Tujuh Belas

56.4K 4.1K 91
                                    

"Bagaimana keadaan istri saya?" tanya Danu.

Semua di sana menatap dokter harap-harap cemas.

"Bu Danu hanya kelelahan saja Pak, tidur tidak teratur dan lagi telat makan. Untung saja tidak sampai kena maag." jelas dokter. Membuat semua sedikit merasa lega.

"Obat nya jangan lupa di minum ya Bu."

Dania mengangguk sebagai jawaban, ia tidak terlalu bertenaga.

Pak Rahmat keluar di susul Bu Ratih yang mengantar kepergian dokter dan juga suaminya yang akan mengantarkan.

Danu menatap tajam istrinya, ia benar-benar tidak habis pikir dengan istrinya.

"Bunda! Bunda sakit?" Denaya mendekat ke arah Dania. Memegang pergelangan tangan nya. Khawatir dengan keadaan Bundanya.

"Bunda harus minum obat ya, biar enggak sakit."

Dania tersenyun hangat ke arah putrinya.

"Makasih ya sayang." lirih Dania pelan.

"Denaya mandi dulu ya, sekolah. Biar Bunda istirahat." ujar Danu.

"Mau temani Bunda di sini!" rengek Denaya.

"Denaya harus sekolah sayang." bujuk Danu.

"Denaya sekolah ya, Bunda enggak apa-apa kok."

"Denaya mandi, terus sekolah dulu ya Bunda. Bunda istirahat aja." setelah mengatakan itu Denaya mencium wajah Bundanya sebelum keluar dari kamar orang tuanya.

Danu masih berada di posisi yang sama, tidak berniat mendekati istrinya. Membuat Dania merasa bersalah dengan apa yang ia lakukan kemarin-kemarin.

"Mas.. " panggil Dania. Bukan nya mendekat Danu malah pergi keluar kamar. Meninggalkan Dania dalam keheningan.

Ingin sekali Dania berdiri dan mengejar tapi tidak bisa, tubuhnya terlalu lelah untuk melakukan nya. Air mata luruh dari mata Dania. Menangis menyesali kesalahan yang ia lakukan.

"Aku berusaha sampai sini sebelum tujuh hari, tapi malah badan ku sendiri ya gak bisa." batin Dania.

"Maaf Mas.. " menyeka air matanya.

Tok tok tok

"Nak? Boleh Ibu masuk?" tanya Bu Ratih di belakang pintu menunggu jawaban dari Dania.

"Boleh Bu."

Ratih mendapati wajah menantunya yang sembab, dapat ia tebak kalau menantunya itu menangis.

"Makan dulu ya Ibu suapin, nanti baru bisa minum obat." ujar Bu Ratih dengan membawa nampan yang berisi makanan tidak lupa dengan air putih.

"Maafin Dania Bu, Dania repotin Ibu."

"Ibu enggak merasa di repotin sama kamu. Kamu kan udah Ibu anggap anak sendiri." memajukan sendok yang berisi makanan ke depan bibir Dania. Yang di sambut Dania. Dania lapar.

"Maaf Bu." sesal Dania.

Ratih mengangguk, ia mengerti dengan keadaan menantunya.

"Nanti bicara baik-baik sama suami kamu, jelasin semuanya jangan ada yang di sembunyikan. Kamu tau sendiri kan Danu itu seperti apa."

"Iya Bu." patuh Dania.

Selesai dengan makan nya, di lanjut dengan Dania yang meminum obatnya. Bu Ratih keluar kamar setelah membantu menantunya tadi.

"Udah sore tapi Mas Danu belum masuk kamar." lirih Dania menatap pintu kamar. Berharap suaminya ada di sana.

Sedangkan di sisi lain Danu merasa kecewa dengan istrinya. Sedari pagi Danu berada di belakang rumah dengan Pak Rahmat. Danu sama sekali belum mandi sejak pagi tadi hingga sore.

"Masuk kamar sana! bojomu ngenteni!" usir Rahmat kepada anaknya.

"Nanti Yah." jawab Danu malas. Bukan kali pertama Pak Rahmat mengusir Danu.

"Masuk!" bentak Pak Rahmat akhirnya. Membuat Danu terkejut.

"Umur udah tua tapi pikiran kamu gak mau tua! Bicarakan baik-baik sama istrimu. Tanya kalau kamu penasaran. Biar sama-sama enak!"

Danu membenarkan perkataan Ayahnya. Ia seharusnya bisa bersikap dewasa. Apalagi ia adalah imam dan suami di keluarga nya. Setelah menyadari kesalahan nya Danu segera masuk ke dalam rumah menuju kamar nya.

Pak Rahmat yang melihat kelakuan anaknya pum geleng-geleng kepala.

Dania masih menatap nanar pintu kamar hingga pintu tersebut terbuka menampilkan orang yang sedari tadi ia pikirkan. Suaminya.

"Mas.. " lirih Dania.

Danu menutup pintu, berjalan menuju samping ranjang dan duduk di sana di samping Dania.

"Kamu janji kalau pulang kurang dari tujuh hari." menatap datar istrinya.

"Aku tepatin janji aku."

"Aku minta maaf Mas, handphone ku lowbat charger ketinggalan di rumah jadi gak bisa ngasih kabar. Untuk masalah aku pingsan tadi juga karena kecapean. Tenaga ku terlalu aku forsir buat kerja."

Dania berharap mendapat maaf dari suaminya. Setelah ia menjelaskan semuanya.

"Dari Jakarta ke sini jam berapa?" tanya Danu. Tidak menggubris pernyataan Dania.

"Sekitar jam 00.00 malam sampai sini jam 06.00 di jalan mampir ke rest area buat beli kopi sama istirahat bentar. Itu juga aku berangkat jam segitu karena kerjaan baru kelar."

"Dari kantor?"

"Heem." jawan Dania apa adanya.

Danu menghela nafasnya. Tidak habis pikir dengan pola pikir istrinya.

Danu mendekatkan badan nya ke Dania. Menyuruh Dania untuk memeluknya yang langsung di sambut sangat antusias.

"Kangen." gumam Dania yang masih dapat di dengar suaminya.

"Lain kali jangan seperti ini lagi. Kalau memang harus tujuh hari atau telat sekalipun asal kamu pulang dalam keadaan sehat saya enggak apa-apa."

"Bener nih enggak apa-apa? Tadi aja di marahin."

"Bukan di marahin, tapi menagih janji."

"Sama aja Mas!"

"Lagian kamu, kalau gak bisa tepatin janji gak usah janji. Susah sendiri kan jadinya."

"Kalau aku udah janji, aku akan menepatinya Mas."

Mereka menghabiskan waktu sore menjelang malam dengan berpelukan di dalam kamar. Menyalurkan kasih sayang mereka berdua.

"Saya khawatir sama kamu." ujar Danu membuat Dania tersipu padahal suaminya itu tidak sedang menggombal.

"Sekarang udah enggak kan?"

Danu mengangguk sebagai jawaban, Danu merasa dunia nya telah kembali. Senyum di bibir istrinya dan mata teduh yang selalu menatapnya lembut.

"Tapi saya punya hukuman buat kamu." ujar Danu akhirnya. Membuat Dania penasaran.

"Apa?" menatap mata tajam suaminya.

"Kasih saya nafkah batin yang beberapa hari terakhir tidak kamu beri." jawab Danu akhirnya membuat Dania tersenyum riang.

"Gampang kalau masalah itu! Kamu ya Mas aku masih sakit tapi pikiran kamu mesum."

"Mesum gini juga kamu suka kan?" tanya Danu.

"Ya jelas!"

Mereka berdu tertawa bersama setelahnya salimg memandangi satu sama lain. Cinta datang karena terbiasa. Danu dan Dania saling mencintai.






Balik lagi sama akuuu. Hehe.

Siapa yang ngira Dania hamil njuk angan.

Benih-benih cinta mulai tumbuh dan berkembang.
Terima kasih.
😙😊😋🙏












DuDa (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang