Keris Wuruk

273 22 11
                                    

Datuk Setyo merintih menahan nyeri di pergelangan tangan kanannya. Yang ternyata, baru ia sadari kalau pergelangan tangannya itu telah remuk.

“Tendangannya sangat berbahaya!” lirih Datuk Setyo.

Mata Datuk Setyo kemudian bergulir melihat ke arah Raga yang masih tergeletak sambil menggeliat menahan sakit. Ia memahami, apa yang Raga rasakan.

“Situasi ini, benar-benar tidak baik!” ucap Datuk Setyo lagi.

Datuk Setyo berusaha bangkit. Ia berniat melakukan sesuatu agar dirinya dan Raga bisa melarikan diri. Dan melaporkan hal ini kepada Prabu Ganendra.

Tapi belum sempat bangkit, siluman serigala yang menendangnya sudah berdiri di hadapannya dengan nafsu membunuh yang tinggi.

“Kakak! Lebih baik kau makan dulu manusia ini. Agar lukamu segera pulih. Baru setelah itu, pemuda itu yang akan menjadi santap malam kita nanti!”

Sambil memegangi tangannya yang putus, siluman serigala satunya berjalan mendekat ke arah Datuk Setyo.

“Tunggu dulu! Aku ingin memotong kedua tangan dan kakinya terlebih dahulu. Agar dia merasakan sakit yang aku rasakan ini!”

Siluman serigala yang memiliki ukuran 2 kali lebih besar terdiam sejenak, sebelum kakinya mulai menginjak dada Datuk Setyo agar Datuk Setyo tidak bisa kabur atau pun melakukan perlawanan.

‘Buruk sekali nasibku! Berusaha kabur dari wanita iblis itu, tapi malah bertemu dua siluman yang sangat kuat. Kalau begini jadinya, lebih baik aku bertemu wanita iblis itu. Argh! Sial.... baru kali ini aku menyesali keputusanku!’

‘Tidak! Bertemu kembali wanita iblis itu dan dua siluman ini sama buruknya. Cepat atau lambat, kami akan mati. Seandainya tadi kami tadi lebih berhati-hati, pasti hal seperti ini tidak akan pernah terjadi!’ batin Datuk Setyo.

Siluman serigala yang lengannya terputus, mengeluarkan kuku-kuku tajamnya. Kuku itu memanjang dari ukuran sebelumnya. Seperti sebuah pisau.

“Bajingan sialan! Akan aku buat, kau merasakan apa yang aku rasakan!” umpat siluman serigala itu.

Sebelum siluman serigala itu mulai memotong tangan Datuk Setyo, Raga sudah bangkit.

“Datuk....” teriak Raga sambil berlari untuk menyelamatkan Datuk Setyo.

Siluman serigala yang hendak memotong tangan Datuk Setyo, tidak menghiraukan teriakan keras Raga. Sedangkan siluman yang paling besar, terkesan meremehkan Raga dengan hanya merentangkan satu tangannya untuk menahan serangan Raga yang baginya terlalu lemah.

“Sabarlah sedikit sialan....” lirih Siluman serigala berbadan besar sambil tersenyum menghina.

Pantang menyerah, Raga tak peduli jika serangannya akan diblokir atau pun dia akan dibunuh saat itu juga. Dalam benak dan pikirannya saat ini, hanya menyelamatkan Datuk Setyo bagaimana pun caranya.

WUUSSHHH

Tiga meter sebelum Raga mencapai siluman serigala, sesuatu tiba-tiba melesat cepat dari arah depan. Sesuatu itu memancarkan cahaya keperakan. Raga tak tahu, apa yang melesat ke arahnya itu. Yang ia tahu, sesuatu itu datang dari kejauhan. Dan bukan berasal dari dua siluman serigala tersebut.

TAPH!

Sesuatu yang bercahaya itu sampai pada telapak tangan kanan Raga. Raga yang merasakan sebuah benda yang tak asing baginya, langsung menangkapnya dan langsung ia genggam erat.

Dalam setengah detik yang berlalu begitu lambat, Raga melihat sebuah keris kecil seukuran telapak tangannya. Pada gagang keris tersebut, terdapat kepala kera bermahkota.

‘Keris Patrem? Milik siapa?’ pikir Raga dalam batinya.

Raga tak mengerti kenapa keris itu bisa sampai ditangannya. Namun, sejak keris itu ia genggam. Dirinya seperti merasakan sesuatu yang aneh di dalam dirinya. Dan hal itu tak bisa Raga elak.

Tak hanya Raga yang terkejut dengan kemunculan keris Patrem. Siluman serigala berbadan besar juga cukup terkejut. Ia sempat melihat keris itu melesat di sampingnya. Tapi dirinya tak tahu wujud aslinya hingga keris itu ada dalam genggaman Raga.

‘Dari mana keris itu?’

Siluman Serigala langsung mempertajam inderanya saat itu juga. Guna menemukan asal keris itu datang. Dan tak butuh sedetik, ia menemukan aroma tubuh manusia yang sedang bersembunyi di balik semak-semak di jarak 200 meter. Namun ia tak merasakan kalau manusia itu berbahaya. Bahkan, bisa dikatakan, kekuatan manusia yang bersembunyi itu, hanya setingkat di atas Datuk Setyo. Namun anehnya, ia merasakan kalau keris yang kini ada di tangan Raga, cukup berbahaya. Ada aura yang terpancar kuat.

“Ini aneh. Tapi, aku tidak akan kalah dengan keris itu. Kekuatan keris itu, hanya berbeda sedikit, dengan kekuatanku!”

Siluman Serigala mengfokuskan kekuatannya pada sebelah tangannya. Membuat otot di tangannya menjadi menguat berpuluh-puluh kali lipat. Serta mempertajam cakarnya. Dan di saat bersamaan, Raga juga sudah bersiap untuk menusukkan keris itu.

Gerakan Raga, sebenarnya hanya spontanitas. Ada dorongan dari dalam dirinya yang memintanya untuk menghunuskan keris itu sambil melakukan gerakan meninju ke arah Siluman serigala. Dan gerakan itu, tak bisa Raga hindari.

BUAAKKGGG!

Suara dentuman tercipta saat cakar dan keris di tangan Raga bertemu. Siluman serigala yang akan memotong tangan Datuk Setyo sampai menghentikan tindakannya dan langsung menoleh ke arah saudaranya untuk melihat apa yang baru saja terjadi. Dan betapa terkejutnya dirinya saat melihat separuh bagian dari saudaranya telah hilang. Dan digantikan dengan darah berwarna gelap yang terus mengucur.

“A-apa yang telah terjadi?”

Belum sempat mendapatkan jawaban, siluman serigala itu merasakan ada yang menekan tubuhnya dari atas kepala. Tekanan yang ia rasakan cukup kuat, hingga tak butuh waktu lama, tubuhnya langsung gepeng dan hancur. Bahkan sebelum ia bisa menyadari, kalau Raga yang sudah melakukan semua itu.

“Kakak!” pekik siluman serigala saat melihat tubuh saudaranya yang sudah hancur.

Untuk sedetik, Raga membeku. Otaknya berusaha mencari tahu apa yang baru saja terjadi dan apa yang baru saja ia lalukan. Dua serangan yang ia lakukan, di luar kendali dirinya.

Datuk Setyo yang masih terinjak kaki siluman serigala, juga sama terdiamnya. Ia tak mengerti kenapa Raga menjadi sangat kuat.

Dengan sisa kekuatan yang masih ada, siluman serigala berusaha untuk kabur. Ia sudah tak memiliki setitik keberanian lagi untuk menghadapi Raga.

“Aku— aku tidak mau mati di sini!” ucap siluman serigala itu yang langsung menggunakan sisa tenaganya untuk berlari secepat mungkin.

“Raga! Jangan biarkan siluman itu kabur!” teriak Datuk Setyo.

Namun belum sampai kalimat itu diucapkan semua, tubuh Raga sudah bergerak. Keris Patrem itu raga lempar lurus ke arah Siluman serigala. Dan secara mengejutkan, tubuh serigala itu hancur bagai bubur saat keris itu mengenainya.

Kembali, Raga dan Datuk Setyo terdiam untuk beberapa saat. Mereka sama-sama tidak mengerti apa yang terjadi. Sampai akhirnya Datuk Setyo melempar pertanyaan kepada Raga.

“Apa itu pusaka?”

“Sepertinya begitu, Datuk. Tapi, aku tidak tahu dari mana pusaka itu datang? Keris itu, tiba-tiba menghampiriku dan membuatku menyerang seperti tadi.”

Datuk Setyo bangkit. Ia kemudian berjalan ke arah keris yang menancap di badan pohon. Dan saat ia sampai, Datuk Setyo mencoba mencabut keris tersebut. Namun gagal.

“Itu adalah Keris Wuruk. Peninggalan Prabu Lingga Atmaja,” ucap seorang pria tua yang muncul dari arah semak-semak.

Legenda Belati Songgoh Nyowo (jilid 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang