Teror Di Desa Weringin (bagian 1)

336 36 2
                                    

Hai? Maaf baru hadir kembali. Banyaknya pekerjaan dan masalah plagiat membuat kami sulit melanjutkan cerita. Tapi kali ini karena satu masalah sudah selesai, maka cerita akan dilanjutkan. Selama tidak ada kerja lembur di perusahaan, akan kami usahakan untuk update tiap hari. Untuk yang sudah bersedia menunggu kelanjutan cerita ini, saya ucapkan terima kasih. 🥰🥰🥰

Suara petir menggelegar hebat. Itu adalah petir yang besar dan dahsyat. Bahkan langit yang gelap menjadi terang benderang saat petir itu menyambar. Sambaran petir itu juga sampai menggetarkan terowongan yang di lalui rombongan Ratu Elok.

Haryapatih Dwi yang memimpin rombongan mengawal Ratu Elok menuju kerajaan Jawa Tengah terhenti. Ia berhenti bukan karena merasakan getaran yang dahsyat itu. Melainkan karena ia tidak merasakan energi kehidupan dari Prabu Sekti Siliwangi.

“Ada apa Patih, kenapa kamu berhenti?” tanya Ratu Elok yang berjalan di belakang Haryapatih Dwi.

Haryapatih Dwi menoleh sambil memasang senyum yang ia paksakan.

“Tidak ada apa-apa Ratu,” jawab Haryapatih Dwi lalu melanjutkan perjalanan

Untuk saat ini, sebelum Ratu Elok sampai di kerajaan Jawa Tengah dengan aman, Haryapatih Dwi ingin merahasiakan gugurnya Prabu Sekti Siliwangi. Ia tak ingin Ratu Elok menjadi terpukul dan bersedih karenanya.

***

“Semua berjalan sesuai rencanaku. Murid Naga Petir sudah tewas. Dan Pedang Wesi Jati sudah semakin tajam dan kuat. Kita tinggal menunggu perkembangan Belati Songgoh Nyowo. Aku ingin dua pusaka itu sudah siap untuk di gunakan di saat bersamaan,” ujar Ratu Iblis sambil mengusap kelopak bunga Tulip Rembulan yang memiliki warna seperti bulan.

Siluman Merah dan Satu siluman lagi berwarna gelap muncul di hadapan Ratu Iblis dengan bersimpuh. Keduanya siap untuk menerima perintah selanjutnya.

“Kalian berdua, bawa segerombolan siluman berusia 300 tahun. Tugaskan mereka untuk menyerang desa-desa yang ada di Jawa Tengah. Aku ingin wanita itu menyempurnakan Belati Songgoh Nyowo sesegera mungkin,” perintah Ratu Iblis.

“Baik Ratu!” jawab dua siluman itu lalu menghilang bagai debu.

***

Selepas Raga pergi dari hadapan, Datuk Setyo diam-diam menyelinap ke kamar Yena. Dengan keahlian bela dirinya, dirinya mampu masuk tanpa menimbulkan suara.

Dari pintu, Datuk Setyo bisa melihat Yena yang masih tertidur. Tatapannya begitu tajam namun di penuhi keraguan.

Datuk Setyo menarik pedang yang tersarung di belakang punggungnya. Sambil menggenggam pedangnya dengan erat dan juga gemetar. Datuk Setyo mendekati Yena. Setiap langkah yang Datuk Setyo ambil, membuat jantungnya berdebar kencang. Keringat dinginnya mengucur. Entah, bagaimana bisa dia menjadi merasa begitu ketakutan pada Yena. Padahal saat ini, Yena sedang tertidur.

Datuk Setyo memperhatikan lebih dalam wajah lelap Yena saat jaraknya sudah cukup dekat dengan Yena.

"Hanya kamu, satu-satunya yang berkemungkinan besar memangsa bayi-bayi itu. Aku tidak bisa membiarkan mu bertindak lebih jauh lagi. Bagaimana pun juga kau harus mati!" pikir Datuk Setyo sambil menguatkan hatinya untuk mengarahkan pedang di leher Yena.

Datuk Setyo mengangkat tangannya yang memegang pedang lebih tinggi. Saat posisi tangannya kini sudah siap mengayunkan pedangnya secara cepat ke arah leher Yena. Datuk Setyo mengambil nafas dalam-dalam. Guna membuang keraguan dalam hatinya. Serta membuang rasa tak teganya. Karena bagaimana pun juga, Yena hanyalah wanita desa biasa yang tak berdosa, yang nasibnya sangat malang. Hanya saja dia dirasuki roh jahat.

Legenda Belati Songgoh Nyowo (jilid 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang