Part 36 (2017)

589 66 52
                                    


"Sebentar lagi kamu udah lulus kan ven? menurut papa kamu udah siap buat pindah ke Singapore dan bantu bisnis papa"

"Sudah cukup lama kita membebani keluarga Wirita"

"Sekarang saatnya kamu untuk tinggal bersama keluargamu yang sebenarnya"


Perkataan ayahnya yang menelpon tadi siang terus terngiang-ngiang di kepala Daven, membuatnya menghabiskan sisa harinya dengan penuh kegundahan. Daven kembali menyesap sebatang rokok yang ada ditangannya, kemudian dihembuskannya asap rokok tersebut secara perlahan hingga berbaur dengan udara malam yang dingin. 

Daven memandang sedih hamparan rumput di taman rumah keluarga Wirita yang ada dihadapannya. Toto, anjing kecil milik Naya dengan setia menemaninya merokok di taman belakang rumah. Pikirannya benar-benar kalut malam itu. Ayahnya yang jarang menanyakan kabarnya tiba-tiba malah menelpon dan memberikan kabar yang sangat mengejutkan. 

Jujur

Daven tidak siap untuk meninggalkan rumah keluarga Wirita yang sudah bertahun-tahun memberikannya kasih sayang dan kehangatan. Hari-harinya akan sangat sepi tanpa ada Nino dan Naya disisinya nanti.

"AARRRHHHHHHHHHH"

Sayup-sayup Daven mendengar teriakan Naya dari kejauhan. Daven segera mematikan rokoknya dan cepat-cepat masuk ke dalam rumah berlari menuju kamar Naya.

Daven teringat kembali akan kejadian kemarin, saat dirinya dan Nino mengantar Naya ke dokter. Pertemuan Daven dan Nino dengan dokter yang menangani Naya membuatnya benar-benar harus lebih intens untuk menjaga gadis itu. 

Sejak kejadian yang menimpa Naya beberapa tahun lalu, Naya harus selalu rutin memeriksakan kondisi kesehatannya walaupun secara kasat mata Naya terlihat baik-baik saja. Kejadian itu bahkan membuat Naya harus selalu diantar jemput ke kampus.

Daven dan Nino memutuskan untuk mempercepat jadwal check up rutin Naya, karena sejak kepulangannya dari apartemen Baskara, teras ada yang tidak beres dari kondisi Naya. Naya tidak seceria sebelumnya, gadis itu juga sering mengingau dalam tidurnya, kadang terbangun di tengah hari dan sulit untuk tidur setelahnya. Hal itu menandakan kondisi Naya sedang tidak baik

Dokter menyarankan agar Naya beristirahat selama dua hari dirumah dan meresepkan obat tidur untuk Naya. Beliau mengatakan kadar stress Naya sedang tinggi dan membuat tidurnya terganggu. Dan seperti sekarang ini Naya masih mengingau dalam tidurnya.

"AARRRGGGGGGGGGGHHH"

"Naya! Naya!" 

Ketika sampai di kamar Naya, Daven langsung menguncangkan pelan bahu gadis itu. Naya yang terbaring ditempat tidur lalu membuka matanya yang tampak syok dan bibir gadis itu tergangga melihat keberadaan dirinya.

"Naya ..."

Tiba-tiba air mata mengalir deras di pipi gadis itu. Naya memandangan nanar ke arah Daven yang membuatnya menjadi semakin kebingungan.

"Kak ..." kata Naya dengan suara tercekat, "Naya mimpiin ibu ... "

Ibu

Suatu kata yang penuh rasa sedih apabila diucapkan oleh Naya.

Seketika Daven merasa lemas mendengar betapa sedihnya raut wajah Naya saat mengucapkan hal itu. Kesedihan juga terasa begitu dalam dihati Daven, bertahun-tahun Ia menyaksikan sendiri bagaimana Naya harus melanjutkan hidup tanpa sosok Ibu yang sangat dekat dengan gadis itu. 

Daven memperhatikan air mata Naya mengalir semakin deras namun tak ada suara tangis yang terdengar dari bibir gadis itu, dan itu malah semakin menyesakkan hatinya.

Unmoveable [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang