Alas Purwo

397 52 6
                                    

Volka berjalan tanpa kesulitan berarti saat menelusuri gua. Ia tak menyangka, kenyataan di dalam gua ini sangat berbeda dengan pemikirannya sebelum memasukinya. Tampak dari luar, gua ini begitu gelap dan sempit. Namun saat sudah memasukinya, gua ini tak begitu gelap dan bagian dalamnya luas. Bahkan para Manungso bisa berjalan tegak tanpa ada masalah.
 
“Kita sudah berjalan hampir 2 jam. Apa benar ada tembusan di gua ini?” tanya Alka pada Gudo saat menemaninya di barisan belakang.
 
“Aku tak tahu. Aku hanya mengikuti tuan Volka saja. Kenapa? Apa kau meragukan tuan Volka?” tanya Gudo curiga.
 
“Tidak. Hanya saja, aku merasakan keanehan pada Tuan Volka,” jawab Alka mengecilkan suaranya.
 
Kening Gudo mengerut dan menatap Alka tajam. “Apa maksud ucapanmu itu?!” tanya Gudo.
 
“Ssttt ssttt... jangan keras-keras. Kenapa kau sampai meninggikan suaramu?!” panik Alka, karena akibat suara Gudo yang keras membuat beberapa anggota yang ada di barisan  belakang sampai tengah menoleh ke arah keduanya.
 
“Kalau kau meragukan tuan Volka, tak peduli apa kita teman atau sama-sama kapten Penunggang Kematian, akan aku penggal kepalamu!” ancam Gudo dengan suara lirih namun mengandung aura membunuh yang pekat. Membuat Alka merasa terancam akan ucapan Gudo yang serius itu.
 
Alka merinding mendengar ucapan Gudo.
 
“Te-tenanglah dulu. Jangan marah dulu. Aku belum berkata apa-apa,” ucap Alka berhati-hati. Ia tak mau sampai emosi Gudo terpancing. Lantaran jika keduanya bertarung, 100 persen Alka akan kalah telak. 
 
Gudo mendengus dan kembali menatap ke depan.
 
Alka ingin melanjutkan obrolannya mengenai keanehan yang ia rasakan pada Volka. Tapi melihat sikap Gudo yang seperti ini, membuatnya diam dan tak berani melanjutkan.
 
“Apa kau berpikir kalau misi-misi kita belakangan ini, bukan atas kehendak tuan Volka?” Gudo tiba-tiba berkata.
 
Alka melihat ke arah Gudo dengan penuh tanda tanya.
 
“Apa kau juga merasakannya?” tanya Alka.
 
“Walau ragu, tapi aku merasakannya meski sedikit. Sejak tuan Volka kembali dari kematiannya, seperti ada sesuatu yang aneh. Dan tindakannya mulai dari membantai seluruh penduduk desa di Krikil waktu itu, seperti bukan atas keinginannya. Seperti ada yang memerintah Tuan Volka untuk melakukannya.” Papar Gudo.
 
Alka merenungkan ucapan Gudo. Apa yang Gudo katakan, tak jauh beda dengan apa yang dia rasakan selama ini.
 
“Apa menurutmu, ada seseorang dibalik semua misi ini? Atau jangan-jangan, ada sesuatu yang merasuki jasad Tuan Volka sehingga dia bisa bangkit dan memerintah kita seenak jidat?!”
 
“Apa maksudmu hantu? Itu tidak masuk akal. Tuan Volka jelas sekali bangkit karena ilmu Rawa Rontek. Jika sampai ada hantu yang merasuki jasad tuan Volka. Tentu Wingit bisa merasakannya.”
 
“Kau benar juga. Tapi ini masih sulit diterima nalar bukan? Dan lagi pula, sebelumnya tuan Volka tak mempunyai ilmu Rawa Rontek. Bagaimana dia bisa memilikinya saat menjelang kematiannya?”
 
“Kalau itu, bisa saja Tuan Volka mampu menyelesaikan ilmunya sebelum dia mati. Apa kau ingat,  sebelum kita melakukan aksi gila menyerang kerajaan Jawa Barat, Tuan Volka sempat bertapa terlebih dahulu selama 40 hari penuh. Bisa saja dirinya sedang ingin menguasai ilmu Rawa Rontek itu.”
 
Alka diam, ia tak begitu yakin dengan pemikiran Gudo. Meski setelah bertapa selama 40 hari Volka menjadi jauh lebih kuat. Namun ia tak yakin jika Volka bertapa untuk mendapatkan Ilmu Rawa Rontek.
 
“Sudah, jangan banyak berpikir. Sekarang tuan Volka sudah bersama kita lagi. Dan misi kita dulu untuk menaklukkan semua kerajaan di Nusantara ini masih berlanjut. Jadi buang-buang jauh kecurigaanmu itu. Kita tak memiliki hak untuk meragukan tuan Volka.”
 
“Iya iya, aku paham. Ya sudah, aku akan melihat rombongan di tengah. Sepertinya barisan mereka sudah mulai berantakan,” ucap Alka lalu melesat cepat.
 
Selepas Alka menghilang, Gudo kembali merasakan keraguannya sendiri. Tapi sesegera mungkin ia buang jauh-jauh keraguan itu. Karena tujuan dirinya berada dalam kelompok ini cuma satu. Membunuh. Jadi asalkan dirinya bisa membunuh dan memperkuat dirinya, tidak masalah jika yang memimpin kelompok ini bukan Volka sekalipun.
 
×*×
 
Angin segar terasa bertiup dari arah depan. Menerpa wajah Volka seakan memberi tahu kalau ujung gua ini hampir di capai. Dan benar saja, tak sampai 10 meter cahaya terang terlihat.
 
Volka keluar dari dalam gua itu dan mengambil nafas segar dalam-dalam. Di susul Wingit dan Romo di belakang. Beberapa anggota di barisan depan juga keluar dengan perasaan lega. Mereka pikir, ujung gua ini tak ada. Tapi nyatanya, mereka bisa keluar juga.
 
“Ini dimana Tuan? Apa ini masih di Madura? Tapi kalau di amati baik-baik, sepertinya ini bukan di Madura. Apa jangan-jangan saat ini kita sedang ada di Jawa?” tebak Romo sambil memperhatikan sekitar.
 
“Iya, kau benar. Sekarang, kita ada di wilayah kekuasaan Prabu Sekti Siliwangi, Jawa Timur. Tepatnya di Alas Purwo!” ucap Volka teramat yakin.
 
“Alas Purwo?” celetuk Wingit terkejut.
 
Romo juga sangat terkejut. Keduanya berpikir keras. Bagaimana bisa mereka sampai di Alas Purwo dengan berjalan kaki hanya beberapa jam saja. Dan melalui gua.
 
Wingit dan Romo berbalik untuk melihat mulut gua itu lagi. Keduanya merasa sangat aneh dengan gua itu.
 
“Apa itu berarti, gua yang kita lalui barusan adalah gerbang gaib, Tuan?” tanya Wingit begitu penasaran. Lantaran, selama dirinya berjalan di dalam gua itu, dirinya sama sekali tak merasakan ada aura gaib sedikit pun. Gua itu terasa sama seperti gua pada umumnya, dingin, pengab dan lembab.
 
Romo yang mendengar pertanyaan Wingit jadi bertanya-tanya juga. Dirinya pernah mendengar soal gerbang gaib. Jika benar gua yang ia lewati gerbang gaib, maka hal aneh yang ia alami ini, bukan lah sesuatu yang aneh.
 
Volka melihat Wingit. “Perintahkan anggotamu untuk menyiapkan kemah.” Ucap Volka mengabaikan rasa penasaran Wingit.
 
Wingit langsung menundukkan kepala dan menerima perintah itu tanpa mengungkit pertanyaannya tadi.
 
“Romo, perintahkan beberapa anggotamu untuk memeriksa keadaan sekitar. Pastikan tidak ada yang mengetahui keberadaan kita. Jika ada desa di dekat sini, perintahkan Alka untuk mencari informasi. Karena besok malam, kita akan mulai bergerak menyerang.”
 
“Baik, Tuan,” jawab Romo penuh hormat.
 
Setelah memberi perintah, Volka pergi mencari sungai. Setelah kejadian di gua bersama Ratu Iblis kemarin, tubuhnya terasa lengket dan ingin menyegarkan diri.
 

Legenda Belati Songgoh Nyowo (jilid 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang