Dua puluh enam

53K 3.6K 41
                                    

Pagi ini Denaya berniat untuk jalan pagi di jalanan desa dengan di dampingi bundanya.

Mereka berdua menyusuri jalan desa dengan senyum mengembang di bibir mereka berdua. Canda tawa dari keduanya membuat orang-orang merasa iri dengan kedekatan mereka.

"Kalau aja, Ayah ikut ya Bunda... "

"Ayah kan lagi sibuk ngurus kebun sayang." merangkul pundak putrinya.

"Kebun terus yang di urus!" kesal Denaya.

Dania menatap putrinya tersenyum tipis. "Bunda aja di anggurin sayang." gumam Dania pelan.

"Bunda bicara apa?" tidak jelas mendengar kan nya.

Dania gelagapan ia buru-buru menggeleng.

Tepat pukul 11.00 Denaya dan Dania sudah sampai di rumah mereka. Ratih yang melihat menantu dan cucunya baru pulang itu segera menghampiri.

"Baru pulang Dan?" tanya Ratih.

"Iya Bu, maaf sebelumnya." tidak enal dengan mertuanya.

"Enggak masalah." tersenyum hangat ke arah Dania.

"Denaya langsung makan sama Bunda ya." tambah Ratih.

Denaya dan Dania mengangguk mengiyakan. Perut mereka berdua sudah keroncongan minta di isi secepatnya.

"Udah kenyang Den?"

"Udah Bunda." memegang perutnya kekenyangan.

"Langsung mandi ya." perintah Dania.

"Iya Bunda." berlalu ke arah tangga menuju kamarnya.

Dania membereskan piring kotor mencucinya sebentar sebelum naik ke atas menuju kamar.

Selepas membersihkan dirinya Dania duduk bersantai memandangi kaca jendela. Melihat pemandangan di bawah sana hingga penglihatan nya terfokus pada Danu suaminya yang sedang berjalan masuk melwati pagar rumah mereka.

Cklek

Suara pintu kamar terbuka dapat Dania pastikan itu adalah suaminya.

"Mas.. " berjalan menghampiri, berniat untuk mencium punggung tangan suaminya.

"Udah makan?"

"Udah barusan, kamu mau makan? Aku ambilin."

"Ambilin bawa ke kamar ya, saya mau mandi dulu."

"Siap." Danu tersenyum di buatnya.

Dania mengambilkan makanan yang di suka suaminya. Tapi rata-rata ibu mertuanya memasak kesukaan Danu semuanya. Karena Ayah mertuanya tidak begitu ribet soal makanan. Dan Denaya tidak meminta makanan yang aneh-aneh.

Danu keluar dari kamar mandi dengan pakaian lengkapnya. Melihat istrinya yang sudah duduk kembali di sofa single kamar mereka.

"Ada di mejaa Mas." ujar Dania.

Danu mengambil makanan yang di ambilkan istrinya duduk di atas ranjang dengan lahap memakan makanan nya.

"Ada yang lagi kamu pikirin?" tanya Danu setelah selesai dengan makanannya.

"Enggak ada."

Dania jujur ia sedang tidak memikirkan hal berat yang mengganggu pikiran nya.

"Terus ini kenapa mukanya cemberut gitu?" mencubit pipi Dania.

"Jangan di cubit, sakit!"

Danu terkekeh di buatnya, menatap mata teduh istrinya mencari kebenaran di sana.

DuDa (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang