16-Rebutan

45.6K 5.4K 281
                                    

Happy Reading💕

______________________________________

Zura berdecak kesal saat pintu markas telah dikunci. Ia tau Asher masih belum tidur, namun pria itu mengabaikan bel pintu.

Mengenai Kaizo dan Gernon, keduanya berada di Jepang, mengusut sebuah kasus pembunuhan berantai yang melibatkan nyawa dua WNI.

Dan beberapa anggota THUNDEROUS juga ikut bersama kedua pria itu. Sehingga di markas hanya tersisa 5 anggota THUNDEROUS.

Zura beralih melangkah dibagian letak kamarnya. Memanjat balkon namun sialnya pintu dan jendelanya dikunci dari dalam.

Asher sialan!

Ingin menghubungi Asher agar membuka pintu, tapi itu seakan menjatuhkan harga dirinya. Sama saja dirinya memohon pada Asher.

Zura terpaksa harus tidur di balkon malam ini. Gadis itu duduk di kursi balkon dan menyenderkan punggungnya. Tubuhnya terasa lemas, begitu juga batinnya yang lelah.

Zura mulai memejamkan matanya, hingga tak lama kemudian terlelap ke alam bawah sadar.

Beberapa saat, pintu balkon terbuka. Terlihat pria tampan yang berjalan kearah Zura.

"Bodoh." Asher menggendong tubuh Zura ala bridal style dan membawanya masuk ke dalam. Membaringkan tubuhnya pelan ke ranjang lalu menyelimutinya. Asher menatap luka pada bibir Zura yang belum di obati.

Ada perasaan bersalah yang berkecamuk dalam dirinya. Asher membuka laci meja yang berada di samping ranjang dan mengambil kotak obat. Ia duduk di tepi ranjang lalu mulai mengobati luka di bibir gadis itu dan pipinya.

Zura yang terlelap terlihat damai di mata Asher. Ia mengelus pipi Zura yang membengkak itu lembut.

Asher menyampirkan anakan rambut yang menghalau wajah cantik itu. "Apa kau sudah makan?" Asher memejamkan matanya saat bayang-bayang dirinya menampar Zura terlintas di benaknya. Bodoh kau Asher!

"Aku minta maaf," lirihnya sendu.

Asher hanya dapat berbicara seperti ini saat Zura tertidur. Setiap kali dirinya memarahi Zura, pasti tengah malam saat gadis itu tertidur Asher akan memasuki kamar Zura dan meminta maaf. Terlihat seperti pecundang, tapi Asher tak bisa berbicara dengan Zura jika gadis itu dalam keadaan sadar, karena setiap perkataan Zura pasti berdampak pada emosinya, bukan hanya Zura tetapi orang lain juga. Namun Zura lah yang paling menonjol.

Asher menatap lekat wajah cantik itu yang terlihat memucat. Ia memajukan wajahnya dan mengecup lembut pipi Zura yang membengkak.

"Selamat malam, Zura." Pria itu mengusap rambut Zura singkat. Kemudian berdiri dari tepi ranjang dan keluar dari kamar Zura.

_______________________________

"Masih hidup lo?!" sinis Vilas saat dirinya dan keempat temannya berpapasan dengan Zura.

"Udah mati, ini arwah gue lagi gentayangan," balas Zura tak kalah sinis.

Regie, Vander dan Zahir terkekeh mendengar perkataan dari Zura, namun tiba-tiba ketiganya dilingkupi perasaan bersalah karena meninggalkan gadis itu di dalam cafe. Ya walaupun itu semua atas keinginan Zura, tapi tetap saja merasa bersalah.

"Zura," panggil Vander. "Maksudnya lo yang di cafe apa? Bisa atasi bom?"

Zura terdiam sejenak. Bingung ingin mencari alasan apa.

"Lagi gila dia," sahut Ram dingin.

Zura mendelik tajam kearah Ram. "Sekalinya bicara langsung ngejek, emang babi ngepet lo!"

Azzura Revenge (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang