Majapahit, 1319 M
Masa pemerintahan Jayanegara
(Hari ke-4)
Meskipun aku telah dilahirkan, sikapku kekal serta menjadi Iswara.
Tetapi aku memegang teguh sifatku,
Datang menjelma dengan jalan maya.
Bhagawadgita V.6.
Dyah Gitarja dan Dyah Wiyat tampak begitu penasaran pada Rania. Beberapa kali mereka menengok ke belakang, kearah Rania yang tengah berjalan mengikuti mereka. Dalam hati mereka ingin bertanya banyak hal pada perempuan itu. Namun diurungkannya karena melihat kondisi Rania yang tampak belum benar-benar pulih.
Sejak sadar, Rania hanya diam membisu. Bahkan Gitarja tak sempat menanyainya tentang apapun. Dia hanya mengangguk dan kemudian kembali termenung. Gitarja pun memendam rasa penasarannya yang besar. Dia yang pertama kali melihat tubuh perempuan itu mengambang di permukaan kolam dan sebelum diketahui seluruh istana, dia meminta agar perempuan itu di bawa ke kediamannya.
Pakaian yang terakhir kali dikenakan Rania pun masih tersimpan di ruangan para dayang. Gitarja menyimpannya agar tak menimbulkan kecurigaan bagi orang-orang di Istana. Dia hanya menyakini jika perempuan yang diselamatkannya bukan dari Majapahit, melainkan dari negeri jauh yang mungkin menarik baginya.
"Menghirup udara di tempat ini membuatku merasa lega..." ujar Gitarja. Dia memandang pada hamparan air yang di kelilingi tumbuhan berbunga warna-warni. Sesekali kupu-kupu tampak berterbangan ketika dia menghampirinya.
"Benar kakak, di tempat ini aku merasa bebas dari kakanda yang selalu mengekang kita. Aku sangat bahagia!" sahut Wiyat yang berjalan mendahuluinya sembari merentangkan selendang merah jambu-nya.
Di sela percakapan mereka, Gitarja sesekali memandang Rania. Dia ingin mendengar suara gadis itu walau hanya sedikit, "Kalau menurutmu bagaimana pemandangan kolam ini?" tanyanya sembari memandang ke belakang pada Rania yang tengah mematung.
Seketika itu, Rania pun terperanjat. Dia tak menyimak sedikitpun percakapan Gitarja dan adiknya. Dalam benaknya terlalu banyak memikirkan hal tak masuk akal yang terjadi di hidupnya. Dia tak tahu harus bersikap bagaimana pada kedua putri Majapahit itu. "Baiklah! Tidak apa jika kau masih tidak bisa bicara." ujarnya sedikit kecewa. "Kau boleh tinggal di kediamanku selama kau mau. Aku dan adikku juga tak memiliki teman selain para dayang." lanjutnya.
"Aku akan berbicara pada ibunda agar menjadikanmu seorang dayang. Dengan begitu kau juga mempunyai pekerjaan." sahut sang adik.
"Dyah Wiyat!" tegur sang kakak.
"Aku tidak bersalah kak! Dia pasti sangat putus asa hingga ingin membunuh dirinya sendiri." bisik gadis itu. Gitarja tak bisa menyankal perkataan Wiyat. Gadis itu tak mengetahui apapun selain desas-desus tentang seorang gadis yang dia ketahui telah menenggelamkan diri, bahkan asal-usul perempuan itu pun dia tak terlalu peduli.
Meninggalkan Rania, kedua bersaudara itu kemudian melanjutkan langkahnya. Mereka berjalan kembali ke Pavilium dengan beberapa dayang yang mengikuti. Mereka tak menyadari Rania yang tertinggal jauh di belakang. Rania memang tak tertarik mengikuti kedua putri itu. Pikirannya masih berkecamuk menerima kenyataan yang tak masuk akal.
Dia terdampar di masa lalu. Setiap kali memikirkannya pikiran Rania semakin tak dapat menerimanya. Terlalu banyak pertanyaan tentang bagaimana dan mengapa yang muncul di benaknya hingga dia sendiri pun tak mampu menjawabnya. Semua kejadian itu berasal dari kolam Segara, jika Rania dapat mengingatnya memang kolam itulah penyebabnya. Akan tetapi dia tak dapat memikirkan bagaimana kolam itu dapat membawanya ke masa lalu.
Dengan langkah yang ragu, Rania pun mendekati kolam itu. Batu bata merah yang membatasi tepi kolam tampak seperti di jamannya bahkan strukturnya pun tidak jauh berbeda. Hanya saja di seberang kolam tak ada jalan raya dan beberapa warung makanan kecil yang berdiri, melainkan sebuah bangunan candi dan istana yang begitu besar dengan beberapa prajurit yang tengah berlatih di lapangannya yang luas.
Untuk beberapa saat Rania mematung, dia dapat melihat pantulan tubuhnya dari permukaan kolam. Baju yang tengah dikenakannya membuatnya tampak seperti salah satu pemain Ketoprak. Lilitan Jarik sutra coklat dengan selendang berwarna kuning serta kemben untuk menutupi bagian atas tubuhnya. Rambutnya pun tak dibuatnya terurai, seorang dayang membantunya menggelung rambutnya pagi itu dan dia terlihat semakin aneh.
Di tempat ini aku tenggelam. Barangkali jika aku mengulanginya mungkin aku dapat kembali. Bukankah semua berawal dari kolam ini.
Hingga detik kemudian dia tak dapat memikirkan apapun, tubuhnya seolah melayang hingga jatuh ke dasar kolam. Dia tak sedikitpun mempunyai keraguan, pikirnya jika dia mati maka itu akan lebih baik dibandingkan menerima kenyataan yang membuatnya begitu gila. Suara tubuh Rania yang tercebur membuat kedua putri itu terkejut. Mereka memandang ke belakang dan sosok perempuan yang dikenalnya tak ada lagi disana.
"Perempuan itu..." seru Gitarja setengah parau. Mereka berlari sembari berteriak meminta pertolongan kepada beberapa prajurit yang berada disana.
Sementara di dasar kolam, kesadaran Rania masih terjaga. Dia memandang sekelilingnya yang hanya menampakkan kegelapan. Semua suara di permukaan lenyap oleh gemurung air. Dia berusaha mencari sesuatu di dasar kolam namun tak menemukan apapaun yang dapat membantunya. Rania pun mulai kehabiasan oksigen, dia berusaha berenang ke permukaan. Namun salah satu kakinya tak segaja terbelit tumbuhan air di dasar kolam. Dia pun kesulitan melepaskan diri hingga tak dapat lagi berenang.
Gelembung-gelembung berterbangan di sekitar tubuhnya, memburamkan penglihatannya. Tubuhnya terasa semakin berat namun jiwanya terasa semakin melayang. Semua terasa kembali berulang, seperti saat dia pertama kali tenggelam.
"Kolam itu hanyalah sebuah pintu masuk yang memiliki pintu keluar di tempat lain. Namun satu-satunya pintu keluar terbaikmu adalah dengan menjalani kehidupanmu sendiri dengan sebaik-baiknya kehidupan."
Teater humor tradisional yang bertema kerajaan
Pakaian tradisional
KAMU SEDANG MEMBACA
Have We Met Before
Historical FictionBertahun-tahun Rania berusaha mencari potongan puzzle dari sejarah Kerajaan Majapahit. Salah satunya dengan melakukan penelitian di air terjun Madakaripura dan yang paling menarik perhatiannya adalah tentang riwayat Mahapatih Gajah Mada. Namun bukan...