Dua puluh tiga

59.8K 4.3K 111
                                        

"Bunda?" gumam Denaya, ia terkejut dengan kehadiran bundanya di kamarnya.

"Pagi sayang!" sapa Dania ceria. Ia menutupi kesedihan nya di depan putrinya.

"Mandi ya, habis itu kita sarapan." ujar Dania.

"Siap Bunda!"

Dania menatap nanar kepergian putrinya. Air matanya luruh kembali. Ia benar-benar kecewa dengan respon suami dan juga ibu mertuanya yang seakan dirinya lah yang bersalah.

"Sayang.. " panggil Danu, masuk ke dalam kamar putrinya.

Danu tidak bisa tidur semalaman ia memikirkan istrinya.

"Saya minta maaf sama kamu, minta maaf juga atas perkataan Ibu."

Tidak ada balasan dari Dania membuat Danu semakin merasa bersalah.

Dania keluar menuju ke kamar nya untuk mandi dan berganti pakaian secepat kilat ia melakukan itu, dan berakhir di dapur. Ia akan memasak untuk keluarga nya.

Semua orang sudah ada di meja makan sekarang memulai makan mereka dengan keheningan, hanya suara denting sendok dan piring yang terdengar.

"Dadah Bunda, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." tersenyum ke arah putrinya.

Keluarga Dini sudah pergi dari rumah kelurga Wijaya. Tidak ada pengganggu lagi di rumah itu. Tapi semuanya belum kembali seperti sedia kala.

Dania sama sekali tidak bicara kepada suami atau pum ibu mertuanya ia hanya berbicara kepada ayah mertuanya dan juga putrinya saja.

Biarlah Dania berdosa, Dania hanya butuh ketenangan.

"Udah makan?" tanya Danu kepada istrinya yang hanya duduk menemani dirinya makan.

Melihat Danu sudah selesai dengan makananya Dania buru-buru membereskan piring yang di gunakan suaminya itu.

Danu menghela nafas berat nya ia lelah dengan urusan pekerjaan di tambah masalah rumah tangganya. Ia sadar dirinya bersalah. Seharusnya Danu bisa menjaga istrinya dan tidak selalu memojokan istrinya. Istrinya itu tidak bersalah. Laki-laki brengsek itu saja yang bersalah.

"Masih mau diemin saya?"

"Saya minta maaf.. " lirih Danu merebahkan kepalanya di pangkuan istrinya yang sedang berselonjor di atas ranjang.

Tidak terdengar balasan apapun dari mulut istrinya Danu hanya mendengar denting jam setiap detiknya.

Tanpa sadar Danu mulai memejamkan matanya. Ia mungkin kelelahan.

Dania yang tidak mendengar ocehan suaminya itu menatap kebawah dan menemukan wajah tenang suaminya yang sedang tidur dengan nafas teratur yang dapat di dengar.

Pegal dengan posisinya saat ini membuat Dania pelan-pelan merebahkan dirinya. Hingga kantuk mulai menghampirinya.

Mata Danu sudah terbuka sedari tadi, tapi ia masih berada di posisi yang sama. Menatap wajah damai istrinya. Danu benar-benar tidak ingin kehilangan istrinya. Danu mencintai Dania. Biarlah Dania tidak mau bicara dengan nya asalkan ia masih berada di sisinya menjadi istrinya.

Danu beranjak menuju kamar mandi untuk mencuci wajah nya sebelum pergi ke kebun lagi.

Danu mencium kening istrinya, beralih ke mata, hidung, pipi dan yang terakhir bibir ranum istrinya.

"Maaf belum bisa jadi suami yang baik buat kamu."

"Maaf belum bisa bahagia in kamu."

"Kamu boleh marah sama saya sampai kapan pun asalkan kamu tetap berada di sisi saya sampai kapan pun."

DuDa (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang