Lima

74.5K 5.4K 44
                                    

Di desa itu gosip tentang kedekatan Dania dan Danu mulai menjadi-jadi. Ada yang terang-terangan membicarakan mereka berdua. Apalagi sejak malam-malam Danu keluar bersama Dania.

Gosip itu juga sudah sampai di telinga Bu Tini dan juga ibu Ratih ibu dari Danu. Bu Ratih senang dengan gosip itu, karena ia selalu meminta Danu untuk menikah lagi tapi tidak pernah di gubris dan sekarang Danu sendiri yang memilih itu jauh lebih baik.

Sedangkan Bu Tini merasa tidak enak dengan Dania dan juga orang tuanya pasalanya Dania kemari untuk sekedar liburan tidak lebih tapi malah ada gosip seperti ini.

"Enggak usah di dengerin gosip nya ya Nak." Bu Tini menatap mata teduh Dania yang saat ini sedang duduk di kursi depan rumah.

"Biarin aja lah Bu, aku enggak terlalu ambil pusing kok." menenangkan Bu Tini.

"Ya sudah, Ibu mau kerja dulu, kamu di rumah aja." ujar Bu Tini dengan bersiap-siap dengan alat kerja nya.

"Iya Bu, hati-hati."

Dania menatap punggung Bu Tini hingga tidak terlihat di pandangan nya. Tadi Surya sudah berangkat lebih dulu setelah sholat subuh ada panen katanya hari ini.

"Terus aku ngapain di rumah? Cuma duduk diem gini?" monolog nya.

Dania menatap kosong jalanan di depan rumah Bu Tini. Rumah Bu Tini bukan rumah mewah atau besar. Rumah Bu Tini adalah rumah sederhana dan yang paling penting nyaman.

Awalnya Dania merasa kegerahan atau kepanasan di dalam rumah. Karena tidak ada ac tapi lama ke lamaan Dania mulai beradabtasi.

"Oh iya! Di belakang rumah ada sepeda nya Surya." berjalan ke belakang rumah dan menemukan sepeda milik Surya.

"Aku pinjam enggak apa kali ya, kemarin dia juga nawarin." menaiki sepeda tersebut.

Masih tetap sama seperti hari biasanya Dania selalu mengenakan one set yang nyaman dengan celana pendek.

Dania sudah lumayan paham jalanan di sini jadi ia tidak akan tersesat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dania sudah lumayan paham jalanan di sini jadi ia tidak akan tersesat. Yang Dania suka dari desa ini adalah warga nya yang ramah dengan pendatang baru seperti dirinya di tambah lagi perkebunan sayur yang menjadi ciri khas desa ini. Pemandangan yang sangat indah dan jarang di temukan di Jakarta.

"Mbak Dania mau kemana?" tanya perempuan seusianya.

"Mau sepedaan keliling kampung aja mbak." tersenyum ramah ke arah perempuan tadi.

"Mbak dari mana?" tanya Dania sekedar basa-basi.

"Habis dari rumah nya juragan, jual hasil kebun orang tua saya." jawab nya yang di balas Dania dengan anggukan kepala.

"Saya lanjut sepedaan ya." akan mengayuh sepeda nya lagi.

"Enggeh, hati-hati."

Cuaca hari ini sedikit mendung jadi walau hari sudah semakin siang tapi cahaya matahari masih malu-malu untuk menampakan dirinya. Beruntung untuk Dania yang takut kulit nya terbakar.

Masih belum merasakan lelah walau keringat di dahi nya sudah mulai bercucuran di tambah lagi rambutnya yang basah lepek karena keringat.

"Aku kalau setiap hari sepedaan kayaknya makin kecil ini badan." ujar Dania dengan terkikik geli. Pasalnya badan nya ini sudah kecil.

"Tante.. " panggil anak perempuan itu.

Dania yang mengenali anak perempuan itu pun segera mendekat.

"Dari mana?" tanya Dania dengan celingak celinguk melihat sekitar.

"Lihat kebun." jelas nya. Membuat Dania paham.

"Ke sini sama siapa? Kamu berani sendirian? Nanti kalau tersesat gimana?"

"Sama ayah tapi ayah lagi sibuk kerja. Aku udah hafal jalan nya kok tan."

"Oh begitu." mangut-mangut mengerti.

"Tante dari mana? Kok naik sepeda?" menatap Dania dan beralih ke sepeda.

"Dari rumah, ini lagi sepedaan."

Dena ber oh ria, "ikut boleh? Nanti anterin ke sini lagi." tanya Dena berharap.

"Boleh, yuk!" ajak Dania dengan senyum sumringah yang menular ke Dena. Siapa saja yang melihat senyum Dania pasti akan terpesona dengan kecantikan nya.

Dania pun akhirnya melanjutkan mengayuh sepeda nya lagi. Perjalanan mereka di iringi dengan tawa dan candaan keduanya. Membuat warga yang melihat merasa takjub dengan kedekatan mereka berdua.

Jika di lihat sekilas Dania dan Dena seperti ibu dan anak yang sedang menghabiskan waktu libur berdua.

"Nanti langsung bawa ke gudang saja." perintah Danu kepada pekerjanya.

"Baik Pak Danu." berlalu mengerjakan tugas nya.

Pekerjaan Danu bukan lah semudah dan seenak yang di lihat, ia harus selalu mengecek semua kebun-kebun nya mulai dari ujung sampai ke ujung. Membuat waktu nya habis untuk bekerja. Itu sebabnya kadang saat pekerjaan Danu tidak terlalu banyak ia mengajak putrinya untuk ikut ke kebun. Walau nantinya berujung di abaikan.

"Ayo nak, kita pulang." ajak Danu ketika sudah berada di tempat beristirahat para pekerja nya.

"Cari Dena pak?" tanya salah satu pekerja nya yang sedang duduk ber istirahat karena sudah memasuki jam makan siang.

"Iya, tadi tak suruh tunggu di sini kok enggak ada." dengan nada khawatir.

"Tadi saya lihat sama mbak nya Surya, siapa ya namanya lupa." mencoba mengingat ingat.

"Dania?" tanya Danu, yang langsung di angguki nya.

"Kemana?" tanya Danu ketus. Ia sudah lelah dengan urusan pekerjaan di tambah lagi dengan urusan anak nya dengan perempuan itu.

"Tadi saya lihat di ujung sana Pak." menunjuk kebun yang di maksud.

Danu mengucapkan terima kasih terlebih dahulu sebelum berlalu pergi mencari anak nya.

"Tante capek?" tanya Dena dengan mengelap keringat yang berjatuhan di dahi Dania.

"Lumayan.. " dengan nafas tersenggal senggal.

"Kita istirahat aja." memegang tangn Dania agar Dania berhenti mengayuh sepeda.

"Nanti kamu di cari ayah kamu gimana?" menatap sekilas Dena yang berada di bawah dagu nya.

"Enggak usah khawatir tan, lagian aku juga baik-baik aja." mencoba menenangkan.

"Istirahat sebentar ya." setelah mengatakan itu Dania dan Dena duduk di atas rumput dengan kaki di regangkan.

"Tadi Ayah nyuruh apa Den?!" dengan sedikit berteriak. Setelah menemukan orang yang ia cari.

"Maaf Ayah.. Dena ikut sepedaan sama tante." berjalan mendekati Ayah nya.

Sedangkan Dania sudah terkesiap dan berdiri dari duduknya. Dania sedikit terkejut dengan suara Danu yang meninggi barusan.

"Kamu juga! Jangan dekat-dekat dengan anak saya lagi." menunjuk nunjuk Dania dengan jari telunjuk nya.

Setelah mengatakan itu Danu dan Dena berlalu pergi meninggalkan Dania dalam kesunyian.

"Huft! Aku yang di salahin."

"Nyesel deh sedikit tertarik sama itu duda!" gerutu Dania. Segera menaiki sepeda nya dan pulang ke rumah. Mood nya sudah hancur.







Agak sedikit beda dengan cerita-cerita ku sebelum nya.

Terima kasih.

Jangan lupa follow akun ku juga ya xixi. 😋😊

DuDa (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang