Tiga puluh delapan

48.6K 4.4K 613
                                    

Sedari kemarin Arta memang sedikit rewel hingga hari ini sampai-sampai Dania belum sempat membersihkan dirinya.

Danu sedang ada perjalanan ke luar kota, dan akan tiba esok hari. Itu sebabnya Dania sedikit kewalahan karena tidak ada yang bisa mengajak putranya sebentar, ingin meminta tolong ke mertuanya Dania tidak enak hati.

"Arta jangan rewel terus dong sayang, Bunda udah capek dari tadi gendong kamu." curhat Dania kepada putranya berharap putranya mau diam barang sebentar.

Di luar dugaan, bukannya berhenti menangis Arta semakin kencang menangis membuat seisi rumah mendengarnya.

"Nak.. " panggilan Ratih dari balik pintu.

Dania segera membuka pintu untuk Ibu mertuanya, "maaf bu, kedengeran ya sampai ke luar."

Ratih menggeleng pelan, dan tersenyum hangat ke arah menantu dan beralih ke arah cucunya.

"Ini dari tadi kok nangis kenapa? Hm? Kangen ya sama Ayah?"

Arta kini sudah beralih di gendongan Ratih, membuat Dania buru-buru meregangkan otot-otot nya yang kaku.

"Kenapa enggak turun aja tadi, ibu bantu jaga Arta." ujar Ratih di sela-sela menenangkan cucunya.

"Takut repotin Ibu.. " menunduk dan tersenyum canggung.

"Arta Ibu bawa ke bawah ya, kamu mandi sana. Belum mandi kan dari tadi pagi?"

Dania gelagapan, apa sebegitu buruk kah penampilan nya saat ini sampai Ibu mertuanya tau dirinya belum mandi, atau karena bau badan Dania.

Dania mengendus-endus bajunya barangkali memang bau.

"Udah enggak usah di endus, enggak bau kok. Cuma ibu nebak aja dari penampilan kamu ini." menunjuk pakaian Dania.

Dania menyengir, sebelum Ibu mertuanya keluar ia lebih dulu mengucapkan terima kasih pada Ibu mertuanya yang sudah membantunya.

Dania tidak membuang waktu, ia mandi dengan kecepatan kilat karena tidak ingin membuat anak dan Ibu mertuanya menunggu lama. Belum lagi ini sudah hampir malam dan ibu mertuanya pasti akan sibuk menyiapkan makan malam.

"Terima kasih bu." ujar Dania sekali lagi.

"Kamu ini kayak sama siapa loh Nak, ibu seneng bisa bantu jagain Arta cucu ibu." mengelus pipi Arta sayang, yang kini sudah berpindah ke tangan Dania.

"Terima kasih bu... " Ratih tersenyum mendengar perkataan menantunya yang tidak henti nya mengucapkan terima kasih.

"Denaya udah mandi tadi Bu?" tanya Dania yang tadi belum sempat melihat putrinya, karena sibuk di dalam kamar menenangkan Arta.

"Tadi habis pulang sekolah langsung ke kamar, Ibu belum cek." ujar Ratih dari dapur.

Dania merasa cemas dan tidak tenang dengan keadaan putrinya. Dengan langkah lebar nya ia menuju ke lantai atas lagi menuju ke kamar putrinya.

Tok tok tok

Dania memang selalu mengetuk pintu kamar putrinya agar putrinya juga meniru perbuatan nya untuk selalu mengetuk terlebih dahulu ke kamar lain dan tidak asal masuk.

"Denaya sayang... " panggil Dania.

Belum ada jawaban dari balik pintu, hingga Dania terpaksa harus membuka pintu tersebut.

Cklek

"Sayang... Denaya udah mandi?" ujar Dania mendekati ranjang putrinya, di sana putrinya sedang terlelap.

Merasa ada yang memanggil namanya Denaya pun membuka kelopak matanya menatap wajah Bundanya dengan mata yang memerah.

"Denaya kenapa?" tanya Dania khawatir, ia buru-buru mengecek dahi putrinya.

DuDa (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang