Dua puluh tujuh

52.2K 3.6K 34
                                    

Jantung Danu seperti jatuh dari tempatnya setelah mendengarkan penuturan dari ibunya yang menduga istrinya hamil.

"Itu sebabnya ibu suruh ke rumah sakit, langsung ke dokter kandungan."

"Kalau memang hamil kenapa Dania enggak bilang ke Danu bu."

Danu tidak mengerti dengan semua ini, ia terlalu cemas dengan keadaan istrinya. Di tambah lagi jika memang benar istrinya hamil.

"Bagaimana keadaan istri saya?" tanya Danu tidak sabaran ketika melihat dokter keluar dari ruang periksanya.

"Bapak suami dari Bu Dania?" tanya dokter itu memastikan dan di balas anggukan pasti oleh Danu.

"Begini Pak, terjadi pendarahan di kehamilan istri bapak. Untungnya calon anak bapak kuat hingga dia bisa bertahan." menatap Ratih dan Danu bergantian.

"Di usia kehamilan yang masih muda ini saya saran kan lebih berhati-hati lagi karena sangat rentan keguguran. Dan untuk bapak tolong di tahan dulu untuk berhubungan dengan istri nya ya. Fisiknya memang bisa menerima tapi calon anak bapak tidak bisa." di akhiri dengan senyuman untuk mencairkan suasana.

Dokter bisa menebak karena saat tadi memeriksa terdapat banyak sekali kiss mark di leher dan bahu Dania.

"Saya tidak tau tentang kehamilan istri saya."

"Oh, kalau begitu selamat ya pak atas kehamilan istri nya." memberi selamat kepada Danu dan di balas Danu dengan sedikit minat.

Danu akan bertanya ke istrinya nanti kalau sudah sadar.

"Jangan di marahin!"

"Tapi bu- "

"Seharusnya kamu yang ibu sama Dania marahi. Kamu itu mesumnya parah nafsuan." maki Ratih kepada anaknya.

"Untung aja calon anak kamu enggak kenapa-kenapa."

Semua anggota keluarga sudah ada di ruang rawat Dania menunggunya siuman.

Dania membuka matanya pelan menyesuaikan dengan cahaya di ruang rawatnya.

"Engh.. "

"Nak?" Rahmat mendekat.

"Minum." pinta Dania yang merasa tenggorokan nya kering.

Danu memberikan segelas air untuk istrinya yang langsung di sambut olehnya.

Sedangkan semua anggota keluarga yang tadi berada di sana satu persatu keluar memberikan waktu untuk Danu dan Dania berbicara berdua.

"Mas kemana tadi? Darah!" Dania teringat dengan darah yang mengucur di sela pahanya, membuka selimut spontan. Membuat perutnya sedikit nyeri.

"Kamu enggak tau tentang kehamilan kamu?"

"Hamil? Aku hamil?!" tanya Dania tidak percaya. Ia ingin memastikan.

Danu mengepalkan tangan nya meninju dinding di sebelahnya tanpa takut dirinya terluka. Dania yang melihat itu terkejut.

"Kamu ngapain Mas!" memegang tangan suaminya yang sudah terluka itu.

"Maaf, maafkan saya. Saya enggak tau kalau kamu hamil."

"Ini semua karena saya."

Dania tercengang ia tidak menyangka kalau dirinya tengah hamil. Mengandung buah hati mereka. Ternyata dugaan nya benar. Kalau dirinya tengah hamil.

"Aku hamil Mas?" tanya Dania lagi memastikan. Yang di jawab Danu dengan anggukan kepala berulang kali dengan senyum tulus dan air mata mengucur di pipinya. Suaminya menangis.

"Mas kenapa nangis?" mengusap pipi suaminya sayang.

"Maaf karena saya, kamu mengalami pendarahan."

Dania di buat tercengang lagi. Ia menggeplak pergelangan tangan suaminya dengan brutal dan kasar agar kapok.

"Anak aku gimana Mas? Baik-baik aja kan?" khawatir Dania.

"Alhamdulillah dia baik." mengelus perut Dania yang terdapat kehidupan di sana.

"Alhamdulillah Mas.. "

Mereka larut dalam kebahagiaan. Semua anggota keluarga masuk ke ruang rawat. Ikut tersenyum dengan pasangan suami istri yang sedang bahagia itu.

"Saya kira tadi kamu udah tau masalah kehamilan kamu ini."

"Belum Mas, kalau aku udah tau pasti langsung kasih tau kamu."

"Iya juga ya. Maaf ya sayang." sesal Danu.

"Enggak apa-apa Mas. Asal kalau minta jatah di kasih waktu istirahat jangan serakah." sindir Dania.

"Kalau tadi terjadi sesuatu sama kehamilan ku, aku enggak segan-segan buat nampar kamu tau Mas!"

"Iya saya tau, saya salah. Saya minta maaf ya."

Dania mengangguk memaafkan suaminya, ia juga tidak tau dengan kehamilannya jadi bukan hanya suaminya yang berasalah tapi ia juga bersalah di sini.

"Sekarang istirahat ya, biar besok udah lebih enakan." saran Danu yang di angguki Dania.

Tidak butuh waktu lama Dania terlelap dalam tidurnya, sedangkan Danu menatap Dania dengan tersenyum tulus. Kebahagiaan nya terasa sangat lengkap sekarang. Sebentar lagi ia akan menjadi ayah lagi untuk kedua kalinya. Denaya akan mendapat adik walaupun beda ibu.

"Terima kasih, karena mau menerima kekurangan saya sayang. Dan terima kasih sudah mau mengandung anak-anak saya."

"Maaf belum bisa jadi suami yang baik." liri Danu dengan mengelus puncak kepala istrinya sayang. Mencurahkan rasa bahagia nya. Dan rasa senangnya atas kehamilan istrinya.

*****

"Makan yang banyak ya." ujar Danu ketika sedang menyuapi istrinya yang terlihat makan dengan lahap.

"Mas Danu juga makan, jangan cuma nyuruh aku makan terus." tegur Dania yang memang belum melihat suaminya makan.

"Saya bisa makan nanti, yang terpenting sekarang kamu sehat, calon anak kita juga sehat." tersenyum tulus ke arah Dania membuat Dania terharu dengan perhatian suaminya.

"Makasih Mas." menatap mata suaminya, tersenyum manis ke arahnya.

"Tidak perlu ber terima kasih sayang, kamu sehat, calon anak kita sehat itu sudah lebih dari cukup untuk saya."

Dania menganggukan kepalanya. Tanda mengerti.

"Semoga keluarga kita selalu di lindungi." harap Danu dengan bola mata yang terus menatap Dania tanpa berkedip. Melihat bidadari cantik, istrinya.

"Amin Mas."




Part ini rada sedikit ya maaf
Nb : author tidak terlalu paham tentang kehamilan jadi mohon maaf.

Terima kasih, alhamdulillah masih diberi kesehatan sehingga bisa update teruss. Lebih cepat dari biasanya semoga nanti sabtu/minggu bisa up cerita juga. 🙏🤗






DuDa (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang