Menuju Utara

415 58 2
                                    

Pergilah ke Utara Pulau ini. Lalu temukan sebuah gua. Masuklah ke gua itu dan telusuri gua itu hingga kau menemukan ujungnya. Saat kau berhasil keluar dari gua itu, kau akan menemukan misi barumu. Hancurkan penguasa tanah itu!” ucap Ratu Iblis lalu menghilang.

***

Volka membuka matanya. Dan langsung turun dari atas batu tempatnya tidur bersama Ratu Iblis.
 

 
“Pergi ke Utara ya,” gumam Volka mengingat kembali mimpinya.

Arah pintu masuk gua, Volka pandang selidik. Di luar sana, cahaya matahari sudah terlihat begitu terang. Suara kicau burung juga terdengar dari luar sana.
 
“Sudah siang, ternyata."
 
Volka  segera memakai semua bajunya. Seluruh tubuhnya terasa lebih ringan dan bertenaga. Seakan tak ada beban apa pun di tubuhnya.
 
Setelah selesai memakai semua bajunya, Volka keluar dari gua dan kembali ke Benteng Madura dengan melompat dari satu pohon ke pohon lain.
 
 **
Aroma daging yang terbakar. Serta tulang belulang yang berceceran di muka Benteng, menjadi pemandangan pertama yang Volka lihat. Beberapa anak buah Wingit yang sedang berjaga di depan Benteng segera membungkuk untuk memberi hormat pada Volka.
 
“Mana Kapten kalian?” tanyakan Volka dengan nada dingin.
 
“Sedang berada di dalam, Tuan," jawab mereka tanpa berani mengangkat wajah mereka.
 
Volka segera berjalan masuk melewati gerbang yang selalu terbuka sejak Benteng Madura dikuasai pasukan Penunggang Kematian. Baru beberapa langkah melewati gerbang, sebuah pemandangan membuatnya mengerutkan kening.
 
“Apa ini Manungso?” ucap Volka heran saat menatap ratusan Manungso yang ukurannya sudah menjadi begitu besar dan terlihat dua kali lebih kuat dari sebelumnya.
 
“Sungguh makhluk yang mengerikan. Jika terus menerus diberi makan, mereka bisa menjadi bencana yang besar,” pikir Volka merasakan ngeri sendiri.
 
Dari atas Benteng, Wingit yang melihat kedatangan Volka segera turun. Alka yang sedang tidur di atas pohon juga segera turun dan menemui Volka. Keduanya sampai di hadapan Volka hampir bersamaan.
 
“Selamat datang kembali, Tuan,” kata Wingit dan Alka menyambut Volka dengan penuh hormat.
 
Volka menatap dua kaki tangan terbaiknya itu lalu bertanya.
 
“Sudah berapa hari aku pergi?” tanya Volka.
 
“3 hari Tuan!” jawab Alka.
 
“3 hari?” lirih Volka.
 
Dalam pikirannya sendiri, Volka merasa jika dirinya hanya pergi semalaman. Tapi dirinya tak mengira akan menjadi 3 hari. Hal seperti pernah sudah pernah ia alami saat betapa di Gunung Pengabdian untuk mencabut pedang Wesi Jati. Ini disebabkan Volka yang sengaja dibawa oleh Ratu Iblis memasuki dunia Gaib.
 
“Mana Gudo dan Romo?” tanya Volka karena tak merasakan keberadaan dua Kapten lain.
 
“Mereka sedang berburu di hutan, Tuan,” jawab Wingit.
 
Volka melihat Alka. “Alka, cepat jemput mereka. Kita harus segera berangkat menuju Utara siang ini juga,” perintah Volka.
 
“Baik, Tuan,” jawab Alka segera memenuhi tugasnya.
 
Alka segera menghilang seperti angin.
 
Selepas Alka pergi menjemput Gudo dan Romo, Wingit menyiapkan semua anggota. Serta membimbing kepada para Manungso untuk bersiap.
 
“Untuk selanjutnya, kita akan ke mana Tuan?” tanya Wingit setelah berhasil membimbing semua anggota untuk bersiap.
 
“Entah lah. Tapi sepertinya ini misi yang sulit.
 
×+×
 
Alka segera menemukan Gudo di hilir sungai sedang menangkap ikan. Sedang Romo sedang membakar ikan yang Gudo peroleh. Alka  jadi sedikit heran melihat dua orang yang berbeda karakter itu.
 
“Hoi! Kemarilah! Ayo makan bersama! Ikan di sungai ini sangat enak!” teriak Romo yang memergoki Alka yang baru hingga di atas pohon saat melihat keberadaan Gudo dan Romo.
 
“Lain kali saja. Sekarang kalian harus kembali ke Benteng. Tuan Volka sudah kembali,” terang Alka.
 
“Tuan Volka sudah kembali?” kata Gudo merasa heran. Karena pasalnya Volka selalu lama jika pergi meninggalkan anggotanya.
 
“Apa ada misi baru?” tanya Romo.
 
“Sepertinya begitu.”
 
Gudo yang sedang memegang kayu untuk menombak ikan langsung mereka kayu itu sampai hancur.
 
“Ya!!! Misi baru, darah baru, jerit baru! Ayo Romo! Kita kembali!” ucap Gudo penuh semangat.
 
Romo berdiri dari depan api unggun. Nafasnya terhela saat mendengar semangat Gudo yang mendadak menggebu-gebu.
 
“Kau ini memang selalu suka dengan pertempuran, Gudo,” kata Romo.
 
Gudo menyeringai ngeri. Baginya ucapan Romo adalah pujian baginya.
 
Ketiganya lalu kembali ke Benteng Madura secepat mungkin.
 
@×@
 
Siang terasa begitu terik saat anggota Penunggang Kematian berjalan menuju Utara. Tapi untungnya rindangnya hutan di tanah Madura membuat jalan setapak yang merek lewati lebih teduh.
 
“Hei? Apa ini jalan yang benar?” tanya Gudo pada Alka dengan suara berbisik.
 
Tanpa menoleh ke arah Gudo, Alka menanggapi kecemasan Gudo.
 
“Entahlah. Aku hanya mengikuti apa kata Tuan Volka. Lebih baik kau juga bersikap sama. Lagi pula mana mungkin Tuan Volka salah memilih jalur,” sahut Alka dengan suara enteng.
 
Gudo sebenarnya juga menginginkan hal itu. Tapi hatinya merasa sulit. Karena secara logika, jalur yang Volka ambil adalah jalur menuju Utara. Dimana tak ada apa-apa di sana.
 
Hampir 2 jam perjalanan, tapi belum ada kepastian dari Volka. Sejak keberangkatan, Volka hanya meminta semua anggota untuk mengikutinya menuju Utara. Tanpa memberi tahu ada apa di sana.
 
Gudo hampir mati bosan karena tak tahu arah yang di tuju. Hingga akhirnya  sebuah gua menghentikan langkah Volka.
 
“Kita sudah sampai.”
 
Kening 4 Kapten mengerut. Beberapa anggota lain juga merasa kebingungan.
 
“Apa kita akan mengenal di Gua ini, Tuan,” tanyakan Gudo sudah merasa tak sabar.
 
“Tidak. Kita semua akan memasukinya,” jawab Volka yang kemudian memasuki gua itu.
 
Wingit, Alka dan Gudo memasang wajah bingung dan saling pandang. Di lihat dari luar, Gua ini begitu kecil. Mulut guanya saja hanya selembar 3 meter dengan tinggi sekitar 2 meter. Bagaimana gua ini bisa muat untuk semua anggota?
 
Romo yang tampak tenang dan tak mau ambil pusing seperti 3 Kapten lainnya, melangkah duluan untuk menyusul Volka. Alka, Gudo dan Wingit yang masih bingung melihat Romo yang mendekati Gua dan menghilang ditelan gelapnya bagian dalam gua saat berada di dalam.
 
“Ikut saja lah, Ayo semua masuk ke gua!” seru Alka yang kemudian masuk.
 
Semua anggota yang masih ragu, tetap melangkah memasuki gua. Tak ada yang berani membantah atau menolak perintah para Kapten meski beda divisi.
 
“Gudo, pimpin barisan belakang!” ucap Wingit yang ikutan masuk.
 
Gudo mendesis kesal. Melihat 3 Kapten masuk ke gua terlebih dahulu, membuatnya iri. Dirinya juga ingin masuk. Tapi melihat semua anggota Penunggang Kematian belum masuk membuatnya tak bisa segera menyusul. Dirinya harus menjaga semua anggota untuk masuk sebelum akhirnya dirinya.
 
“Ayo cepat masuk. Perhatikan langkah kalian juga!” teriak Gudo memimpin semua anggota untuk masuk. Tak terkecuali dengan para Manungso.
 

Legenda Belati Songgoh Nyowo (jilid 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang