Tiga Puluh

51.8K 4.2K 1.2K
                                    

"Kenapa dulu enggak bilang masalah kebun ke aku Mas?! Aku bisa bantu." ujar Dania tidak suka setelah tau hal yang di sembunyikan suaminya dan keluarga.

"Saya bisa selesaikan semuanya."

"Tapi sama aja Mas, aku ini istri kamu masa kamu enggak cerita ke aku?"

Mengelus pelan puncak kepala istrinya sayang, "maaf." lirihnya.

Dania memutar bola mata malas, jengkel terhadap apa yang dilakukan suaminya tapi mau bagaimana lagi semua sudah terjadi.

"Mau kemana?" mencegah Dania yang ingin beranjak pergi.

"Mau ke Jakarta." malas meladeni suaminya.

"Jangan ngambek gitu, saya minta maaf." segera menyusul istrinya yang sekarang sudah ada di luar rumah.

"Kamu beneran mau ke Jakarta? Jangan aneh-aneh kamu!"

Dania tidak menggubris pertanyaan suaminya ia terus berjalan hingga sampai di depan mobil.

"Ayo pergi jalan-jalan Mas." pinta Dania tiba-tiba yang sontak membuat Danu melongo dibuatnya.

"Mau nggak?" tanya Dania.

"Kenapa dadakan? Saya enggak bisa. Kamu tau kan hari ini ada panen banyak. Saya harus bantu nanti." tolak Danu dengan memberi sedikit penjelasan kepada istrinya.

"Kamu mah gitu!" cemberut Dania memalingkan wajahnya.

"Besok aja ya?" tawar Danu.

Wajah Dania sekarang benar-benar sudah muram. Dania sebal dengan suaminya yang selalu menomor duakan dia dan calon anaknya benar-benar membuat nya jengkel. Apalagi dengan keadaan Dania sekarang yang tengah mengandung membuat mood nya kadang bagus kadang jelek.

Dering telfon milik Danu membuatnya undur diri meninggalkan Dania sendirian di garasi.

"Huft!" memajukan bibirnya cemberut.

"Saya pergi dulu, kamu masuk ke rumah." ujar Danu sebelum pergi dari rumah setelah mendapat telfon tadi.

Mencium kening istrinya sayang sebelum pergi, tanpa melihat dan memastikan istrinya benar-benar akan masuk rumah atau tidak.

"Kita jalan-jalan berdua aja yuk sayang." mengajak berbicara perutnya yang sudah membuncit. Usia kandungan Dania sudah menginjak enam bulan.

Setelah berhasil mengeluarkan motor dari garasi Denaya datang dari luar rumah karena baru pulang sekolah.

"Bunda!" panggil Denaya sumringah.

"Cantiknya Bunda, udah pulang? langsung masuk ya. Ganti baju."

"Bunda mau kemana?"

"Mau keliling desa, sekalian beli jajan."

"Ikut!!" teriak Denaya antusias.

"Jangan, Denaya di rumah aja." cegah Dania.

"Enggak Denaya ikut!"

"Denaya." peringat Dania tapi tidak membuat putrinya takut.

"Ikut Bunda!"

Dania menghembuskan nafas beratnya. "Ganti baju, Bunda tunggu di sini."

"Siap! Jangan di tinggal ya!" segera berlalu menuju ke dalam rumah untuk berganti baju.

Sekitar lima belas menit Dania menunggu akhirnya Denaya datang dengan tergopoh-gopoh takut di tinggal oleh Bundanya.

"Ayo Bunda!" semangat Denaya yang membuat Dania mengulas senyum tulusnya.

DuDa (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang