Part 70 (2021)

668 57 136
                                    







4 Tahun Kemudian ...


"Papa stop!"

"Stop!!!"

"Please stop ..."

Tubuhnya masih berjongkok.

Ia meringkuk di sudut kamarnya. Tangannya berada di atas kepala, berusaha melindungi diri dari serangan bertubi-tubi yang menyerang punggungnya.

Rasanya sakit luar biasa.

Luka yang kemarin muncul,
Luka yang beberapa hari lalu belum mengering,

Seolah kembali merekah membentuk luka baru.

Luka-luka tersebut bergabung dengan luka yang sekarang sedang di ukir papa malam ini.

"YOU GONNA FIGHT ME HUH?"

Suara papa terdengar menusuk tajam masuk ke telinganya.

"You can't win!"

Ia bukannya tak bisa melawan. Ia sudah cukup usia untuk mampu melawan papanya sendiri.

Tapi Ia bukan anak yang memukul orang tuanya sendiri.

Karena dilukai oleh orang yang seharusnya menjadi sumber kasih sayangnya seolah membuatnya hidup di neraka.

"Are you gonna kill me?

Ia menggunakan segenap tenaga yang tersisa untuk mencoba bicara.

Ia ingin mati.

Ia lelah menerima semua rasa sakit ini.

"Please just kill me ..."


.
.
.


"Sayang!"

"Bangun sayang!"

Dalam kegelapan Baskara mendengar sebuah suara merdu memanggil namanya.

Secara perlahan Ia membuka mata dan menemukan sepasang mata coklat tengah menatapnya dengan penuh keresahan.

"Ra ..."

Baskara merasa suaranya terdengar serak ketika Ia berusaha bangun secara sepenuhnya dari tidurnya.

Mimpi buruk yang dialaminya terasa begitu nyata barusan. Seakan-akan Ia bisa merasakan keberadaan papanya di kamarnya sendiri.

Sekunjur tubuhnya langsung meremang ketika membayangkan akan bertemu lagi dengan sosok papa yang sudah lebih dari enam tahun tak pernah ditemuinya lagi.

Kemudian, Ia merasakan sesuatu menindih tubuhnya. Secara tiba-tiba wajah cantik Saura berada tepat di atasnya. Sementara gadis itu menumpukan kedua lengannya di dadanya yang telanjang dan sebagian tubuh pacarnya itu sudah berada di atas tubuhnya yang setengahnya tertutupi duvet.

"Kamu ngigau lho tadi pas tidur," sambil tersenyum Saura lalu menyentuh hidungnya dengan hidung gadis itu.

Jarak mereka sangatlah dekat, sampai Baskara samar-samar bisa mencium aroma parfum khas yang selalu digunakan gadis itu. Hembusan napas gadis itu bahkan secara halus mulai menerpa wajahnya.

"Lucu banget liat kamu ngigau barusan," Jemari Saura lalu berganti memencet pelan hidungnya. Gadis itu melakukannya dengan begitu bersemangat hingga rambut ikal kecoklatannya secara perlahan terjatuh mengelitik pipi Baskara.

Setelah itu, Saura masih tetap tersenyum manis kepadanya tanpa menyadari, sebetulnya Ia mengingau bukan karena ada hal yang lucu dalam mimpinya. Sebaliknya Ia merasa mimpi tadi begitu mengerikan dan amat menganggunya.

Unmoveable [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang