Diantara Mimpi & Kenyataan

444 59 14
                                    

Nafas Yena menggebu-gebu hingga dadanya kembang kempis. Keringatnya bercucuran sangat deras sampai wajah dan lehernya basah kuyup oleh keringat.
 
“I-ini tidak mungkin, si-siapa kau? Kenapa kau mirip denganku?” tanya Yena pada sosok seorang wanita yang sangat mirip dengan wajahnya, yang sedang duduk berjongkok sambil memakan tubuh seorang bayi kecil, dengan penuh ketakutan sampai bibirnya gemetar.
 
Wanita itu melirik Yena dan tersenyum lebar sambil mengunyah daging penuh darah itu. Bahkan bayi itu masih dalam keadaan hidup saat dimakan. Karena ada belati Songgoh Nyowo yang menancap di dada bayi itu.
 
Bayi itu menangis sangat keras. Air matanya mengalir deras dan bersatu oleh darahnya sendiri.
 
“Aku adalah kamu,” kata wanita itu dengan lirih namun terdengar jelas ditelinga Yena.
 
Yena melangkah mundur sambil menahan gemetar di kakinya. Tapi entah kenapa, meski dirinya melangkah mundur. Tapi tak sedikit pun jaraknya dengan wanita itu menjauh.
 
“Ti-tidak. Aku bukan kamu. I-ini dimana? Tolong...!!! Tolong...!!!” teriak Yena. Berharap ada orang yang mau mendengar dan menolongnya.
 
Tapi tak ada seorang pun yang terlihat. Malahan, sekitar Yena yang awalnya hutan, berubah menjadi gelap semua. Tak ada yang terlihat kecuali diirinya sendiri dan wanita didepanya itu.
 
“Hentikan, bayi itu kesakitan!” teriak Yena tak tega mendengar tangis bayi itu yang melengking
 
“Kenapa kau jadi cengeng begini? Bukankah ini sudah biasa bagi kita? Kita sudah pernah memakan daging manusia seperti ini bukan?”
 
“Tidak! Itu tidak sama!
 
“Apanya yang tidak sama. Yang kita makan sama-sama manusia, mereka juga menjerit kesakitan dan ketakutan seperti ini. Daging mereka juga sangat segar. Dan juga, kita memakan mereka untuk mendapatkan kekuatan kan? Apa kau lupa? Lalu, apa bedanya?” tanya wanita yang mirip dengan Yena itu balik.
 
Yena sulit berkata. Kepalanya menggeleng seakan menolak semua fakta yang disebutkan wanita itu.
 
“Lepaskan belati itu! Bagaimana kau bisa memiliki belatiku?”
 
“Belati ini? Ini belatiku, bukan belatimu. Jadi aku bisa menggunakannya sesuka hatiku. Termasuk untuk memakan bayi suci tak berdosa ini. Dan kau tak ada hak untuk melarangku untuk menggunakannya.”
 
Pikiran Yena semakin terasa kacau. Dalam otaknya, dia terus memikirkan siapa sosok wanita di hadapannya. Meski wajah dan tubuhnya sangat mirip sampai 100 persen dengannya. Tapi dirinya sangat yakin jika wanita itu bukanlah dirinya. Dan juga tempat dirinya kini berada, ia yakini sebagai alam bawah sadarnya. Dengan artian, dirinya kini sedang bermimpi. Tapi, bau anyir darah yang berasal dari bayi itu, terasa begitu nyata.
 
“Apa kau tahu, aku cukup lama menunggu saat memakan daging lembut, manis dan suci ini. Perlu kau tahu, rasanya sama seperti memakan daging kijang bakar itu, tapi ini 10 kali lebih lembut dan wangi,” lanjut wanita itu sambil menjilat jemarinya yang merah penuh darah.
 
Yena tetap berusaha untuk pergi dari tempat gelap ini. Ia berlari menembus kegelapan. Tapi tetap saja. Ia seperti tak pernah beranjak dari tempatnya berada.
 
Wanita itu tak peduli dengan apa yang Yena lakukan. Ia terus memakan bayi itu hingga habis dan hanya menyisihkan tulang belulang.
 
“Ah.... daging ini sangat nikmat. Rasanya makan dua bayi belum cukup memuaskan perutku. Hei, bagaimana kalau kita mencari bayi lagi?” kata Wanita itu, enteng.
 
Yena melihat wanita itu dengan mata ketakutan.
 
“Tidak! Tolong jangan sakiti siapa-siapa lagi. Aku mohon! Lepaskan aku, keluarkan aku dari tempat ini!” rengek Yena sambil berurai air mata.
 
“Kau ini selalu saja lemah. Kau bilang jangan sakiti siapa-siapa. Coba lihat tangan dan wajahmu.”
 
Yena melihat kedua tangannya. Mendadak, tangan yang bersih itu kini dipenuhi darah segar. Saat memeriksa wajahnya, yang ia rasakan juga hal yang sama, darah kental yang amis.
 
Tangan Yena gemetar. Matanya menatap tak percaya pada dua telapak tangannya itu.
 
“A-apa ini? Kenapa tanganku penuh darah? Da-darah siapa ini?” Yena lalu menatap wanita itu tajam. “Apa yang kau lakukan padaku?!” teriak Yena merasa tak kuat lagi dengan tekanan batin ini.
 
“Hahahaha.... Hahahaha..... kau ini sangat lucu. Kan sudah aku bilang, kita ini sama. Jadi apa yang aku lakukan. Kau juga melakukan. Apa yang aku makan, itu juga kau makan. Jadi menurutmu,  itu darah apa?” tanya wanita itu sambil tersenyum mengerikan.
 
“I-ini tidak mungkin. Aku tidak melakukannya, ini cuma mimpi. Ini cuma mimpi! Ini tidak nyata! Tidak mungkin aku membunuh bayi itu!” teriak Yena lalu terbangun dari tidurnya dengan nafas berpacu kencang.
 
+×÷
 
“Haahh hahh haaahh,” suara nafas Yena berpacu cepat. Wajahnya di penuhi keringat. Dan tak lama setelah itu, ia merasakan tubuhnya sangat lelah. Dan ada rasa nyeri di beberapa persendiannya.
 
“Apa itu tadi? Apa itu benar-benar mimpi? Rasanya seperti sangat nyata.”
 
Yena mencoba melihat kedua tangannya. Untuk memastikan apa yang ia alami, bukanlah kenyataan. Melainkan mimpi buruk belaka.
 
Dan saat ia mengangkat kedua tangannya di depan wajahnya. Tangan itu bersih, tanpa ada noda darah setetes pun.
 
Nafas Yena jadi lebih lega saat mengetahui hal itu. Ia benar-benar takut jika sampai ia benar-benar memakan bayi tak berdosa.
 
Yena mengusap seluruh wajahnya yang penuh keringat dengan kain. Setelah selesai, ia turun dari atas tempat tidur untuk mandi. Guna melepas rasa pegal dan ketakutan di dalam hatinya atas mimpi buruk tadi.
 
Namun saat kakinya turun dari tempat tidur, telapak kakinya merasakan sesuatu. Yena menurunkan pandangannya dan melihat ke bawah. Matanya langsung melotot saat melihat sebuah jari kecil yang terdapat sedikit bercak darah.
 
Cepat-cepat Yena menarik kakinya naik. Dalam kamarnya yang sepi, suasana mendadak menjadi sangat hening. Sangking heningnya, sampai-sampai ia bisa mendengar suara debaran jantungnya sendiri yang berdetak cepat.
 
Tok! Tok! Tok!
 
Tiba-tiba pintu kamar diketuk dari luar. Yena menoleh ke arah pintu dengan cepat. Wajahnya sudah pucat pasi bak mayat.
 
“Yena? Ini aku Raga? Apa kamu sudah bangun?” tanya Raga dari luar.
 
Kepanikan menyerang Yena bagai ombak yang menggulung. Dengan gagap, Yena menyahut sambil menyembunyikan jari kecil yang ternyata jari seorang bayi di bawah bantalnya.
 
Untuk sekilas, Yena jadi meragukan kalau apa yang ia alami adalah mimpi.
 
“I-iya, ini baru bangun.”
 
“Bagus lah. Boleh aku masuk?”
 
“Ja-jangan. Di-disini berantakan.”
 
Kening Raga mengerut. Meski jawaban Yena terdengar aneh ditelinganya, namun Raga tak memaksa.
 
“Baiklah kalau begitu. Cepatlah keluar. Datuk Setyo menunggumu di depan.”
 
“Iya. Aku segera menyusul.”
 
Sebelum keluar dari kamar, Yena berpikir keras untuk menyembunyikan jari bayi tadi. Ia melihat sekeliling kamarnya dengan panik. Berharap menemukan satu tempat yang aman hingga ia bisa membuang jari itu ke sungai. Namun sulit. Pikirannya terlanjur panik sehingga tak bisa berpikir jernih. Satu-satunya cara baginya menyembunyikan jari itu adalah dengan menelannya.
 
Yena mengambil jari itu dari balik bantalnya. Untuk sesaat, ia melihat jari mungil itu dengan tidak tega. Saat dirinya sudah cukup yakin untuk bisa memakan jari tiba-tiba perutnya menjadi sangat mual.
 
Yena segera keluar mencari tempat aman untuknya mengeluarkan isi perutnya. Yena berjalan sempoyongan hingga akhirnya menjadikan satu pohon besar yang di sampingnya ada semak-semak tinggi untuk mengeluarkan isi perutnya.
 
Hoeekk...
 
Sesuatu seperti bubur berwarna merah terang keluar begitu saat Yena membuka mulutnya lebar-lebar.
 
Mata Yena memerah dan berkaca-kaca. Tiga kali Yena memuntahkan isi perutnya. Dan semua yang ia keluarkan sama.
 
Setelah tak ada lagi yang keluar dari mulutnya. Yena duduk berjongkok untuk melihat apa yang dia muntahkan. Ia begitu penasaran dengan isi perutnya itu. Dan saat ia melihat lebih dekat, matanya langsung mendelik. Ia bisa segera mengenali apa itu.
 
“I-ini?”
 
Seketika, Yena teringat akan sosok wanita yang mirip dengannya.
 
Hahahaha.... Hahahaha..... kau ini sangat lucu. Kan sudah aku bilang, kita ini sama. Jadi apa yang aku lakukan. Kau juga melakukan. Apa yang aku makan, itu juga kau makan. Jadi menurutmu,  itu darah apa?
 
Yena begitu syok mengetahui kenyataan ini, semua tubuhnya bergetar hebat. Dan tak lama kemudian pandangannya jadi redup dan dia langsung ambruk tak sadarkan diri di bawah pohon itu juga.

MAAF UPDATENYA TELAT. ADA-ADA AJA NIH MATA. JADI GAMPANG NGANTUK BEBERAPA HARI INI.

SEMOGA UPDATE KALI INI BISA MENGHIBUR KALIAN SEMUA. SEE YOU JUM'AT LAGI YA.... HAPPY READING...😘😘😘😘

Legenda Belati Songgoh Nyowo (jilid 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang