Runtuhnya Kerajaan Jawa Timur (bagian 4)

337 33 2
                                    

Seloso bangkit dari tubuh patih Wiro dan berjalan memasuki satu ruang yang tak jauh dari pertempuran berdarah mereka. Meninggalkan Alka yang masih tertindih tubuh besar Patih Wiro yang kini sudah kembali ke wujud manusia.
 
“Hei?! Apa kau tidak berniat membantuku atau sengaja melupakan aku yang masih terjebak di sini?” teriak Alka yang kesulitan untuk menyingkirkan tubuh Patih Wiro yang besar dan berat.
 
Seloso tidak menanggapi atau pun menoleh ke arah Alka. Dirinya terus melangkah tanpa peduli.
 
Saat memasuki satu ruang, Seloso mengambil satu kain lebar. Yang nantinya akan dia gunakan untuk membungkus tubuh Patih Wiro.
 
Di saat Seloso masih mengambil kain. Alka berjuang sendiri menyingkirkan tubuh Patih Wiro. Dan dengan segenap usaha yang bisa ia lakukan, Alka pun berhasil. Tapi karena dirinya tertindih jasad Patih Wiro yang bisa dikatakan hancur, membuat hampir seluruh tubuhnya bermandikan darah.
 
“Sial! Sudah mati masih saja menyusahkan!” kata Alka lalu menendang dan meludahi wajah Patih Wiro.
 
Seloso yang kebetulan selesai mengambil kain dan melihat apa yang Alka lalukan, menatap Alka dengan sangat tajam. Matanya menunjukkan kemarahan yang besar.
 
Alka yang menyadari Seloso telah kembali, melihat ke arah kain yang ada di tangan Seloso.
 
“Buat apa kau membawa kain itu? Apa kau akan membawa jasad ini untuk camilan saat kita kembali?” tanya Alka dengan nada yang tidak mengenakkan di telinga Seloso. Apalagi saat berkata, Alka terkesan menghina Patih Wiro.
 
“Jaga ucapanmu! Jangan berbicara seenaknya di hadapan Guruku!” tegas Seloso.
 
“Guru?” Alka menaikkan keningnya dan menatap jasad Patih Wiro kembali. Ia tidak tahu sama sekali jika Patih Wiro adalah guru Seloso. Karena saat Seloso bergabung dengan Penunggang Kematian, tak banyak informasi yang Seloso katakan selain soal kematian orang tuanya dan keinginannya menjadi kuat.
 
“Pendekar selemah ini gu-” belum selesai bicara Alka sudah terlempar hingga menghantam tiang kayu di belakangnya. Karena baru saja Seloso melesat ke arah Alka dengan sangat cepat dan melepaskan satu pukulan keras di perut Alka.
 
Pukulan Seloso sangat serius. Sehingga, Alka yang menerima pukulan itu langsung memuntahkan darah segar.
 
“Aku sudah memperingati dirimu. Jaga ucapanmu itu!” lirih Seloso tapi di penuhi ancaman di kalimatnya itu.
 
Alka merasakan organ dalamnya seperti berantakan. Sakit yang luar biasa ia rasakan. Karena secara fisik, keduanya memiliki perbedaan yang jauh. Yang di mana Seloso dua kali lipat lebih kuat di banding Alka.
 
Dengan darah yang mengalir di tepi bibirnya, Alka berusaha berdiri lalu tersenyum lebar.
 
“Sesama anggota, tidak seharusnya bertarung. Apa kau akan melanggar aturan itu?” Alka mengingatkan.
 
“Aku tidak berniat bertarung denganmu. Aku hanya membela hakku. Dan kewajibanku sebagai murid untuk menjaga kehormatannya,” balas Seloso.
 
“Cih! Guru seperti itu, tak pantas untuk di hormati. Apa kau lupa, yang kuat adalah yang berkuasa. Yang lemah adalah sampah. Tapi terserah kau saja. Aku tidak akan peduli,” kata Alka lalu berjalan meninggalkan Seloso.
 
Setelah Alka meninggalkannya, Seloso mulai membungkus tubuh Patih Wiro. Ia juga mengumpulkan usus dan organ dalam Patih Wiro yang berserakan karena ulahnya.
 
“Terima kasih Guru. Berkatmu, aku jadi lebih kuat. Tapi untuk mengimbangi kekuatan mu, aku masih memerlukan banyak waktu.” Kata Seloso lalu membawa jasad Patih Wiro keluar dari area kerajaan untuk di kuburnya sendiri. Tapi beberapa prajurit yang kebetulan memergokinya, berusaha menahan dan memberikan perlawanan.
 
Tapi, Seloso masih bisa melawan serangan dari prajurit-prajurit itu meski tubuhnya sendiri sudah babak belur pasca bertarung dengan Patih Wiro.
 

***
 


Prabu Sekti Siliwangi menyaksikan pertarungan antara prajurit dan Patihnya bersama pasukan Penunggang Kematian yang berat sebelah. Banyak prajurit dan pendekar yang ia miliki tewas mengenaskan. Sedang korban dari Penunggang Kematian masih bisa di hitung jari.
 
Melihat hasil sementara pertarungan ini, membuat Prabu Sekti Siliwangi kembali Inilah teringat akan pertarungan dua tahun lalu. Kekuatan Penunggang Kematian memang bukan main-main. Mereka yang ada dalam kelompok itu adalah orang-orang yang kuat dan bertalenta tinggi. Inilah yang menjadi salah satu faktor yang membuat Penunggang Kematian begitu di takuti. Karena kekuatan mereka bisa melebihi semua pasukan yang dimiliki satu kerajaan besar.
 
Saat salah satu Adipatihnya akan di tebas oleh Volka, Prabu Sekti Siliwangi langsung menahan serangan pedang Volka dengan pedangnya.
 
Tak hanya menahan serangan mematukan Volka, pedang Prabu Sekti Siliwangi juga memberi efek sengatan listrik yang luar biasa. Membuat Volka langsung mengambil jarak.
 
Volka melihat tangannya yang kebas dan melepuh. Lalu tersenyum lebar.
 
“Sengatan ini, membuatku teringat dengan satu Patih di Madura yang melawanku dengan satu pusaka legendaris, Keris Guntur,” kata Volka sambil menyeringai.
 
“Jadi benar, kau yang telah membunuh Haryapatih Adipura.”
 
“Tentu saja. Dan, oh iya, aku punya satu buah tangan yang aku dapat dari Madura. Anggap ini sebagai hadiah agar kau bisa bertarung lebih serius sebelum aku membunuhmu,” kata Volka dengan senyum penuh percaya diri. Dan lalu melempar Keris Guntur ke arah Prabu Sekti Siliwangi. 
 
Prabu Sekti Siliwangi menangkap keris itu dengan sebelah tangannya. Lalu melihat keris itu lekat. Bercak darah, yang tertinggal di gagang keris ia amati dan dia identifikasi kan sebagai darah Haryapatih Adipura.
 
Volka memainkan gerakan pedang yang tajam dan mematikan. Gerakannya begitu cepat dan penuh tenaga.
 
“Apa kau sudah siap?” tanya Volka memasang kuda-kuda andalannya.
 
Prabu Sekti Siliwangi menatap Volka tajam dan di penuhi kebencian.
 
“Tentu saja. Aku siap, untuk membunuhmu dan menutup mulut besarmu itu,” balas Prabu Sekti Siliwangi tak mau kalah.
 
Volka menyeringai. “Baiklah, kau boleh berharap bisa membunuhku. Aku tak akan melarangmu berharap. Tapi perlu aku beri tahu sedikit hal padamu, agar kau tidak termakan oleh harapanmu ini. Menurutmu, bagaimana caranya pendekar yang mengeroyokku, bisa membunuhku saat dia hanya seorang diri?”
 
Setelah berkata demikian, Volka langsung menyerang Prabu Sekti Siliwangi.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Legenda Belati Songgoh Nyowo (jilid 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang