Masa gue baca komenannya ridersss pada rindu Marconah, gue langsung baca ulang dong cerita Zelva yang di part nya Marco🤧padahal gue penulisnya...
Marco paling nyantol di hati gue:"(
Happy Reading💕
______________________________________
Brak!
Gebrakan meja dari Raven membuat seisi kantin terperanjat kaget. Mereka menghentikan kegiatannya dan fokus menatap laki-laki pemilik tatapan tajam itu yang kini dilanda emosi.
"Bangsat lo!" sarkas Raven tak peduli jika yang dihadapinya seorang perempuan.
"Rav, jangan kebawa emosi gini." Gama berusaha menenangkan Raven, namun laki-laki itu tak menghiraukannya.
"I don't give a fuck." Raven berteriak keras. Wajahnya merah padam, kilat amarah terpancar dari matanya.
"Gak usah drama Rav," ucap Chander. Walaupun Chander tergolong laki-laki cuek, tapi dirinya masih mempunyai hati nurani. Ia tak tega jika Zura terkena damprat kemarahan Raven. Karena sebagai laki-laki, harus melindungi seorang perempuan.
Lidah Zura mengusap sudut bibirnya. Ia terkekeh sembari menggeleng. "Keep calm brader."
"Gue gak peduli lo cewek, intinya emosi gue harus hilang." Raven langsung menarik kerah seragam Zura.
"Rav, gila lo." Gama berusaha melepaskan cengkraman Raven.
"Gue gila lo mau apa?!" balas Raven tajam. Ia ingin menghempaskan tubuh Zura ke lantai, tapi sial. Tangannya malah dipelintir oleh Zura.
Ayolah ini Zura. Hanya masalah sepele baginya dalam hal perkelahian bocah.
"Anjing!" Raven meringis kesakitan. Biasanya ia yang memelintir tangan orang, tetapi sekarang berbanding terbalik.
Satu tangan Zura mencengkeram erat rambut Raven. Kepala Raven mendongak keatas. Oh terlihat memalukan bagi laki-laki pemilik tatapan tajam itu.
Gama dan Chander sampai melotot melihat tindakan Zura. Ternyata gadis ini tak lemah seperti yang ada didalam benak keduanya.
Zura mendorong tubuh Raven kasar, hingga laki-laki itu menubruk meja.
Brak!
Zura tersenyum miring. "Satu kosong, brader." Zura melenggang pergi menuju stan penjual. Hanya membeli coca-cola. Setelah itu, ia kembali ke tempat Raven, meneguk minuman bersoda itu sampai tandas.
"Akh." Zura mendesah kasar. Kaleng yang telah kosong itu, Zura lempar ke kepala Raven.
Pletak!
Raven meringis lalu mengumpat.
"Sorry, gue kira tempat sampah." Zura terkekeh mengejek dan melangkah keluar dari kantin.
Ah, Zura kehilangan nafsu makannya. Dan nampaknya hari ini Zura akan bolos. Ia juga tidak mood untuk belajar.
Zura berjalan-jalan mengelilingi sekolah barunya. Tak terasa, jam masuk telah berbunyi 3 menit yang lalu. Langkah Zura terhenti saat mendengar suara ambigu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Azzura Revenge (End)
Ficção AdolescenteAzzura Thalassa Adicandra atau dipanggil Zura, gadis berusia 16 tahun yang bergabung dalam agen rahasia dalam mengusut kasus kejahatan bernama THUNDEROUS agen yang identik dengan pakaian hitam. THUNDEROUS ini sering bekerjasama dengan pihak kepolisi...