41-1 Female 7 Male

38.8K 4.8K 1.1K
                                    

Happy Reading brader💕

______________________________________

"Akh sakit." Gadis berpenampilan cupu itu memegangi sebuah tangan yang menjambak rambutnya.

"Lo bikin rusak sekolah ini tau, gak? Bisa-bisanya sekolah elite ada cewek level bawah kek lo, njing." Seseorang yang menjambak gadis cupu itu menghempaskan kasar tubuhnya ke lantai.

Kening gadis berpenampilan cupu itu terbentur ke lantai, menampakkan memar kebiruan. Air mata merembes keluar, membasahi pipinya dan membuat kacamatanya memburam.

"Gilak, gak habis pikir gue sama pemikiran kepala sekolah, masukin cewek kampungan kek dia. Lo pikir karena lo pintar, lo bangga gitu. Jiakh sekarang kepintaran gak ada apa-apanya sama kekayaan. Lo kaya mau ini itu, gampang." Gadis berpita merah muda tertawa meremehkan.

"Kasian banget gak sih? Dia harus belajar habis-habisan biar gak dikeluarin dari sekolah, lah kita so enjoy, tetap sekolah disini. Miris banget nasib anak beasiswa." Gadis yang berada di samping gadis culun itu menepuk-nepuk pelan pipinya.

"Lo liat kacamatanya, kece banget gelaaa." Seorang gadis berponi, mengambil paksa kacamata gadis culun itu. "Anjir anjir, kacamata anti UV." Ia tertawa lalu membuang kacamata itu ke lantai, hingga terdapat retakan pada kacanya.

"Aisss nangis lagi." Gadis berpita merah muda mengusap-usap rambut gadis culun itu. Setelahnya memukul keras kepalanya hingga keningnya kembali terbentur ke lantai.

Gadis culun itu, Zura, hanya menangis dan menahan rasa sakit, entah pada fisiknya maupun hatinya.

"Giliran gue." Gadis yang bername tag, Tiara, merupakan gadis yang paling ditakuti oleh Zura. Tiara tak main-main dalam melakukan perundungan pada Zura.

Tiara berjongkok, mensejajarkan dirinya dengan Zura. "Cantik banget lo." Ia terkekeh, menghapus air mata Zura. Tiara mengumpulkan ludahnya di dalam mulut dan membuangnya ke wajah Zura.

Tuih

Air liurnya mendarat mulus di wajah Zura. Gadis itu lagi dan lagi hanya diam mendapatkan perlakuan layaknya seperti binatang.

"Wangi gak?" Tiara tertawa. Ia mengusap-usap rambut Zura, tak lupa mencabut beberapa helaian rambut gadis itu. "Anjing, rambut lo bau banget, lebih wangian sampah tau, gak." Ia tertawa keras bersama keempat temannya.

"Rambut lo harus wangi, biar cowok-cowok suka sama lo." Tiara ingin mengambil sebuah tempat sampah.

"J-jangan." Zura memegangi pergelangan tangan Tiara. Ia takut akan apa yang dilakukan Tiara. Zura menggeleng lirih. "J-jangan, udah cukup Tiara, aku mohon."

"Hah? Lo bilang apa? Udah cukup?" Tiara berdecak ringan. "Gue belum puas, anak lonte." Tiara langsung menendang tubuh Zura, hingga gadis itu tersungkur.

"Wohhh, gue juga mau." Gadis berpita merah muda yang bernama Sisil menginjak jari-jari tangan Zura, menekannya dan memutar kakinya membuat gadis itu menjerit kesakitan.

"AKHHH SAKITTT...." Zura menangis terisak.

"Katanya lebih keras, Sil," sahut Flow, gadis berponi.

Azzura Revenge (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang