Dari kedatangan Danu di rumah sakit ruang rawat Dania tidak membuat Dania berbicara dengan suaminya.
"Mau makan apa? Nyidam apa? Saya beli in." tawar Danu berdiri di samping brankar rumah sakit dengan tatapan melasnya ke arah Dania.
Dania masih sama, kekeuh dengan pendirian nya, ia bahkan sama sekali tidak melihat wajah suaminya saat sedang berbicara dengan nya.
Ruangan itu di isi keheningan sedari siang tadi saat kepergian orang tua Danu dan juga Denaya.
"Saya minta maaf." lirih Danu dengan duduk di kursi samping brankar.
Dania diam tidak berniat menggubris sedikitpun perkataan suaminya.
"Maafin saya."
"Kamu lebih baik maki saya, marah sama saya, main tangan ke saya daripada nendiamkan saya seperti ini." menatap sendu ke arah Dania.
"Saya minta maaf." mohon Danu dengan sungguh-sungguh.
Dania masih dengan pendirian nya, walaupun sebenarnya ia muak. Dan juga anak yang ada di kandungan nya ini sepertinya berpihak kepada ayahnya karena sedari tadi Dania menahan untuk tidak memeluk suaminya.
Hingga malam pun masih sama tidak ada suara Dania yang terdengar, yang terdengar hanya ocehan Danu yang sedari tadi siang tidak berhenti.
Danu menyesali perbuatan nya. Ia benar-benar kalut saat itu sampai main tangan kepada istrinya. Istri yang ia cintai dan sayangi. Apalagi akan ada malaikat kecil lagi di keluarga mereka.
"Saya enggak tau harus ngelakuin apa supaya kamu mau bicara sama saya lagi, kamu kalau mau marah atau maki saya silahkan, saya enggak masalah. Saya mengakui kalau saya salah. Saya bukan suami yang baik. Saya akan belajar menjadi suami yang baik untuk kamu, jadi ayah yabg baik untuk anak-anak kita nanti. Saya akan melakukan itu, saya tidak akan janji tapi saya akan melakukannya. Karena yang kamu mau itu bukti bukan janji." cerocos Danu panjang lebar, dengan mata merahnya yang menahan tangis.
Dania melirik sekejap, sebelum mengalihkan pandangan nya ke arah lain. Agar tidak besitatap dengan suaminya.
"Permisi.. " ujar seseorang dari balik pintu ruang rawat.
"Silahkan masuk." balas Dania dari dalam, membuat Danu menoleh menatap istrinya lagi dan tersenyum kecut.
"Selamat malam Bu Dania dan Pak Danu."
"Malam." jawab Danu singkat.
"Sepertinya besok ibu sudah boleh pulang ke rumah, setelah sore tadi kita melakukan pemeriksaan." jelas dokter itu.
Membuat senyum di bibir ranum Dania terbit.
"Terima kasih dok."
"Sama-sama bu, kalau begitu saya permisi dulu. Mari pak, bu." setelah mengatakan hal itu dokter pun keluar dari ruang rawat meninggalkan Dania dan Danu dalam keheningan lagi.
*****
Sudah dua bulan sejak kepulangan Dania dari rumah sakit, hubungan Dania dengan Danu masih sama. Dania yang selalu diam jika di ajak berbicara Danu. Dan Danu yang berubah menjadi sangat cerewet akhir-akhir ini karena ingin mengajak istrinya berbicara. Danu berusaha mengajak istrinya berbicara.
"Masih belum mau bicara sama kamu?" tanya Ratih ke anaknya.
"Belum bu, masih sama belum ada perkembangan." lirih Danu.
Ratih sebenarnya iba dengan nasib anaknya, tapi mau bagaimana lagi kalau ia ikut campur Ratih takut menantunya ikut mendiamkan nya juga, Ratih tidak mau hal itu terjadi lagi kepada dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DuDa (COMPLETED)
RandomDanuarta Putra Wijaya, Danu resmi menyandang status duda dengan satu orang anak ketika usianya menginjak 37 tahun. penghianatan, dan perselingkuhan itulah yang membuat pernikahan nya hancur. Mantan istri yang menjadi wanita karier membuat pernikahan...