Salam Perpisahan

369 44 23
                                    

Angin berdesir kuat mengibaskan rambut panjang dan lebat Ratu Elok. Angin itu tidak hanya menerpa rambutnya, tapi seluruh tubuhnya. Membuat tubuh Ratu Elok terasa dingin. Namun sepasang tangan merangkul tubuhnya. Memberikan rasa hangat yang nyaman.
 
“Bukalah mata indahmu itu, Adinda. Apakah kamu akan melewatkan pemandangan yang indah ini?” kata Prabu Sekti Siliwangi.
 
Perlahan, Ratu Elok membuka matanya. Tak ada yang bisa di lihat oleh Ratu Elok saat matanya terbuka, selain awan tipis yang berlalu lalang, serta langit kelabu yang sudah dipenuhi bintang.
 
Bias cahaya bintang yang berserakan pada tiap sudut langit membias indah di mata Ratu Elok saat ia menatap ke langit sana.
 
“Kanda, apa kita sedang terbang?” tanya Ratu Elok bersemangat.
 
“Iya, Dinda. Bagaimana kamu sudah tidak takut ketinggian lagi, bukan?” jawab Prabu Sekti Siliwangi lalu bertanya.
 
Ratu Elok menggelengkan kepalanya.
 
“Tidak Kanda. Dulu, aku memang sangat takut dengan ketinggian. Tapi saat ini, yang aku takutkan bukanlah itu lagi. Tapi kehilanganmu, Kanda,” jawab Ratu Elok.
 
Di momen ini, ingatan soal apa yang terjadi pada Prabu Sekti Siliwangi telah di ambil sementara oleh Wisesa. Sehingga, Ratu Elok lupa kalau Prabu Sekti Siliwangi telah tiada.
 
“Tenang saja, Dinda. Aku akan selalu berada bersamamu.”
 
Prabu Sekti Siliwangi kemudian membawa Ratu Elok di sebuah Bukit kecil yang berada di tengah area sawah yang luas. Dan terdapat sebuah pohon Kalpataru yang tumbuh rindang dan tinggi di tengah-tengah bukit.
 
Ratu Elok mengedarkan pandangannya untuk mengenali tempat tersebut.
 
“Bukankah ini...”
 
“Iya, ini tempat pertama kali kita berjumpa,” sela Prabu Sekti Siliwangi.
 
“Iya, Kanda. Wah, sudah lama sekali. Bentuk pohon ini, dan sawah yang menghantam luas ini, masih sama,” kata Ratu Elok sambil berdiri di tepi bukit dan memandang ke arah sawah.
 
Prabu Sekti Siliwangi menyandarkan dirinya di pohon. Ratu Elok berbalik dan kemudian menghampiri Prabu Sekti Siliwangi. Dirinya ikut bersandar di sana.
 
“Apa Kanda ingat, saat kita berjumpa pertama kali dulu? Kanda sedang tertidur di bawah pohon ini. Dengan memakai pakaian seadanya. Wajah Kanda tampak begitu kusam waktu itu. Dan aku yang baru pulang mengantar makan siang untuk Bapak melihat wajah pulas Kanda. Aku bahkan sampai aku tidak tahu kalau Kanda adalah Gusti Prabu.”
 
Prabu Sekti Siliwangi tersenyum lepas.
 
“Kalau seumpama waktu itu kamu tahu? Apa yang akan kamu lakukan?” tanya Prabu Sekti Siliwangi.
 
Ratu Elok tampak berpikir. Bibirnya merapat dan mendengung panjang.
 
“Aku tidak tahu. Mungkin akan aku biarkan dan aku akan bergegas kembali ke rumah untuk mengatakan pada Ibu kalau ada Gusti Prabu Sekti Siliwangi di bukit,” jawab Ratu Elok.
 
“Kalau begitu, beruntung sekali diriku waktu itu. Karena kamu tidak menyadarinya. Dan akhirnya membangunkanku dan memberiku makan,” ujar Prabu Sekti Siliwangi sambil masih tersenyum.
 
“Ya habisnya, waktu itu wajah Kanda begitu kusam dan terlihat menyedihkan. Aku pikir Kanda sedang kelaparan. Makanya Dinda bawakan makanan dari rumah,” kata Ratu Elok.
 
Lagi-lagi, Prabu Sekti Siliwangi merasa beruntung.
 
“Kanda? Apa makanan yang aku bawakan waktu itu terasa enak?” tanya Ratu Elok sambil bersandar di bahu Prabu Sekti Siliwangi.
 
“Tentu saja. Itu makanan terenak yang pernah aku makan. Aku bahkan hampir menghabiskan semua nasi yang kamu bawa,”  jawab Prabu Sekti Siliwangi.
 
“Yang paling Kanda suka dari makanan yang aku bawa, apa?” tanya Ratu Elok ingin tahu.
 
“Semua terasa enak. Tidak ada yang tidak enak dari makanan yang kamu bawakan. Apalagi saat aku makan, ada kamu yang menemaniku. Dan selalu melihatku dengan mata kagum,” jawab Prabu Sekti Siliwangi.
 
Ratu Elok tersenyum malu. Padahal waktu itu, dirinya berusaha agar Prabu Sekti Siliwangi tidak menyadari kalau dirinya mencuri pandangan.
 
“Ya bagaimana enggak kagum, Kanda waktu itu makannya lahap. Aku sampai takut apa makanan yang aku bawakan akan kurang atau tidak. Jatah makan Kanda sudah seperti sapi di rumah. Banyak sekali!”
 
Prabu Sekti Siliwangi tertawa kecil.
 
“Tapi apa Kanda ingat, apa yang Kanda katakan setelah menghabiskan semua makanan yang aku bawakan?” tanya Ratu Elok sambil memandang wajah Prabu Sekti Siliwangi.
 
Kali ini Prabu Sekti Siliwangi tersenyum malu.
 
“Kanda bukannya berterima kasih tapi malah langsung melamarku!” ungkap Ratu Elok.
 
“Ya itu kan ungkapan terima kasihku...”
 
“Apa mentang-mentang Kanda seorang Prabu?”
 
“Tidak. Waktu itu aku juga sudah memberitahumu soal identitasku, bukan? Dan kamu masih menolakku meski tahu aku adalah Gusti Prabu.”
 
“Ya itu karena perasaan wanita lebih berharga dari apa pun! Bahkan emas segunung pun, tak akan mampu membeli perasaan wanita yang murni dan suci,” omel Ratu Elok.
 
Prabu Sekti Siliwangi tersenyum renyah.
 
“Itulah mengapa aku selalu berusaha agar bisa mendapatkan hatimu. Meskipun, aku harus rela kamu suruh menanam padi dan membersihkan kandang sapi.”
 
“Y-ya iya. Biar Kanda tidak meremehkan perasaan wanita.”
 
“Dan sekarang, aku sudah memilikimu, bukan? Itu berarti, aku sudah memiliki harta paling berharga di dunia ini. Harta yang melebihi tahtaku sendiri.”
 
Ratu Elok tersipu malu mendengar pujian Prabu Sekti Siliwangi.
 
“Apa itu berarti, Kanda senang bisa menikahiku?” tanya Ratu Elok berharap mendapatkan jawaban yang lebih indah lagi. Jawaban yang mampu membuat dadanya kembang kempis dan membuat mukanya menjadi memerah.
 
“Tentu saja. Tidak ada kebetulan paling indah di hidupku kecuali kebetulan saat bertemu denganmu di bawah pohon ini. Tidak ada perjuangan paling berat kecuali meraih hatimu. Tidak ada hari paling indah selain saat mempersuntingmu untuk menjadi Ratuku. Dan tidak ada hadiah paling indah selain apa yang ada di dalam rahimmu.”
 
Senyum Ratu Elok memudar saat Prabu Sekti Siliwangi menyinggung soal rahim Ratu Elok. Karena seketika itu juga, semua ingatan Ratu Elok yang ditahan Wisesa, muncul kembali bagai setetes darah yang jatuh di dalam segelas air.
 
Dengan tangan yang gemetaran Ratu Elok meraih perutnya yang membuncit dan sedikit keras. Air mata mulai menggenang di matanya. Membuat penglihatannya menjadi buram.
 
“Kanda?” lirih Ratu Elok dengan tatapan beku yang lurus memandang arah sawah di depan sana.
 
“Jaga anak kita baik-baik, Ratu. Kelak, dia yang akan meneruskan aku, untuk menjaga dan melindungimu. Dan juga seluruh negeri ini,” kata Prabu Sekti Siliwangi.
 
Ratu Elok memutar wajahnya, menatap muka Prabu Sekti Siliwangi yang tampak cerah dan dihiasi sebuah senyum tipis yang khas.
 
Ratu Elok menggeleng tak percaya dengan kenyataan yang telah terjadi.
 
“Ti-tidak, Kanda. Bukankah Kanda sudah berjanji untuk menjemputku? Bukankah Kanda sudah berjanji untuk selalu ada di sampingku? Dan membawa aku pulang kembali bersama anak kita?!”
 
“Maafkan aku Dinda. Maaf karena tidak bisa menempati janji terakhirku.”
 
Air mata mengalir deras di mata Ratu Elok. Dirinya masih tidak bisa menerima kenyataan  pahit ini.
 
“Tidak Kanda, Kanda adalah seorang Gusti Prabu! Kanda adalah murid Guru Agung Wisesa! Tidak ada yang bisa mengalahkan Kanda dalam pertempuran! Kanda harus menjemputku!”
 
Tangis Ratu Elok semakin pecah. Dirinya tidak mampu menahan luapan emosi dan pedih di hatinya.
 
“Lagi-lagi, aku membuatmu menangis. Maafkan aku Dinda. Maafkan aku Ratuku,” ucap Prabu Sekti Siliwangi lalu memeluk Ratu Elok erat.
 
“Selamat tinggal.”
 
***
 
“Kanda?!!” teriak Ratu Elok terbangun dari tidurnya.
 
Nafas Ratu Elok menggebu-gebu dan keringat membasahi kening dan leher sampai dadanya.
 
Tiga pelayan pribadi Ratu Elok yang berada di depan kamar segera masuk setelah mendengar Ratu Elok berteriak.
 
“Ada apa, Ratu? Apa Ratu bermimpi buruk?” tanya salah satu dari mereka.
 
Ratu Elok masih membisu, dirinya masih memikirkan soal mimpi yang ia alami barusan. Mimpi itu terasa sangat nyata baginya.
 
Saat Ratu Elok masih terdiam,  salah satu pelayan melihat sebuah keris yang ada dalam pangkuan Ratu Elok. Ratu Elok yang tahu, segera mengenali keris itu.
 
“Keris Guntur?” lirih Ratu Elok.
 
Dengan munculnya pusaka keris Guntur itu, membuat Ratu Elok yakin, jika mimpi yang ia alami, adalah mimpi yang di buat oleh Prabu Sekti Siliwangi untuk mengucapkan salam perpisahan padanya.
 
“Kanda, akan aku pastikan untuk membesarkan anak kita. Dan membimbingnya agar menjadi kuat dan hebat seperti dirimu,” kata Ratu Elok lalu mengusap lembut perutnya.
 
 
 
 
*** Akhirnya bisa update lagi setelah sakit. Musim hujam begini memang musimnya orang sakit. Untuk kalian, jaga kesehatan selalu ya... jangan lupa minum vitamin untuk menjaga imun tubuh. I love you.....😘😘😘

Legenda Belati Songgoh Nyowo (jilid 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang