris mengembang diwajahnya. Dari samping, diperhatikannya lekat-lekat gadis yang menjadi primadona kampus tersebut.

Akhir-akhir ini, pesona Saura tampak sedikit meredup. Dulu, gadis itu terlihat begitu bersinar diantara gadis-gadis lainnya dikampus ini.

Semua mengagumi sosok Saura yang cantik, baik hati dan pintar.

Dari kejauhan sosoknya yang anggun, berambut coklat panjang bergelombang dilengkapi dengan gaya berbusana feminim yang membuatnya kecantikannya semakin menguar selalu menarik perhatiannya.

Namun kini, Saura tampak seperti orang berbeda.

Rambut indah panjangnya dipotong pendek sebahu. Busana feminim yang dikenakannya diganti dengan celana panjang, kemeja dan totebag. Gadis itu bahkan menggenakan jaket yang sedikit kebesaran.

Benar-benar sebuah padanan yang tidak cocok dengan gadis itu. Aura gadis itu jadi meredup ketika Ia berubah prefensi dalam berpakaian menjadi sedikit 'santai' seperti sekarang ini.

Tapi apapun yang Saura kenakan Fikri tak peduli, yang penting gadis itu sudah kembali kuliah seperti biasa saja setelah mengalami sakit yang cukup lama, hal itu saja sudah membuatnya cukup senang.

Kondisi Saura setelah kejadian di Aksi Bersih Pantai betul-betul membuatnya resah. Namun Ia tak bisa melakukan apapun. Jika Ia memberi sedikit perhatian kepada gadis itu, Ia takut menghadapi reaksi yang akan Saura keluarkan.

Unmoveable [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang