Pertemuan Para Bathara Guru Dan Kemunculan Siluman Harimau

349 36 7
                                    

Di kayangan, terjadi sebuah pertemuan oleh para Bathara Guru. Yang membahas soal munculnya banyak siluman di tanah Jawa. Suropati, Bathara Guru tertinggi, menjadi pemimpin atas pertemuan itu.
 
“Ratu Iblis sudah semakin berani menunjukkan tampangnya di tanah manusia. Tindakannya sudah mulai berani. Dia sudah melanggar perjanjian damai dunia gaib yang sudah terjaga hampir 500 tahun. Kita tidak boleh membiarkan hal ini!” kata Nakastra dengan berapi-api.
 
“Benar apa kata Nakastra. Ratu Iblis juga berencana mengubah pusaka Belati Songgoh Nyowo menjadi pusaka gaib. Yang berarti, itu sama saja memberikan dia kekuatan. Dan seperti yang kita tahu, wujud sempurna belati itu sangat mengerikan. Belati Songgoh Nyowo, adalah satu-satunya pusaka, yang bisa menyegel kekuatan seorang Dewi! Jika belati Songgoh Nyowo dibiarkan dikuasai Ratu Iblis, tidak menutup kemungkinan belati itu menjadi ancaman para Bathara Guru di Kayangan!” ucap  Lawana.
 
Pertemuan para Bathara Guru menjadi begitu serius. Karena yang sedang mereka hadapi adalah musuh bebuyutan mereka.
 
“Aku tahu kekhawatiran kalian. Aku juga mendapatkan laporan, gerbang gaib telah terbuka kembali semalam. Dan ada setidaknya 100 siluman muncul dan menyebar ke desa-desa di wilayah Jawa. Tapi aku sudah menyiapkan 10 Wayang untuk mengatasi semua siluman itu. Agar kebangkitan Belati Songgoh Nyowo dapat digagalkan,” jelas Suropati.
 
Mendengar itu Lawana berdiri. Dua telapak tangannya melebar, dan dua Cakram Api muncul di telapak tangannya. Membaut suasana menjadi semakin serius.
 
“Untuk apa repot-repot mengatasi tikus seperti mereka?! Mereka hanya siluman di bawah 500 tahun! Yang menjadi masalah utama bagi kita adalah Ratu Iblis! Seharusnya kita memerangi dunia bawah tanah itu. Dan membunuh Ratu Iblis secepatnya. Bukan membasmi hama kecil itu!” protes Lawana.
 
“Lawana! Turunkan senjatamu! Kita di sini untuk berdiskusi,  bukan menambah masalah. Suropati pasti memiliki alasan dibalik ucapannya!” perintah Wisesa, seorang pria tua dengan janggut putih yang panjang, Bathara Bayu yang menguasai Langit Pertama.
 
“Diam kau Naga pengecut! Kau yang hanya diam saja saat melihat muridmu dihabisi kaki tangan Ratu Iblis, tidak pantas menghentikan aku! Kecuali jika kau ingin aku penggal kepalamu itu!” ancam Lawana dengan tatapan murka.
 
Suropati hanya diam, tidak berupaya menengahi atau menenangkan Lawana.
 
Lawana memang Bathara mudah sekali tersulut emosinya. Lantaran dirinya adalah Bathara yang menguasai elemen api.
 
“Apa menurutmu aku takut, Lawana?! Aku bisa menyambarmu  hingga menjadi abu kalau mau!” sahut Wisesa.
 
Lawana yang emosinya sudah tersulut langsung memperbesar ukuran Cakram di tangannya. Membuat hawa panas menyebar. Beberapa Bathara mengambil jarak. Mereka tidak mau menjadi korban amarah Lawana yang selalu saja besar.
 
“Lawana, tunjukkan padaku posisi Ratu Iblis saat ini. Jika kamu menyarankan padaku untuk menyerang Ratu Iblis langsung, maka tunjukkan di mana dirinya berada sekarang. Jika kau tahu dan aku bisa menemukannya, kau boleh memenggal kepala Wisesa. Aku bahkan akan membantumu untuk memegangi badan dan ekornya,” Suropati akhirnya berbicara.
 
Lawana terdiam sesaat. Dirinya terlihat berpikir.
 
“Dia pasti ada di dunia bawah tanah. Memang ada di mana lagi? Kita tinggal mengobrak-abrik dunia laknat penuh dosa itu dan menemukan Ratu Iblis di sana!” jawab Lawana.
 
“Tentu tidak semudah itu. Lagi pula, Ratu Iblis saat ini sedang bersembunyi di dalam raga Sri Ajeng Gayatri. Yang itu berarti tidak akan aku biarkan satu makhluk pun yang boleh menyentuhnya. Apalagi sampai menyakiti raga putri bungsuku itu,” kata Suropati.
 
Sebagai Bathara Guru yang menguasai semua kekuatan, Suropati tentu ditakuti banyak Bathara Guru. Termasuk Lawana.
 
300 tahun lalu, saat Lawana hendak menumbuhkan sebuah gunung. Suropati melarangnya. Dan karena penolakan dari Suropati, Lawana langsung menantang Suropati untuk berduel. Pertarungan dua Dewa itu berlangsung singkat dengan kekalahan mutlak yang diterima Lawana.
 
Lawana kehilangan lengan kanannya saat itu, saat keduanya saling beradu pukulan. Dan karena pertarungan itu, Lawana jadi lebih waspada terhadap Suropati. Karena dirinya sadar, Suropati bisa memusnahkannya kapan saja.
 
Lawana menjadi lebih tenang karena ancaman tidak langsung dari Suropati. Dirinya kembali duduk bersila dengan tenang dan melenyapkan Cakram Api di tangannya.
 
“Baiklah, karena keadaan sudah lebih baik, apa ada saran lain dari para Guru? Kebijakanku tentu bukan hal yang harus disetujui begitu saja. Pasti ada yang memiliki kebijakan lain, bukan?” ucap Suropati mempersilahkan para Bathara Guru lain untuk memberi masukan.
 
Tapi semua Bathara Guru memilih diam dan membiarkan Suropati melanjutkan penjelasan rencananya.
 
***
 
Rencana Suropati cukup sederhana, dirinya ingin membiarkan Ratu Iblis menyempurnakan pedang pusaka Wesi Jati dan belati Songgoh Nyowo. Karena pikirnya, saat dua pusaka itu sudah sempurna, Ratu Iblis akan keluar dari Raga Sri Ajeng Gayatri. Sehingga dua tujuan Suropati tercapai. Yaitu menyelamatkan putri bungsunya, dan melenyapkan Ratu Iblis sepenuhnya. Meskipun dirinya tahu, rencananya ini tak akan mudah. Mengalahkan Ratu Iblis dengan dua pusaka unggul tentu memiliki risiko tinggi. Bahkan dunia manusia akan mendapatkan dampaknya. Tapi menurutnya, inilah satu-satunya cara yang terbaik dipikirannya.
 
***
 
Pagi hari di desa Kramat. Sebuah jejak harimau ditemukan di area perkebunan milik Juragan Susilo. Membuat beberapa orang yang sedang melakukan panen tomat di perkebunan itu menjadi panik dan terkejut.
 
“Jejaknya besar sekali. Belum pernah aku melihat jejak harimau sebesar ini! Apa ini benar-benar jejak harimau?!” kata salah satu pekerja Juragan Susilo.
 
Salah satu dari mereka menanggapi dugaan pekerja itu.
 
“Kalau dilihat dari bentuknya, itu benar-benar jejak harimau! Apa mungkin ini jejak siluman harimau?”
 
“Siluman? Jangan mengada-ada, Siluman sudah menjadi legenda. Tidak ada siluman di zaman ini. Kecuali di hutan Gelap, Lembah Hantu dan Gunung Merapi. Itu pun mereka hanya menetap di tempat itu, tidak pernah ada siluman yang berani keliar apalagi sampai mendekati perkampungan!”
 
“Benar itu! Karena kakek buyutku pernah bercerita kalau dulu pernah terjadi perang besar antara penguasa dunia Kayangan dan para penguasa dunia bawah tanah. Perang besar itu membuat wilayah Nusantara yang terdiri dari 3 pulau besar jadi terpecah menjadi ribuan pulau. Dan sekarang inilah hasil dari perang besar itu. Menciptakan pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan lain-lain,” kata yang lain.
 
“Benarkah? Aku tidak pernah tahu cerita itu. Lalu bagaimana perang besar itu bisa berakhir?” tanya yang lain penasaran.
 
“Kalau tidak salah, perang berakhir setelah keduanya memutuskan untuk berdamai. Tapi ada cerita lain yang mengatakan kalau ada seorang laki-laki yang sangat hebat dan kuat dari kalangan manusia yang menundukkan dua kubu itu dengan 10 pusaka. Sehingga perang berakhir.”
 
“10 pusaka?”
 
Di saat percakapan para pekerja kebun juragan Susilo masih berlangsung dengan seru sampai lupa dengan jejak harimau yang mereka temukan. Sepasang mata hewan dengan  warna merah menyala menatap mereka dari balik kerumunan tanaman jagung. Liur yang menetes dan taring yang di tampakkan menunjukkan apa yang sedang hewan bias itu inginkan.
 
“Karena perjanjian bodoh itu aku hampir mati kelaparan. Tapi sekarang, aku bisa makan daging manusia lagi setelah beratus tahun aku tidak makan. Aku rasa daging mereka akan semakin nikmat” kata siluman harimau itu dengan suara yang hanya bisa di dengar oleh telinganya sendiri.
 
Siluman Harimau dengan tubuh sepanjang hampir 3 meter dan tinggi satu setengah meter, terlihat sangat besar. Dua kali lebih besar dari harimau pada umumnya.
 
Kakinya yang besar berjalan pelan, berusaha tidak menimbulkan suara apa pun. Dan saat jarak terkamnya sudah dekat, siluman Harimau itu langsung melompat dan menerkam pria yang menemukan jejaknya pertama kali. Ukurannya yang besar dengan mudah menjatuhkan pria berbadan kekar itu.
 
Bahkan  dalam satu kali gigit dirinya bisa langsung memutus kepala pria yang menjadi korbannya. Membuat 4 pria yang lain sangat terkejut dan hampir tidak bisa berlari karena terlalu takut. Jangankan untuk berlari, berteriak pun sulit bagi mereka.
 
Tak ingin satu pun dari mereka kabur, siluman Harimau itu langsung melompat ke korban selanjutnya. Namun satu korban yang tersisa berhasil keluar dari dalam kebun dan langsung berteriak sekencang mungkin. Membuat siluman harimau itu harus bersyukur dengan hanya mendapatkan 3 korban.


 
 

Legenda Belati Songgoh Nyowo (jilid 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang