Prolog

90.5K 9.2K 2.9K
                                    

Happy Reading💕

______________________________________

Seorang gadis berpenampilan cupu, berseragam putih biru tengah berdiri di pembatas jembatan yang dibawahnya adalah laut. Ia merentangkan kedua tangannya sembari menatap kearah bawah.

Menakutkan, itu yang ada di pikiran gadis berusia 13 tahun itu.

Azzura Thalassa Adicandra atau dipanggil Zura tengah menangis. Penampilannya terlihat kacau.

"Aku sendirian Ma," kata Zura. Air matanya meluruh membasahi pipinya. Ia melepaskan kacamata bulatnya, mengelap kacanya yang memburam lalu memakainya lagi.

2 hari yang lalu, Zura kehilangan Mama nya. Wanita yang melahirkannya itu, meninggal karena kanker payudara. Sementara Ayahnya telah meninggal 4 tahun yang lalu. Zura tak memiliki saudara, ia anak satu-satunya. Zura hanya berasal dari keluarga biasa. Zura juga sering menjadi target pembullyan di sekolahnya. Dan takdir mungkin begitu kejam padanya, karena hari ini, rumahnya harus disita pihak bank karena hutang-hutang Mama nya di bank.

"Aku juga mau nyusul Mama."

Zura memejamkan matanya, bersiap ingin mengakhiri hidupnya, namun teriakan dari seorang pria menghentikan aksi nekatnya.

"Woy."

Zura membuka matanya. Ia menoleh, terlihat pria tampan menatapnya heran.

"Kakak siapa?" tanya Zura.

"Sukiyem," jawab pria itu asal.

Pria itu Gernon Harrison.

"Sukiyem?" ulang Zura. Lalu gadis itu mengangguk. "Nama yang bagus."

Bukankah setiap nama yang diberikan orang tua pasti bagus? Pikir Zura.

Gernon termangu. Hei dirinya hanya bercanda, gadis ini bodoh sekali.

"Ngapain mau bunuh diri?" tanya Gernon to the point.

Raut Zura menjadi sendu. "Aku capek," jawabnya. Zura lelah dengan hidupnya yang selalu dilanda masalah.

"Kalo begitu duduk, biar gak capek," kata Gernon bercanda tapi ditanggapi serius oleh Zura.

Zura turun dari pembatas itu. Ia terduduk di trotoar.

Gernon terbelalak. Benar-benar bodoh nih gadis. Gernon tersenyum tipis melihat tingkah bodoh gadis ini. "Udah gak capek kan?"

Zura dengan polosnya mengangguk.

"Yaudah kalo gitu pulang, cuci kaki, cuci tangan, cuci muka, terus bobo," kata Gernon.

Zura menangis. Hal itu membuat Gernon kelimpungan, apa perkataannya ada yang salah? "Kenapa nangis bocil?"

Zura mengusap air matanya. "Aku udah gak punya tempat tinggal."

"Lo diusir dari rumah?"

Zura menggeleng. "Rumahku disita sama pihak bank."

"Keluarga lo?"

"Aku udah gak punya keluarga."

"Kerabat?"

"Kerabat aku gak ada yang peduli sama aku."

"Kasihan." Gernon menggeleng prihatin.

Zura kembali menangis.

Gernon menepuk pelan mulutnya. Dasar mulut tidak tau diri. Gernon merasa iba dengan gadis malang itu. Ia terdiam beberapa saat dan muncullah ide ajaibnya.

Azzura Revenge (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang