Tiga

76K 5.5K 48
                                    

"Mau pada kemana?" tanya Dania ketika melihat Bu Tini dan Surya yang ingin keluar rumah.

"Mau kerja Mbak." jawab Surya dan di angguki Bu Tini.

"Dania boleh ikut? Cuma lihat aja kok. Janji enggak akan ganggu." dengan tatapan memohon. Membuat Bu Tini dan Surya tidak berani menolak.

Mereka bertiga berjalan kaki menyusuri jalanan desa. Benar-benar sejuk dan menenangkan.

Semenjak Dania tiba di desa ini ia sama sekali belum keluar dari rumah, baru kali ini ia keluar dari rumah.

"Indah ya Bu, sejuk. Dingin ternyata." cengir Dania. Ia sepertinya salah memilih baju kali ini.

"Kedinginan Nak?" tanya Bu Tini khawatir.

"Eh! Enggak Bu. Udah ibu tenang aja." mencoba menenangkan.

"Lagian juga nanti pas udah agak siang gak akan sedingin ini." ujar Dania menenangkan.

Dania pagi ini mengenakan one set yang bahan nya nyaman tapi agak tipis karena bahan rayon.

"Bu Tini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Bu Tini.. " panggil wanita seusia Bu Tini.

"Eh Ratih.. Pie kabare?" dengan tersenyum hangat.

"Alhamdulillah, baik."

"Buk, Surya duluan ya." pamit Surya ketika akan meninggalkan ibu nya.

Bu Tini mengangguk sebagai jawaban.

"Ini siapa? Calon mantu mu?" tanya Ratih.

"Eh bukan! Ini anak majikan ku di jakarta." terang Bu Tini.

"Oalah, cantik. Namanya siapa?" mengulurkan tangan.

Dania tersenyum dan menjabat tangan, "Dania Bu.. " ujar Dania lirih.

"Ayu! Mau sama anak nya ibu ndak?" tanya Ratih kepada Dania.

Dania menunduk tersenyum kikuk, "baru juga kenal!" batin nya.

"Aku tak pergi dulu ya, mau kerja di kebun mu." Bu Tini mengakhiri sesi mengobrolnya.

"Iya.. Hati-hati."

Dania yang sedari tadi mengikuti Bu Tini pun ikut undur diri meninggalkan Bu Ratih.

"Kamu di sini duduk aja ya, Nak." ujar Bu Tini yang di balas anggukan oleh Dania.

Waktu berjalan cepat, matahari sudah naik. Cuaca menjadi sangat terik sekarang.

"Huft! Tadi dingin banget sekarang panas." Dania berjalan menyusuri perkebunan yang sangat luas itu untuk mencari tempat berteduh. Sebelum kulitnya berubah menjadi coklat.

Hingga ia menemukan pohon yang cukup besar, dan bisa untuk melindungi tubuhnya dari terik sinar matahari.

Dania menyandarkan punggung nya di pohon tersebut. Menatap perkebunan sayur di depan nya.

"Besar banget ya kebun nya, pasti yang punya kaya nih. Tua juga." Dania terkikik geli.

Dari arah depan Dania dapat melihat ada dua orang anak perempuan sedang mengendarai sepeda ke arah tempatnya duduk.

"Capek Mbak, istirahat sebentar ya?"

"Boleh deh!"

Mereka memarkirkan sepeda, setelah itu berjalan mendekati Dania. Lebih tepatnya mereka ingin terlindungi dari sinar matahari yang terik.

"Tante orang sini?" tanya salah satu dari mereka kepada Dania. Yaitu Keyna.

"Iya, tapi tante bukan asli sini." jawab Dania sekenanya.

"Dena.. Tante namanya siapa?"

"Dania." Dania memperkenalkan diri.

"Ayo kita sepeda an lagi!" ajak Keyna.

"Bentar Mbak, tante ini namanya Mbak Keyna." ujar Dena memperkenalkan saudara nya Keyna.

Dania mengangguk dan tersenyum ramah ke arah mereka berdua.

"Aku capek Mbak!" keluh Dena tapi masih mendekati sepeda nya.

"Cemen kamu!" Keyna mulai mengayuh sepeda nya meninggalkan Dena yang masih diam mematung.

Dania yang merasa kasihan mendekatinya.

"Rumah kamu jauh dari sini?" tanya Dania yang sudah berada di sebelah Dena.

"Lumayan tante."

"Mau tante anter? Tapi jalan kaki." tawar Dania. Paling tidak Dena ada teman nya.

"Tante enggak keberatan?"

"Enggak."

Butuh waktu dua puluh menit hingga mereka berdua sampai di rumah Dena.

"Ini rumah kamu?" tanya Dania. Ia takjub dengan kemegahan rumah di depan nya. Di desa tapi ada rumah sebesar dan semegah ini.

"Rumah Ayah." dengan terkikik geli.

"Iya juga ya! Kamu mana mungkin punya uang buat bikin rumah segede ini." Dania tertawa ringan. Di ikuti Dena yang juga ikut terpingkal-pingkal.

Hingga semua orang yang berada di halam rumah itu menoleh semua ke sumber suara. Memperhatikan dua perempuan beda generasi di depan mereka.

Dania yang sudah merasa cukup tertawa akhirnya mulai mengatur nafasnya. Sedangkan Dena menatap kagum ke arah Dania.

"Tante lucu!" memegangi perutnya.

"Stts! Jangan berisik nanti ganggu tetangga." larang Dania. Tapi terlambat.

"Tante nengok ke belakang deh! Tante telat larang nya."

Dania pun mengikuti perintah Dena dan betapa malu nya ia menjadi tontonan warga.

"Aduh! Malu banget!" batin Dania.

Di gerombolan orang yang menonton nya ada yang mengenal Dania yaitu Surya.

"Ayo Mbak kita pulang." ajak Surya karena tau kalau Dania sedang menahan malu.

"Eh! I-iya ayo!" Dania buru-buru berjalan beriringan dengan Surya. Meninggalkan Dena dan segerombol orang tadi.

"Dadah tante Daniaaa!" teriak nyaring Dena.

Semua orang yang bergerombol tadi saling berpandangan. Penasaran dengan anak bosnya itu. Yang jarang sekali berbicara dan tertawa lepas dengan orang asing.

Bisik-bisik dari semua orang mulai terdengar, ada yang bilang 'mungkin calon istrinya pak bos' ada juga yang bilang 'itu anak nya siapa? Kok baru lihat' dan juga ada yang bilang 'perempuan matre'.

Hingga mereka semua lelah sendiri mencari kesimpulan dan kebenaran tapi tidak kunjung mereka dapatkan.

Di dalam rumah, Danu melihat semua nya tadi. Putrinya yang jarang sekali berbicara dengan orang asing dan tertawa hingga terpingkal seperti tadi.

"Dania?"

"Aku belum pernah melihatnya di desa ini. Anak siapa dia? Atau mungkin anak nya Bu Tini? Karena tadi Surya mengenalnya."

"Ah entahlah. Aku tidak peduli." monolog Danu.

"Tapi aku penasaran dengan nya." lirih nya.





Alhamdulillah bisa update lagi. Tekan bintang nya jangan lupa.

Makasih😍😊

DuDa (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang