Part 37 (2017)

552 64 16
                                    


"NAYA WIRITA!"

Bu Sekar, dosen pengajar kelas interior memanggil nama Naya dengan suara lantangnya, ketika beliau sedang membagikan hasil pekerjaan mahasiswanya di jurusan Arsitektur semester 4. Suasana kelas terlihat riuh dengan gumaman para mahasiswa yang sibuk mengomentari revisi yang diberikan untuk tugas mereka.

"Naya Wirita!" Panggil Bu Sekar lagi.

Widji yang duduk di deretan belakang langsug mengacungkan tangannya ketika nama Naya dipanggil lagi, "Lagi gak masuk kuliah Bu ... orangnya lagi sakit"

Bu Sekar lalu membentuk huruf 'o' dengan bibirnya, "Ya udah kamu dik Korma bawa pekerjaan temannya ya"

"Baik bu"

Widji yang kebetulan adalah korma kelas tersebut langsung maju kedepan kelas. Ketika Widji akan mengambil pekerjaan Naya didepan kelas, Bu Sekar langsung berkomentar.

"Kasi tau Wirita ya dik, tugas dia tinggal direvisi sedikit saja ... Ibu suka tugasnya, konsepnya matang dan paling efektif ... beda sama pekerjaan mahasiswa yang lain"

Widji dan sebagian mahasiswa lainnya langsung terperangah mendengar apa yang Bu Sekar baru saja ucapkan tadi. Pasalnya di mata kuliah ini terkenal luas dengan revisi tanpa henti yang selalu diberikan oleh dosen pengampunya. Revisi tidak akan berhenti hingga menghasilkan tugas interior yang sempurna.

Satu-satunya mahasiswa yang dapat mencapai hal tersebut adalah Naya.

"Dan kalo Wirita sudah masuk lagi, suruh dia cari ibu!"

"Baik bu" Jawab Widji yang masih terperangah mendengar pekerjaan Naya yang bisa memenuhi standar Bu Sekar.

Widji kemudian berjalan kembali ke mejanya. Pemuda itu lalu langsung membuka tugas Naya untuk melihat bagaimana tugas yang bisa memenuhi standar Bu Sekar tersebut. Beberapa mahasiswa lainnya dengan gaduh langsung mengerumuni meja Widji, untuk turut melihat tugas Naya yang mungkin mereka bisa jadikan refrensi untuk mencapai standar yang Bu Sekar inginkan.

Sementara di meja terdepan, Anya ikut tercengang mendengar tugas Naya menjadi satu-satunya yang mendapat sedikit revisi. Gadis bertubuh sintal itu langsung berbisik dengan Ema yang ada disebelahnya. Ema adalah seorang gadis kurus dengan kacamata bulat bertengger di hidungnya. 

"Gilaakk ... mantap banget si Naya" 

"Iyeeee Nya, Naya kan emang paling jago kalau urusan interior" Kata Ema sambil menatap sedih ke deretan revisi yang tertulis di tugas interiornya.

Anya mengangguk setuju, Naya teman sekelasnya itu memang sangat berbakat dalam hal desain tapi untuk mata kuliah lain gadis itu juga mengalami kesulitan yang sama dengan mereka semua. Sense of design yang Naya miliki adalah salah satu yang terbaik diangkatan Anya.

"Oke semuanya ... Ibu tunggu revisi kalian semua minggu depan! dan perkuliahan hari ini Ibu akhiri sampai disini .... " Kata Bu Sekar mengakhiri perkuliahan hari itu.

Para mahasiswa lalu bubar dari kelas tersebut. Kebanyakan dari mereka beramai-ramai bergegas menuju kantin dan sebagian menuju parkiran untuk makan siang diluar kampus.

Jurusan arsitektur untuk angkatan Anya didominasi oleh mahasiswa pria dan hanya terdiri dari 20 lebih mahasiswa perempuan, sedikitnya jumlah perempuan dikelas membuat mereka lumayan akrab satu sama lain.

Seperti siang ini, Anya bersama cewe-cewe arsitektur lainnya yaitu Ema, Shandy, Tuti dan Anjani berjalan menuju kantin dan duduk disalah satu meja panjang yang terletak pas didepan booth penjual dimsum. 

Kantin Fakultas Teknik didesain sebagai ruangan terbuka  yang luas serta langsung menghadap ke area taman. Terdapat berbagai macam booth makanan dan minuman yang menyajikan beraneka menu. Banyak meja memanjang dan kursi diatur sedemikian rupa sebagai tempat para mahasiwa untuk makan.

Unmoveable [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang