Sebelas

72.4K 5K 114
                                        

Setelah kejadian seminggu yang lalu itu Danu selalu mengahindari Dania. Entah saat Dania mulai mendekati Danu atau Dania yang akan mengajak nya mengobrol. Membuat Dania merasa bersalah kepada suaminya.

"Pak." Dania memanggil suaminya yang baru masuk ke dalam kamar.

Tanpa menjawab Danu berlalu menuju kamar mandi untuk membersihkan badan nya yang seharian tadi di luar.

"Aku padahal udah minta maaf, aku juga enggak nyuruh mobil itu di antar kemari." gumam Dania menatap nanar pintu kamar mandi yang tertutup.

Dania duduk di atas ranjang, menunggu suaminya keluar dari kamar mandi.

"Pak." panggil Dania lagi, yang belum di gubris Danu.

"Mas Danu." lirih Dania. Danu yang tadi berniat untuk keluar dari kamar menghentikan langkah nya.

"Aku minta maaf kalau punya salah sama Mas, jangan diemin aku kayak gini." air mata yang berusaha Dania cegah akhirnya luruh juga.

Danu masih bertahan dengan posisis nya yaitu membelakangi istrinya.

"Mas? Aku udah minta sopir buat ambil mobil itu lagi, tapi Papah enggak ijinin." jelas Dania.

"Maaf, kamu enggak mau aku di rumah ini? Aku bisa pergi." jujur saja Dania di rumah ini seperti tidak di butuhkan ia seorang istri tapi selalu di abaikan di sini.

Danu berbalik menatap mata istrinya yang sudah bercucuran air mata. Membuat Danu merasa bersalah.

Berjalan mendekati istrinya, merentangkan tangan nya dan Dania langsung berhambur ke pelukan suaminya.

Dania menangis di dada Danu menumpahkan segala keluh kesah nya. Anggap saja Dania cengeng tapi Danu juga egois.

Danu menangkup wajah istrinya dan berkata, "dengarkan saya baik-baik. Kamu salah paham rupanya dengan tindakan saya akhir-akhir ini, saya bukan marah sama kamu selama satu minggu ini. Saya tidak marah karena masalah mobil, tidak. Saya hanya sedikit menjaga jarak dari kamu. Saya takut khilaf. Ya walaupun kamu istri saya hanya saja saya tau kamu belum siap soal itu. Dan satu lagi, saya kesal dengan kamu yang selalu memanggil saya 'Pak Danu' 'Pak' saya suami kamu tapi berasa jadi bapak kamu." jelas Danu panjang lebar.

"Jangan menangis lagi, baru satu minggu tapi saya sudah membuat kamu menangis. Saya minta maaf." menatap mata istrinya.

"Kenapa enggak bilang dari kemarin!"

"Saya kira kamu sudah paham." memeluk lagi istrinya erat. Danu enggan melepaskan pelukan mereka.

"Kalau Mas mau, aku udah siap kok." ujar Dania membuat Danu buru-buru melepas pelukan mereka.

"Tenang, kita masih punya banyak waktu." gurau Danu mencoba mencairkan suasana.

"Aku serius." bisik Dania di telinga Danu. Membuat bulu kuduk Danu meremang.

"Udah waktunya makan malam, kita turun sebelum Ibu panggil." ujar Danu mengalihkan pembicaraan mereka.

Setelah acara makan malam keluarga wijaya saat ini sedang berkumpul di teras depan rumah. Para laki-laki dengan kopi dan gorengan hangat sedangkan para wanita dengan gosip-gosip mereka. Keluarga Siska juga berada di sana.

Bu Ratih yang melihat wajah sumringah dari menantu nya merasa lega pasalnya akhir-akhir ini wajah Dania selalu terlihat murung dan lesu. Membuat Bu Ratih berpikir yang tidak-tidak tentang rumah tangga anak nya.

"Semoga semua baik-baik saja." batin Bu Ratih berharap.

"Bakal panen lagi kamu Nu?" tanya Ridho suami Siska.

DuDa (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang