Tiga belas

88.5K 4.5K 52
                                        

Tidak seperti hari sebelumnya, hari ini mereka berdua telat bangun dan berakhir telat sholat subuh.

"Gara-gara kamu nih Mas!" omel Dania sedari tadi kepada suaminya.

Danu menyengir tanpa dosa, salahkan Dania yang membuat juniornya selalu tegang hingga mereka berdua melakukan itu sampai beronde dan berhenti saat pukul dua pagi. Benar-benar Danu.

"Udah ayo turun jangan ngomel mulu, keburu di panggil Ibu nanti." Danu mengajak Dania untuk segera turun.

"Sabar kenapa! Aku enggak bisa jalan cepet ini!"

Danu yang tersadar istrinya susah berjalam karena ulah nya pun segera membantu istrinya dengan memegang pinggang nya. Dan berjalan pelan.

"Ayah.. Bunda." Panggil Denaya ketika melihat kedua orang tuanya di meja makan.

"Udah selesai makan Den?" tanya Danu yang di balas anggukan oleh si empunya.

"Denaya mau berangkat dulu." beranjak dari duduknya menyampirkan tas gendong nya ke bahu.

"Biar Ayah antar."

"Enggak usah Ayah, Denaya mau pakai sepeda ke sekolah nanti sama Mbak Keyna." jelas Denaya membuat Danu paham.

Anaknya itu suka sekali mengenakan sepeda saat pergi ke sekolah katanya bisa menghirup udara sejuk dan juga bisa lihat kebun. Danu juga tidak mempermasalahkan nya karena sekolah Denaya dengan rumah tidak terlalu jauh.

"Assalamualaikum, Denaya berangkat dulu Ayah Bunda." menyalimi kedua orang tuanya.

"Hati-hati ya sayang." ujar Dania tersenyum lembut ke arah putrinya.

"Iya Bunda."

Setelah kepergian Denaya pasangan suami istri itu buru-buru mengisi tubuhnya dengan berbagai makanan yang sudah tersedia di atas meja.

Orang tua Danu sepertinya sudah pergi lebih dulu untuk ke gudang mengecek stok sayuran yang akan di kirim hari ini.

"Kamu enggak berangkat Mas?" tanya Dania ketika melihat suaminya malah duduk di ruang keluarga setelah selesai sarapan.

"Libur dulu."

Dania mengendikan bahunya acuh ia akan merapikan meja makan dan dapur, siang nanti juga Dania yang akan memasak ia tidak enak dengan Ibu mertuanya yang selalu memasakan makanan untuknya. Walau pun Bu Ratih tidak keberatan tapi Dania merasa tidak melakukan kewajiban nya sebagai seorang istri dan menantu di rumah ini.

Tentang masalah Ibu kandung Denaya semua telah di ceritakan oleh Ibu Ratih sebelum pernikahan nya dan juga sudah di jelaskan Danu.

Dania sebenarnya tidak habis pikir dengan jalan pikiran Ibu kandung Denaya. Tega sekali dia berselingkuh dengan bos suaminya. Danu pasti sangat kecewa. Apalagi saat putrinya baru lahir mereka harus mengurus surat perceraian di susul dengan Ibu kandung Denaya menikah dengan bosnya itu.

Dania juga sudah menceritakan kisah percintaan nya yang kandas di tengah jalan karena orang terdekat nya teman nya sendiri.

Semua tidak ada yang perlu di sembunyikan atau di tutup-tutupi di dalam sebuah pernikahan harus ada keterbukaan dari keduanya.

Saling melengkapi kekurangan pasangan menerima semua kekurangan dan kelebihan nya.

"Mau kemana?" tanya Danu ketika melihat sang istri berjalan menuju pintu utama.

"Beli sayuran di tukang sayur depan."

"Di kulkas enggak ada?"

"Udah pada habis Mas." setelah mengatakn itu Dania keluar menuju tukang sayur yang sengaja mangkal di sebelah rumah mereka.

DuDa (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang