Part 73 (2021)

713 59 148
                                    


Halo semuanya 🙋🏻‍♀️

Apakah masih ada yang nungguin updatean cerita ini?

Mohon maaf cerita ini hiatus sebentar karena beberapa minggu lalu author ada kerjaan yang datang secara bersamaan 🥲

Author juga berterima kasih sekali kepada semua readers yang sudah mampir dan mendukung cerita ini 🙇🏻‍♀️

Sampai ga nyangka view unmoveable udah mencapai angka 30 K

Terima kasih banyak 🙇🏻‍♀️🫶🏻

Untuk chapter ini ternyata banyak yang harus ditulis sehingga konfliknya baru bisa dimunculkan dichapter selanjutnya.

Semoga kalian menikmati chapter ini yaa dan tidak bosan membacanya.

Happy reading ya semuanya 😘

***


"Baiklah kalau kamu memang tidak mau menghandle project ini lagi Baskara"

Pagi itu, Pak Indra kepala divisinya berbicara dengan nada lambat tanpa ada kemarahan dalam suaranya.

Namun Baskara tau, apa yang baru saja dimintanya telah menurunkan penilaian atasannya akan kinerjanya.

Semua itu terlihat jelas dari sorot mata pria berusia sekitar empat puluh tahunan itu. Sorot matanya tampak dingin dan tak tampak ada kompromi disana.

"William akan menggantikan posisi kamu"

Pak Indra lalu menyebut salah satu nama koleganya.

"Dan kamu, sebagai gantinya ambil alih pekerjaan William"

"Baik pak" Ucap Baskara pelan, "Mohon maaf pak atas hal ini"

Ia lalu menunduk sedikit untuk menyiratkan bahwa Ia sendiri sangat tidak enak hati meminta hal yang sangat tidak profesional seperti ini.

"Oke, tapi lain kali saya tidak mau lagi mendengar kamu menolak pekerjaan seperti ini"

"Baik pak, Saya janji tidak akan lagi berbuat seperti ini" Jawab Baskara cepat-cepat.

"Ya sudah" Kata Pak Indra sambil mendesah pelan, "Kamu boleh balik, sekalian tolong panggil William agar menghadap saya"

"Baik pak"

Ia lalu berjalan pelan sambil tetap menunduk, keluar dari ruangan bosnya.

Ada rasa malu yang menguasai dirinya dan penyesalan kenapa Ia sampai mau melakukan hal ini.

Setelah memberitahu William, rekan kerjanya agar menghadap ke bos mereka, Baskara langsung menghempaskan diri di cubicle kerjanya.

Harinya baru saja dimulai, tapi moodnya sudah begitu berantakan.

Ia merasa seperti seorang pecundang yang lari dari sebuah project, hanya karena project itu dihandle oleh mantannya sendiri.

Mana ada laki-laki yang sepengecut ini? Kalau bukan dirinya ...

Pikirannya pun kembali melayang ke pertemuannya dengan Naya beberapa hari lalu.

Takdir memang seolah ingin mempermainkan dirinya.

Baru saja Ia akan memulai melupakan gadis itu. Naya langsung muncul dihadapannya dengan begitu saja. Seolah melarang dirinya untuk melupakan gadis itu.

Naya meminta maaf kepadanya, tanpa mengetahui bagaimana gadis itu telah berhasil membuatnya menunggu selama beberapa tahun.

Unmoveable [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang