Hadiah

438 67 9
                                    

Hai guys... Part yang ini seharusnya di tampilkan di urutan ke-5. Tapi karena sudah terlanjur, ya sudah lah ya.
Untuk yang masih dibawah umur jangan baca part ini. Enggak baik! Ok 👍?

Dua jam setelah Benteng Madura di taklukkan, semua anggota Penunggang Kematian melakukan pembersihan pada mayat-mayat prajurit benteng Madura yang sudah gugur. Sebanyak 50 ribu mayat itu, dijadikan makanan untuk para Manungso.

“Bagaimana? Apa kalian menikmati makanan kalian?!” tanya Gudo sambil melempar dua mayat ke arah para Manungso yang makan dengan tenang. Di halaman dalam benteng.

“Apa mayat sebanyak ini bisa mereka habiskan semua?” tanya Wingit, yang berdiri tak jauh dari Gudo.

“Entahlah, tapi jika mereka bisa memakan semua mayat ini, ku rasa mereka akan menjadi semakin kuat!” sahut Gudo.

“Tapi bukankah ini terlalu banyak. Mungkin, 3 hari pun mereka tak akan bisa menghabiskannya meski makan tanpa henti,” kata Wingit menilai jumlah para Manungso dan mayat prajurit benteng madura yang jumlahnya berbanding sangat jauh.

“Sepertinya kau ada benernya. Lalu apa kau ada solusi?” tanya Gudo.

“Solusi yang ku punya, mungkin membakar separuh jumlah mayat ini,” jawab Wingit.

Di tengah diskusi yang Gudo dan Wingit lakukan, dari atas benteng, Volka mengamati anggotanya secara saksama. Termasuk Wingit dan Gudo. Tapi dirinya enggan ikut campur dalam diskusi mereka. Karena dia ingin semua masalah dan persoalan akibat penyerangan ini di urus sendiri oleh para kapten.

Volka menatap ke arah malam yang masih terlihat mendung di atas sana. Efek kekuatan Keris Guntur masih membuat awan-awan di atas belum juga pergi.

Volka menarik nafasnya dalam-dalam lalu turun dari atas Benteng dengan cara terjun bebas ke bawah. Ketinggian Benteng yang hanya setinggi 20 meter itu bukan apa-apa baginya.

Dengan mudah Volka turun. Gudo dan Wingit yang melihat Volka cepat-cepat memberi hormat sebelum melanjutkan pekerjaan mereka.

Volka melihat ke arah para Manungso sejenak. Menyaksikan bagaimana menjijikkan dan rakusnya mereka saat makan. Serta melihat seberapa jauh mereka berkembang.

“Sungguh monster yang mengerikan,” lirih Volka lalu berjalan tenang menuju gerbang barat dari benteng madura.

Gudo melihat kepergian Volka.

“Apa Tuan Volka akan pergi lagi?” kata Gudo.

Wingit ikutan melihat ke arah Volka.

“Sepertinya begitu.”

Gudo menghela nafas panjang dan kembali memilah mayat yang ada.

“Semoga saja tak sampai selama kemarin,” harap Gudo.

Di luar benteng, Volka bertemu Alka yang sedang sibuk mengatur anak buahnya untuk membuat api unggun guna membakar mayat-mayat prajurit benteng madura yang terlalu banyak.

“Tuan!” Alka menghampiri Volka dan bersimpuh dihadapannya.

“Urus saja semua ini seperti biasanya bersama yang lain. Aku akan pergi bertapa dulu untuk melaporkan beberapa hal pada Ratu,” ucap Volka.

Legenda Belati Songgoh Nyowo (jilid 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang