Melawan Siluman Harimau

336 35 0
                                    

Kabar munculnya siluman harimau di kebun juragan Susilo membuat penduduk desa gempar. Mereka yang ketakutan memilih untuk tidak mendekati perkebunan. Tapi beberapa yang penasaran mendatangi tempat kejadian.
 
Korban siluman harimau yang selamat di paksa penjaga desa untuk menunjukkan tempatnya. Tapi tampang seram yang di tunjukkan siluman harimau tadi. Serta melihat bagaimana rekan kerjanya mati diterkam membuatnya tidak berani. Bahkan kini tubuhnya memutih pucat. Seakan tak ada darah yang mengalir di tubuhnya. Menunjukkan bagaimana dirinya begitu sangat ketakutan.
 
“Percuma saja memintanya untuk mengantar kita. Lihat! Tubuhnya saja gemetaran. Lebih baik biarkan dia di sini!” kata salah seorang pria. Dirinya tahu pekerja kebun juragan Susilo, itu sangat ketakutan.
 
“Kalau begitu tunjukkan di mana kalian bertemu siluman harimau itu?” tanya penjaga Desa.
 
Dengan tubuh gemetar, dirinya menunjuk sembarangan arah.
 
“De-dekat kebun tomat dan jagung. A-apa kalian benar-benar akan pergi ke sana?” tanya buruh itu dengan suara terbatah.
 
“Tentu saja! Karena ini lah tugas kami. Jika memang itu siluman, maka kami harus melaporkan hal ini pada pihak kerajaan. Tapi jika memang hanya harimau biasa, maka kami akan menangkap dan mengulitinya!” kata penjaga itu.
 
“Tidak! Jangan! Itu benar-benar siluman! Lebih baik kita minta bantuan Prabu Garendra! Beliau bisa mengirim Adipati atau pendekar hebat lain untuk mengatasi siluman itu!” kata buruh itu ketakutan. Karena yang dirinya lihat benar-benar siluman yang sangat mengerikan.
 
“Tenanglah Pak Tamrin. Kami tahu ke khawatiranmu. Tapi jika kami tidak memeriksanya dulu untuk memastikan apa itu benar-benar siluman atau bukan, tidak bisa kami melaporkan hal ini pada Prabu Garendra. Jika itu hanya harimau biasa tentu kami sebagai prajurit yang ditugaskan menjaga desa akan mendapatkan sanksi berat,” terang salah satu penjaga desa.
 
Tamrin, buruh juragan Susilo yang selamat sudah tidak bisa berkata lagi. Dalam ketakutan yang meradang, dirinya hanya bisa berdoa, agar tidak ada korban berjatuhan lagi.
 
Beberapa pria berbadan besar yang hanya penduduk desa biasa dan puluhan prajurit yang menjaga desa, mulai memeriksa perkebunan juragan Susilo. Juragan Susilo yang terkejut akan kemunculan siluman dan tahu 3 buruh kerja menjadi korban, menaruh banyak harapan pada penjaga desa untuk menyelesaikan masalah ini. Karena sebentar lagi ladang jagungnya akan panen. Bisa gawat jika masalah besar ini belum selesai. Bisa-bisa jagung-jagungnya membusuk dan habis di makan burung.
 
Pendekar kelas menengah yang menjadi ketua penjaga desa, yang bernama Topan, memimpin ekspedisi di depan sambil membawa golok.
 
“Tetap perhatikan sekitar dan jangan lengah. Dan kalau sampai makhluk itu muncul, jangan takut apalagi lari. Kita akan melawannya bersama-sama. Kalau pun itu siluman, kita tetap bisa membunuhnya. Jadi jangan gentar!” seru Topan sambil matanya tetap waspada melihat depan dan kanan kirinya.
 
Beberapa saat berjalan melewati kebun lombok dan kacang panjang, akhirnya rombongan sampai di lokasi kejadian.
 
Mata mereka langsung membeliak saat melihat darah yang begitu banyak membasahi tanah lumpur. Beberapa potongan tubuh manusia juga mereka temukan di sana.
 
Beberapa orang diperintah Topan untuk membuat kelompok kecil. Dan di perintah untuk memeriksa sekitar.
 
“Temukan jejak atau mungkin petunjuk lain!” seru Topan.
 
Setidaknya ada 7 kelompok kecil yang terbagi dari 5 orang memeriksa sekitar kejadian ditemukannya lokasi penyerangan. Dan satu kelompok menemukan sesuatu yang membuat mereka terkejut. Yaitu jejak kaki harimau yang begitu besar. Jejak itu mengarah ke hilir sungai yang ada di sisi barat perkebunan juragan Susilo.
 
“Apa ini jejak harimau?! Tapi kenapa besar sekali?!” kata salah satu dari mereka.
 
“Kalau begitu, benar apa kata Pak Tamrin! Ini pasti siluman!” kata yang lain menyahut.
 
Ekspresi mereka sama-sama ketakutan. Mereka segera kembali dan memberikan laporan pada Topan.
 
“Kami menemukan jejak harimau ke arah sungai, Ketua!” kata pria berjanggut tipis dan memiliki tubuh besar namun tidak berotot.
 
“Sungai?” Topan langsung berpikir. Di seberang sungai ada sebuah goa kecil yang jaraknya sekitar 10 menit dengan berjalan kaki. Tapi goa itu bukan goa terbengkalai. Sering ada gembala yang membawa kerbau atau kambing ke dekat sana untuk makan rumput.
 
Pikiran Topan langsung menjadi buruk. Jika pemikirannya benar berarti ada korban lain selain di kebun juragan Susilo ini.
 
Topan langsung memerintahkan semua untuk memeriksa goa yang ada di seberang sungai.
 
Dan benar saja, dua mayat di temukan tidak utuh. Tapi kambing dan kerbau yang di bawa korban sudah tidak ada di sekitar gua. Beberapa hewan ternak sempat di temukan di tepi sungai. Tentu saja ini pasti ulah siluman Harimau. Membuat para hewan ternak lari ketakutan.
 
“Sampaikan situasi desa Kramat pada Prabu Garendra. Katakan bahwa desa ini diserang oleh siluman harimau,” kata Topan pada salah satu bawahannya.
 
“Baik Ketua!” jawab bawahannya itu dengan tegas.
 
Segera bawahan Topan kembali ke desa. Ia menuju markas jaga dan menunggangi salah satu kuda gagah yang ada di sana.
 
Para penduduk desa yang khawatir dan menantikan informasi soal siluman itu berusaha bertanya pada bawahan Topan yang kembali. Tapi dirinya hanya menjawab jika ini memang ulah siluman harimau. Dan dirinya diperintah Ketua Topan untuk segera menyampaikan hal ini pada Prabu Garendra.
 
***
 
Malam Menjadi begitu mencekam. Desa Kramat yang damai dan tenteram. Berubah menjadi begitu mencekam. Banyak penduduk desa yang sudah berada di dalam rumah saat matahari sudah tidak menampakkan warna jingga kemerahannya. Sedangkan para prajurit penjaga desa,  fokus berpatroli. Mengawasi tiap sudut desa. Agar siluman harimau itu tidak menyerang desa menjelang gelap.
 
“Aku percaya kalau makhluk halus bisa muncul kapan saja dan di mana saja. Tapi untuk siluman, aku masih sulit percaya. Seperti yang kita tahu dari para leluhur. Siluman telah di kerangkeng. Dan tidak akan menyerang manusia. Tapi ini, bagaimana mereka bisa tiba-tiba muncul?! Apa perkataan para leluhur hanya bualan?” kata salah satu dari 3 prajurit yang berjaga di gerbang masuk desa Kramat.
 
“Jaga bicaramu, leluhur kita tentu tidak akan membual! Kalau pun mereka membual, sudah sejak dulu siluman muncul. Ini pasti ada sesuatu yang membuat mereka muncul. Aku yakin itu,” sahut yang lain.
 
“Kalau begitu sesuatu apa yang membuat mereka muncul? Rasa lapar?”
 
“Entahlah aku sendiri tidak tahu. Tapi aku merasa seperti itu.”
 
“Hah, jangan memakai perasaan untuk menduga hal serius seperti ini!”
 
“Ini bukan perasaan. Tapi insting!”
 
“Sstt! Kalian berdua ini malah debat! Kita harus fokus untuk mengawasi sekitar! Siluman harimau bisa bergerak sangat cepat. Kalau kalian tidak fokus, kalian bisa jadi mangsanya sebelum kalian menyadarinya!” tutur prajurit penjaga satunya yang sedari tadi merasa risih dengan perdebatan dua temannya.
 
Selang beberapa detik usai perdebatan berhenti, tiba-tiba angin malam berhembus. Hembusan angin malam yang dingin membuat bulu kuduk 3 prajurit itu jadi merinding.
 
“Anginnya terasa aneh. Dinginnya terasa mencekam. Apa kalian merasakannya?” tanya prajurit yang tadi mengawali perdebatan.
 
“Iya, aku juga merasakannya. Apa ini berarti siluman itu akan muncul?” tanya salah prajurit yang tadi sempat berdebat dengan kawannya.
 
“Entahlah. Tapi kita harus waspada jika ingin nyawa kita selamat. Jika siluman itu muncul, kita harus melawannya bersama. Tegarkan hati dan mental kalian, aku sudah mengusai ilmu pendekar kelas bawah. Jadi seharusnya kita bertiga bisa melawannya sampai Ketua Topan membantu. Apa kalian mengerti?” kata prajurit yang melerai perdebatan. Namun saat dirinya menoleh ke arah dua temannya untuk mendengar pendapat mereka, mereka sudah tidak ada. Hilang bagai angin.
 
“Eh! Kemana mereka?” gumam prajurit itu lalu melihat sekitar. Namun bukan keberadaan dua prajurit itu yang ia temukan. Melainkan harimau yang bertubuh besar dengan bulu berwarna merah bagai darah dan loreng hitam bagai malam.
 
“Sial... mereka kabur tanpa mengajakku?!” umpat prajurit itu.
 
Perlahan kakinya dia bawa bergerak mundur, meskipun sangat susah baginya untuk menggerakkan kakinya. Karena rasa takut yang dirinya rasakan membuat semua tubuhnya kaku.
 
“Gooaarrgg!!!” aung harimau itu, membuat darah yang mengalir di tubuh prajurit itu berhenti mengalir. 
 
Dari atas, seorang pria melompat dan mendarat di hadapan prajurit itu.
 
Sejenak, prajurit itu bersyukur. Nyawanya tertolong.
 
“Ketua?!” kata prajurit itu hingga menitikkan air mata.
 
“Tegakkan kuda-kudamu dan bantu aku menumbangkannya!” perintah Topan dengan suara tegas.
 
 

Legenda Belati Songgoh Nyowo (jilid 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang