Desas Desus

369 44 2
                                    

Alka dan Seloso kembali ke perkemahan setelah mencari informasi selama 3 hari di desa Genuk. Keduanya segera menemui Volka di tendanya.
 
“Tuan?” ucap Alka dan Seloso saat di hadapan Volka. Keduanya bersimpuh sambil menurunkan pandangan mereka.
 
“Angkat wajah kalian! Dan beritahu informasi yang kalian dapatkan,” perintah Volka.
 
Alka dan Seloso kemudian mengangkat wajah mereka dan menatap Volka penuh hormat.
 
“Kami mendapat informasi, kalau kekuatan Jawa Timur berkurang. 2000 prajurit serta 3 Patih, di kirim ke Tanah Dewa untuk membantu Raja Mada mempertahankan kekuatan. Mereka berpikir jika kita akan menyerang Tanah Dewa. Oleh sebab itu mereka mengirim 20 persen kekuatan mereka ke Tanah Dewa.
 
Sambil memainkan janggutnya  yang tak terlalu panjang, Volka mendengarkan informasi itu dengan baik.
 
“Bagus. Ini sebuah keuntungan bagi kita untuk menyerang,” kata Volka penuh keyakinan.
 
Alka memperhatikan wajah Volka saksama. Kembali, dirinya berpikir jika ada yang tidak beres dengan Volka. Hampir 10 tahun dirinya mendampingi Volka, berjuang dan bertarung bersama. Membuat Alka tahu, sifat dan karakter Volka. Ia sangat tahu kalau Volka sangat tidak menyukai keuntungan sebelum bertarung.
 
Alka selalu tahu bahwa Volka selalu menginginkan lawan yang kuat. Atau bahkan yang melebihi kekuatannya sendiri. Menyerang musuh yang sedang melemah, tentu bukan lawan yang ingin Volka lawan. Itulah mengapa sampai ada pertempuran besar yang melibatkan banyak kerajaan di Nusantara dua tahun yang lalu. Itu karena Volka gila akan pertempuran besar yang sulit untuk di taklukkan olehnya.
 
Tapi sekarang, Volka telah jauh berubah. Tak lagi seperti dulu. Entah, apa karena hal ini di picu oleh kekalahan 2 tahun lalu sehingga Volka jadi lebih berhati-hati dalam bertindak. Atau saat ini Volka hanya seorang pengecut.
 
Karena dengan ilmu Rawa Rontek dan pusaka pedang Wesi Jati, sudah cukup untuk membuat Volka berada dipuncak kekuatan pendekar. Membuatnya tak terkalahkan meski harus melawan 5 raja sekaligus.
 
Tatapan Volka lalu terarah pada Seloso. Mata Volka yang jeli, bisa melihat perubahan pada diri Seloso.
 
“Jadi, kamu sudah menguasainya?” ucap Volka.
 
“Iya Tuan,” jawab Seloso.
 
“Bagus. Kalau begitu, kamu bisa menempati satu tempat yang kosong,” kata Volka merujuk pada penempatan Seloso menjadi bagian kapten Penunggang Kematian, untuk menggantikan kapten sebelumnya yang tewas karena pertempuran dua tahun lalu.
 
Seloso begitu senang. Namun rasa senang itu ia tahan untuk menjaga kesopanan di depan Volka.
 
“Terima kasih Tuan. Ini merupakan sebuah kehormatan bagi saya,” kata Seloso penuh rasa senang.
 
***
 
“Di mana Yena? Apa dia sudah bangun?” tanya Datuk Setyo saat Raga menghampirinya.
 
“Sudah, Datuk. Dia masih di kamarnya saat aku tinggal. Tapi aku sudah memintanya untuk datang kemari sesuai perintah Datuk,” terang Raga.
 
Datuk Setyo terlihat masih cemas karena kejadian kemarin malam. Ia melihat ke arah Raga datang dengan tatapan cemas.
 
“Kalau begitu, kamu pergilah ke desa sebelah. Beli pakaian pendekar yang cocok untuk Yena,” pinta Datuk Setyo.
 
Raga sedikit terkejut mendengar perintah Datuk Setyo.
 
“Apa Yena akan belajar ilmu bela diri, Datuk?” tanya Raga.
 
“Iya. Di dunia yang kejam dan keras ini, ilmu untuk melindungi diri sangat diperlukan. Yena harus bisa membela dirinya sendiri saat ada orang jahat yang menyerang. Agar kejadian yang menimpa dirinya sebelumnya, tidak sampai terulang kembali,” jelas Datuk Setyo.
 
Raga mengerti. Di dunia ini, manusia berhati gelap pasti ada. Dan ia sadar, dirinya dan juga Datuk Setyo, tidak bisa melindungi diri Yena terus menerus.
 
“Baiklah, Datuk. Kalau begitu saya akan berangkat ke desa sebelah sekarang,” ucap Raga berpamitan.
 
“Iya, berhati-hatilah di jalan,” pesan Datuk Setyo.
 
Raga mengangguk lalu segera menuju desa sebelah dengan melompat dari satu pohon ke pohon lain dengan ilmu meringankan badan.
 
Selepas Raga pergi, Datuk Setyo menuju kamar Yena. Namun sesampainya disana, dia tak menemukan Yena.
 
Datuk Setyo mengamati sekitar, mencoba mencari tahu keberadaan Yena. Aroma amis yang tiba-tiba terbawa angin, menarik perhatian Datuk Setyo. Ia segera menuju asal aroma tak sedap itu berada, dan tak jauh dari kamar Yena, ia menemukan Yena tergeletak tak sadarkan diri di tanah.
 
“Kenapa lagi kamu?” lirih Datuk Setyo yang segera memeriksa kondisi Yena.
 
Datuk Setyo bernafas lega saat tahu Yena hanya pingsan karena lemas. Ia segera mengangkat tubuh Yena untuk di bawa ke kamar. Namun sebelum busa bangkit, ekor matanya menangkap sesuatu yang di muntahkan Yena.
 
Mata Datuk Setyo menatap gumpalan lembek muntahan itu teliti. Dan akhirnya bisa mengambil satu kesimpulan. Itu adalah muntahan daging yang Yena keluarkan dari perutnya. Entah itu daging apa, tapi yang pasti warna daging itu terlihat begitu muda.
 
Segera Datuk Setyo membawa Yena untuk di istirahatkan di kamarnya. Lalu kembali untuk mengubur muntahan itu segera. Ia tak ingin Raga tahu soal Yena.
 
***
 
Sambil mengamati baju-baju yang di jual di pasar, telinga Raga mendengar desas desus yang dibicarakan beberapa warga desa.
 
“Iya, anak bayi Bu Lara juga menghilang semalam. Padahal bayinya di tidurkan di sampingnya bersama suaminya. Tapi mendadak hilang begitu saja!” ucap salah satu ibu-ibu yang sedang membeli sayur mayur. Ia sedang mengobrol dengan tukang sayur itu dan dua ibu-ibu lainnya.
 
“Apa ini ulah Kuyang?” tanya ibu-ibu lainnya.
 
Sebagian dari mereka mengerutkan kening.
 
“Tidak mungkin. Setahuku, Kuyang itu cuma mencuri bayi yang baru lahir dan masih dipenuhi darah ketuban, kan? Jadi sepertinya bukan Kuyang!” sahut ibu-ibu yang tak yakin jika Kuyang penyebabnya.
 
“Lalu siapa? Kalau maling bayi, pasti bakal ketahuan kan. Atau mungkin siluman?!”
 
Semua sulit berkata, tak yakin juga kalau siluman yang melakukan ini. Karena desa ini tak pernah di singgahi siluman.
 
Desas desus yang meresahkan warga desa itu membuat semua orang cemas dan jadi lebih berhati-hati. Apalagi terhadap para pendatang yang bukan penduduk asli desa ini.
 
Raga segera memilih satu pakaian pendekar yang cocok untuk Yena. Lalu segera kembali untuk menyampaikan kabar ini pada Datuk Setyo.
 
 
 
 
 
 

Legenda Belati Songgoh Nyowo (jilid 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang