Part 44 (2017)

697 72 46
                                    

"Muka lo merah banget tadi Bas haha" Ucap Naya sambil tertawa puas kepada Baskara yang sedang menelponnya.

Gadis itu lalu menekan opsi loud speaker pada ponselnya, sembari berjalan masuk kekamar mandi yang berada didalam kamarnya, untuk menyikat giginya sebelum beranjak tidur. Tujuannya agar Ia bisa tetap mengobrol lebih lama lagi dengan Baskara sambil melakukan aktivitas lainnya.

Masih jelas di memori Naya, betapa merahnya wajah Baskara ketika diciumnya pemuda itu tadi sore. Dalam hati Naya bertanya-tanya bagaimana mungkin seorang Baskara sampai tidak berdaya seperti itu hanya karena satu ciuman singkat darinya.

Sementara disepanjang hidup Baskara, pastinya ada begitu banyak gadis yang sudah mendekati pemuda itu. Belum lagi histori Baskara yang pernah bersekolah di Amerika, pergaulan disana mungkin lebih bebas lagi daripada disini. Ciuman tadi mungkin hanya hal kecil bagi Baskara.

Dari ujung telepon kemudian terdengar suara tawa Baskara, "Perasaan lo aja kayaknya"

"Ternyata lo terpesona banget ya ama gue" Kata Naya penuh kepercayaan diri. Ia merasa semakin bersemangat untuk menyerang balik Baskara dan membuat pemuda itu mati kutu dengan ucapannya.

Tujuannya semata agar Baskara merasakan bagaimana menjadi Naya yang selalu dibuatnya kehabisan kata-kata dengan segala ucapan pemuda itu. Kali ini Naya akan berusaha keras untuk membalikkan keadaan.

"Kebalik gak?" Sahut Baskara kalem, "Elo yang terpesona ama gue"

"Hah! mimpi lo"

"Hmm ... buktinya lo duluan yang nyium gue kan" Kata Baskara tidak bisa menyembunyikan rasa senang dalam suaranya, "Nyiumnya dua kali lagi ..."

Maunya membalikkan keadaan malah Naya yang dibuat kembali salah tingkah karena tindakan nekatnya itu. Bahkan Baskara meninggikan nada suaranya ketika mengucapkan kata 'dua kali'

"Jangan geer lo ya, ciuman tadi cuma bentuk balas dendam gue ke lo!" Kata Naya tidak mau kalah.

"Oh ya?" Baskara terdengar meragukan alasan Naya, "Kenapa balas dendamnya malah pake ciuman?"

"Iya soalnya lo langsung lemah sama ciuman gue" Kata Naya bangga.

"Hmm ... emang bener sih lo" Kata Baskara jujur, "Sering-sering balas dendam yaa kalo gitu Nay ..."

Isshhhhhhhh!!!!, batin Naya kesal mendengar jawaban pemuda itu. Memang sangat sulit untuk melawan Baskara dalam urusan seperti ini.

"Ada aja ya jawaban lo" Kata Naya kesal, ia lalu menghidupkan keran dan mengambil sikat giginya. Gara-gara bicara dengan Baskara, Naya sampai lupa apa tujuannya masuk ke kamar mandi.

Baskara lagi-lagi hanya tertawa mendengar ucapan Naya. Tiba-tiba terbesit di benak Naya untuk berinisiatif menanyakan pertanyaan yang selalu ingin Ia tanyakan, namun belum pernah bisa Ia lakukan karena tidak pernah didekati siapapun sepanjang hidupnya. Sebuah pertanyaa klise tapi dapat menunjukkan perhatiannya kepada Baskara.

"Hmm ... Lo lagi ngapain karang Bas?" Tanya Naya sedikit tegang karena ini pertama kalinya ia bertanya seperti itu kepada Baskara.

Hening sesaat, ada ketakutan di benak Naya akan jawaban Baskara namun pada akhirnya pemuda itu menjawab dengan santai,  "Gue lagi ditempat tidur ... mau siap-siap tidur"

Baskara berhenti sejenak sebelum kembali berbicara, "Sorry kalo gue malah ganggu lo malem-malem gini, Gue sebenernya pengen banget denger suara lo sebelum gue tidur, makanya gue tiba-tiba nelpon"

Deg deg deg

Naya hanya mematung, tidak bisa menjawab ucapan Baskara karena seketika Ia kesulitan untuk mengontrol detak jantungnya yang berpacu dengan kencang. Secara fisik Baskara memang tidak hadir disebelahnya, namun hanya dari ucapan saja pemuda itu sudah mampu membuat hatinya tidak karuan seperti ini.

Unmoveable [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang