Dania keluar kamar setelah membersihkan dirinya dan berpakaian rapi ia akan mengantar Denaya ke sekolah hari ini. Karena kemarin putrinya meminta untuk di antar kan ke sekolah. Padahal biasanya suka berangkat mengenakan sepeda.
Saat akan menuruni tangga tangan Dania di cekal oleh seseorang di belakang nya. Dania berbalik ia pikir itu adalah suaminya tapi ternyata.
"Mau apa?!" menarik paksa tangan nya tapi tenaga Dania kalah dengan laki-laki itu. Fajar.
"Tenang sayang." membelai tangan Dania membuat nya risih.
"Jaga bicara kamu dan kelakuan kamu di sini!"
"Baiklah-baiklah berhenti berteriak, atau kamu mau semua orang di rumah ini tau kalau kamu dan aku berselingkuh?" mengancam Dania.
Dania menendang pangkal paha Fajar membuat nya mengaduh kesakitan. Dengan segera Dania menarik tangan nya dan lari terbirit birit menuruni anak tangga.
Ratih yang melihat menantunya lari itu penasaran dan mengingatkan untuk tidak lari. Karena berbahaya.
"Kenapa to Nak?"
"Enggak apa Bu." jawab Dania sekenanya tidak mungkin ia bercerita dengan ibu mertuanya.
Dania baru menyadari kalau di kursi meja makan ada Mbak Dini mantan istri Danu dan kedua anak nya. Denaya juga di sana.
"Bunda suapin." pinta Denaya kepada Dania yang segera di lakukan.
Dari arah tangga Fajar turun kebawah di susul Danu di belakang nya. Dengan ekspresi sama-sama datarnya. Membuat semua orang bertanya-tanya.
"Ayah udah ke kebun Bu?" tanya Danu kepada ibunya. Karena saat dirinya sampai di meja makan tidak menemukan ayahnya.
"Iya, barusan tadi." jelas Ratih membuat Danu mengangguk paham.
"Ibu tak nyusul Ayah ya Nu, Nak Dania." pamit Ratih kepada anak dan menantunya. Mengabaikan keberadaan keluarga Dini.
Dania dan Danu mengangguk, "hati-hati bu." ujar mereka bersamaan.
Setelah kepergian Ratih suasana di meja makan sangat hening hingga Danu bersuara.
"Ambilin makan Bun." pinta Danu ketika melihat Dania sudah selesai menyuapi putrinya.
Dania segera mengambilkan makanan yang di suka suaminya.
"Makasih."
Dania tersenyum, ia duduk di samping suaminya akan memulai sarapan paginya.
Sedangkan Dini dan Fajar benar-benar merasa di acuhkan di sini tidak ada yang menawari mereka makan. Dan lagi semalam mereka sekeluarga menginap di sana. Yang mendapat penolakan dari Ratih sedangkan Rahmat mengijinkan. Danu dan Dania tidak tau masalah itu mereka baru tau barusan.
Selesai dengan makanannya Danu menuju pintu untuk keluar rumah di susul Dania dan Denaya yang ada di gendongan nya.
"Udah besar masih minta gendong." ejek Danu kepada putrinya.
"Biarin wlek." menjulurkan lidah nya. Membuat kedua orang tuanya tertawa.
"Pakai mobil Bun?"
"Iya Mas."
"Hati-hati."
"Iya.. Salim sama Ayah sayang."
"Denaya pamit pergi sekolah dulu Ayah."
"Iya, hati-hati ya." mengelus puncak kepala putrinya.
"Pergi dulu Mas, Assalamualaikum." dengan mencium punggung tangan suaminya.

KAMU SEDANG MEMBACA
DuDa (COMPLETED)
De TodoDanuarta Putra Wijaya, Danu resmi menyandang status duda dengan satu orang anak ketika usianya menginjak 37 tahun. penghianatan, dan perselingkuhan itulah yang membuat pernikahan nya hancur. Mantan istri yang menjadi wanita karier membuat pernikahan...