Mayat-mayat prajurit bergelempangan. Darah-darah membasahi tanah yang dingin. Pedang-pedang saling berbenturan dan menyayat daging. Di tengah pertarungan antara Volk dan Prabu Sekti Siliwangi, Gudo sedang berjuang melawan 5 Patih yang kini mengepungnya dengan senjata pusaka mereka masing-masing.
Belasan pukulan dan beberapa luka sayatan menghiasi tubuh kekar Gudo. Tapi Gudo masih mampu bertarung dan berdiri dengan kokoh.
“Apa hanya ini kemampuan kalian?!” teriak Gudo yang mengayunkan pedang besarnya ke arah salah satu Patih yang hendak mendekat untuk memberi serangan kejutan kepadanya. Tapi serangan Gudo tak mengenai Patih itu. Hanya membuat Patih tersebut mundur beberapa langkah.
Beberapa pasukan Volka yang membantu penyerangan di gerbang Barat, berusaha membantu Gudo untuk mengatasi 5 Patih itu. Tapi serangan mereka mudah terbaca. Sehingga mereka memilih untuk membantu anggota lain.
Salah satu Patih mengeluarkan ilmu kanuragannya yang membuat pedangnya menjadi bercahaya kuning terang. Patih lain yang melihat, juga melakukan hal yang sama. Mereka semua mulai memanfaatkan ilmu mereka untuk bisa segera membunuh Gudo.
Hal ini membuat Gudo berdecak kesal. Serangan biasa saja bisa membuatnya terluka. Apalagi sekarang 5 Patih tersebut sudah mulai serius untuk mengakhiri pertarungan ini.
Gudo yang tak ingin nyawanya melayang, juga mulai menunjukkan keseriusan. Gudo mulai menarik nafas dalam, lalu mengfokuskan tenaga dalamnya di dada. Tak berselang detik, kulit tubuhnya perlahan berubah menjadi kemerahan dan mengeluarkan asap tipis. Dan ototnya mengembang. Pukulan dari para Patih yang sebelumnya membuatnya mengalami cedera, kini tidak terasa sama sekali.
“Gajendra!” Gudo menggumamkan nama ilmu kanuragan yang ia gunakan.
Gudo menjadi semakin mengganas saat menggunakan ilmu Gajendra ini. Tanpa rasa takut, ia menyerang para Patih tanpa peduli ada serangan yang mendarat di tubuhnya.
“Serangan kalian tidak ada apa-apanya!” teriak Gudo.
Gudo lalu melompat sambil mengayunkan pedangnya ke arah Patih yang ada di depannya. Tapi patih itu bisa menahan meskipun mengalami kesulitan. Sehingga 4 Patih lain segera membantu dengan menyerang Gudo dengan pedang mereka.
Tubuh Gudo terluka oleh pedang pusaka para Patih, tapi luka yang ia terima tidak parah. Dan malahan luka yang menggores tubuhnya segera sembuh dan menguap tanpa bekas sedikit pun.
5 Patih itu terkejut, dengan regenerasi Gudo yang begitu cepat. Tubuh sekeras batu dan penyembuhan luka yang cepat, membuat 5 Patih itu memutar otak untuk bisa mengalahkan Gudo.
“Jangan terlalu banyak berpikir dan segera serahkan kepala kalian!”
Gudo kembali menyerang. Pedang mereka saling berbenturan hebat. Membuat tanah bergetar dan angin berdatangan.
Puluhan hingga ratusan jurus mereka adu. Tapi belum terlihat kemenangan akan di raih 5 Patih tersebut. Begitu juga dengan Gudo. Kekuatannya berimbang melawan 5 Patih tersebut.
Hingga sekitar 10 menit bertarung tanpa henti, 5 patih itu mengambil beberapa langkah mundur untuk mengambil nafas. Bertarung dengan Gudo dengan kekuatan penuh, membuat tenaga mereka cepat terkuras.
Gudo tersenyum lebar melihat nafas 5 Patih itu yang tersengkal-sengkal nafasnya
“Apa kalian kelelahan?” tanya Gudo dengan nada mengejek.
5 Patih itu diam tak menyahut. Mereka lebih memilih merundingkan cara mengalahkan Gudo ketimbang menyahuti ejekan Gudo.
Tapi Gudo tak membiarkan hal itu terjadi. Karena kanuragan yang ia miliki ini, juga memiliki kelemahan. Dimana dirinya hanya bisa menggunakan ilmu Gajendra ini dalam 15 menit saja. Dan setelah menggunakan ilmu tersebut, ia akan kehilangan banyak tenaga. Yang membuat tubuhnya jadi sakit di sekujur tubuh dan sulit bergerak.
Pertarungan kembali berlanjut. Dan serangan Gudo menjadi semakin kuat dan mematikan. 5 Patih itu menjadi semakin kewalahan. Bahkan salah satu dari mereka akhirnya mendapatkan luka sabetan pedang dari Gudo. Yang membuat tangan kanannya putus.
Gudo tersenyum puas. Karena dengan berkurangnya kekuatan 5 patih ini, perlahan dirinya akan mulai mendominasi. 5 Patih itu menjadi semakin geram serta cemas. Meski salah satu Patih yang tangannya putus masih bisa bertarung. Tapi tentu serangannya tak akan sebaik saat kedua tangannya masih utuh.
Tak mau membuang waktu lebih lama, Gudo kembali menyerang. Tapi saat dirinya akan melesat menyerang, tubuhnya tiba-tiba terasa sangat panas. Tubuh Gudo seketika berhenti saat itu.
Kesempatan emas yang ada di depan mata tidak di sia-siakan oleh 5 Patih. Mereka segera menyerang balik. Tapi seperti sebelumnya, tubuh Gudo yang keras, masih sulit di tembus oleh mereka.
Gudo segera mengendalikan tubuhnya. Dia kembali menyerang dengan segenap kemampuan. Tapi lagi-lagi, saat ia hendak menebaskan pedangnya ke arah salah satu Patih, tubuhnya menjadi kaku.
Serangan Gudo yang mendadak melambat, membuat Patih yang akan di serangnya bisa menghindar. Tapi sebuah anak panah yang tiba-tiba melesat dan menembus salah satu kaki Patih tersebut, membuta Patih itu kehilangan keseimbangan.
Gudo yang mengenal anak panah itu, segera mengayunkan pedangnya ke arah Patih yang sempat menghindari serangannya tadi. Dan kali ini serangannya mendarat dengan baik. Pedang Gudo yang besar berhasil membelas Patih tersebut menjadi dua.
“Kenapa kau lama sekali!” teriak Gudo ke sembarang arah.
4 Patih yang tersisa menjadi waspada. Mereka mencari tahu dari mana arah serangan tadi. Tapi belum menemukan.
Konsentrasi keempat Patih yang terpecah menjadi dua, di manfaatkan Gudo. Dia kembali menyerang. Keempat Patih itu menahan serangan Gudo yang kini jadi mendominasi. Dan saat Gudo hendak menebas salah satu Patih yang ia incar lagi, anak panah kembali melesat. Sehingga Patih itu tidak berhasil menghindar.
“Apa kalian tahu? Sekarang kalian terlihat seperti anak ayam. Tidak bisa lari dan juga terbang,” kata Gudo tersenyum sinis.
Tak butuh waktu lama bagi Gudo dan Romo membunuh 3 Patih yang tersisa. Setelah pertarungan yang hebat, Gudo langsung mengambrukkan tubuhnya di atas rumput. Sedangkan Romo kembali membantu menyerang prajurit yang tersisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Legenda Belati Songgoh Nyowo (jilid 2)
Misterio / Suspenso21+ Diharap bijak dalam memilih bacaan. Cerita ini mengandung banyak adegan kekerasan dan kanibalisme. Yang enggak kuat di harap meninggalkan cerita ini sebelum isi perut kalian keluar. Dendam Yena belum usai. Ia yang masih lemah dan tak paham akan...