Part 7 (2017)

785 72 0
                                    

Tahun 2017

Tepat jam 7 pagi, Daven berjalan keluar kamarnya. Pemuda berperawakan tinggi, berambut tebal dengan bibirnya yang tipis menuruni anak tangga rumahnya. Ia telah siap untuk berangkat kekampus. Hari ini Daven mengenakan kemeja dan celana jeans. Kuliahnya mulai pukul jam 9 pagi dan masih keburu untuknya sarapan dirumah Nino, lalu menjemput Saura setelahnya. Kalau dilihat dari penampilannya pemuda itu dapat dikatakan cukup tampan dan rapi.

Daven melihat kesekitar, dilihatnya keadaan rumahnya yang kosong. Dan memang selalu kosong. Hanya ada Bibi Rumi, asisten rumah tangganya yang sedang membersihkan rumah Daven.

"Den, perlu bibi buatkan sarapan?" Tanya Bibi Rumi ramah.

Dan jawaban Daven selalu sama.

"Enggak perlu bi, makasi, saya mau sarapan disebelah" kata Daven ramah. Pemuda itu lalu mengambil sepatu kedsnya "Bi, nanti kalau sudah selesai, kuncinya dititip sebelah juga ya"

"Oke siap den" kata Bi Rumi sambil memberi tanda bulat dengan jemarinya.

Setelah sepatu kedsnya terpasang sempurna dikakinya. Daven lalu melangkah keluar dari rumahnya. Ia berjalan menuju rumah yang tepat berada disebelah rumahnya.

Yaitu rumah Daven yang sebenarnya ...

Daven mendorong pelan pintu gerbang kayu sebuah rumah berlantai dua dengan desain minimalis tersebut. Seperti biasanya pintu gerbangnya tidak dikunci. Begitu masuk terdapat taman berukuran medium dengan rumput yang tertata rapi serta tanaman palem dan bebatuan yang ditata indah.

Seekor anjing mini pom berbulu putih langsung berlari menghampiri Daven sambil mengibaskan ekornya seakan telah menunggu kedatangan Daven.

"Totoo!" kata Daven gemas lalu mengangkat mini pom itu kepangkuannya. Daven berjalan masuk kerumah dengan membawa anjing itu bersamanya.

Ia sudah hapal luar kepala isi rumah ini. Rumah yang agak berantakan namun suasananya begitu hangat dan ramah baginya. Daven langsung menuju dapur yang menyatu dengan ruang makan, dimana sudah ada dua penghuni rumah berada diruangan tersebut.

Si kakak beradik Nino dan Naya.

"Dave" kata Nino, pemuda bertubuh kurus agak pendek dengan poni yang menutupi dahinya. Nino sedang berada di dapur sedang mengoles selai keatas roti tawarnya.

"Kak Daven" kata Naya riang, gadis itu tersenyum manis kearah Daven. Sama seperti kakaknya, Naya juga bertubuh kurus dengan rambut yang selalu dipotong pendek sebahu. Gadis itu lalu mengambil Toto dari gendongannya. Toto langsung bergerak aktif ketika bertemu dengan Naya.

Karena memang Naya lah pemilik asli dari mini pom itu.

Baik Nino maupun Naya bukan hanya sekedar tetangga biasa bagi Daven. Mereka sudah Daven anggap sebagai keluarga sendiri.

Daven adalah anak tunggal dari seorang pengusaha kaya raya. Saat Daven berusia 10 tahun, kedua orang tuanya bercerai,m dan Daven ikut dengan ayahnya. Sayangnya, ayah Daven sangat sibuk dengan pekerjaannya dan jarang sekali pulang kerumah. Dirumah Daven yang sangat luas, Daven hanya tinggal berdua dengan asisten rumah tangganya.

Namun tak lama kemudian, Nino dan Naya Wirita pindah dan menempati rumah yang berada tepat disebelah rumah Daven. Nino, Naya dan Om Wirita, ayah mereka berdua pindah kerumah tersebut sejak meninggalnya ibu Nino dan Naya karena sakit kankernya yang dideritanya.

Baik Daven, Nino dan Naya masih sangat kecil saat itu, namun mereka sudah harus merasakan perpisahan yang begitu pahit dengan Ibu mereka. Hal itu membuat ketiganya jadi cepat akrab.

Sejak kedatangan Nino dan Naya, Daven tidak pernah merasakan kesepian lagi. Setiap hari dia selalu menghabiskan waktunya dirumah keluarga Wirita. Daven hanya balik kerumahnya untuk tidur atau bahkan dia bisa berhari-hari tidak pulang kerumahnya.

Unmoveable [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang