Bab 27

1.5K 213 0
                                    


Majapahit, 1328 M / Tahun Saka: 1250

Keraton Majapahit

(Tahun ke-9)

"Sebaiknya kau segera menemukan metode penyembuhan untukku! Atau posisi tabib kerajaan tidak akan berada di tanganmu!" Dia mengingat ancaman itu, terus mengingatnya hingga seakan-akan menghantui langkahnya. Di sebuah ruangan utama dia menekuk lututnya hingga bersujud. Ada seseorang di hadapannya yang duduk di atas singgasana dengan gelisa.

"Baguslah, kau bisa datang lebih cepat. Tetapi aku harap kedatanganmu membawa kabar baik."

Laki-laki itu masih bersujud, menyembunyikan sorot mata gelapnya. "Paduka... hambah datang dengan maksud memberitahu bahwa hambah telah menemukan metode yang tepat untuk menyembuhkan penyakit yang paduka derita."

"Cepat katakan! Aku sudah muak dengan penyakit ini."

"Metode ini disebut metode pembedahan, paduka! Hambah mendapatkan metode ini dari seseorang yang paduka sangat percayai jadi hambah yakin paduka tidak akan meragukannya."

"Jadi kapan aku bisa mendapatkan pengobatan dengan metode itu?"

"Secepatnya Paduka! Hambah akan mempersiapkan segalanya."

Tahun saka unsur abu memukul matahari, entah mengapa mengandung arti yang ganjil di benak Rania. Matahari yang ibarat seorang raja, unsur abu yang mungkin berarti kekalahan yang menimpah. Sejalan dengan mimpi-mimpi buruk Rania yang terus terjadi setiap malam. Tentang sebuah peristiwa berdarah, tentang perkabungan besar, kematian serta penyesalan yang dirasakannya dalam mimpi tersebut. Namun semua mimpi itu seperti slide dengan beberapa keping adegan yang tak berurutan. Hanya sebuah kata kematian yang tertangkap dengan jelas dari semua teka-teki itu. Namun tentang daun kehidupan siapa yang hendak gugur, dia tidak dapat mengetahuinya?

Seberkas cahaya menyapu kulit wajah Rania yang terlihat pucat. Langit sesudah hujan yang memayunginya, sebagian besar masih tertutup gumpalan hitam. Matahari pun hanya tampak sebagai sinar panjang yang menerobos cela-cela awan, menyorot puncak keraton yang berukir. Sepanjang waktu Rania membiarkan pikirannya kosong, menerawang langit dengan jiwa yang seolah mati sejak dia resmi menjadi calon permaisuri Jayanagara. Protokol resmi itu telah dikeluarkan oleh keraton tepat sehari setelah Rania menemui Jayanagara. Keputusannya menemui Jayanagara pun hanya berujung pada hal yang lebih buruk karena meskipun pemilihan permaisuri tersebut ditentang oleh banyak pihak tetapi Jayanagara berkeras hati tak ingin mengubah kehendaknya.

Hari pertama setelah keputusan tersebut resmi dikeluarkan oleh keraton, Rania diperintahkan untuk menempati sebuah pavilium dekat kuil suci, tempat kediaman seorang wanita Melayu yang pernah menjadi selir di Majapahit−tidak lain dan tidak bukan adalah bekas kediaman mendiang ibu kandung raja−selir Indeswari. Seorang abdi paruh baya kepercayaan Gayatri Rajaptni diperintahkan untuk mempersiapkannya. Mulai dari belajar tatacara kehidupan keraton hingga tanggung jawab kebangsawanan yang hendak diembannya.

Hari kedua, dia telah merasa terbebani dengan semua itu. Terlebih dengan sikap orang-orang disekitarnya yang tidak mendukung. Mada tidak lagi mau berbicara dengannya dan sekalipun mereka berpapasan, laki-laki itu seolah mengabaikan keberadaannya. Rania tidak dapat memahami perubahan yang amat drastis pada diri Mada. Dia juga tak mengetahui alasan laki-laki itu tidak menyukai dirinya terpilih menjadi calon permaisuri Jayanagara. Apakah karena politik atau karena suatu perasaan pribadi? Seharusnya dia tahu bahwa Rania berharap Mada membawanya pergi dari kerajaan itu.

Satu-satu orang yang masih mendukungnya hanyalah Dyah Gitarja (Tribuwana Tunggaldewi). Dia yang melarang Rania meninggalkan Majapahit dan berkata tak keberatan jika Rania menjadi anggota keluarga kerajaan. Tetapi jauh di dalam hati Rania, dia sungguh tak menginginkan posisi tersebut. Dia yang sejak dahulu tidak pernah menghendaki pernikahan dengan jalan paksa serta selalu menolak perjodohan yang diajukan oleh ibunya, mana mungkin tergoda dengan mudah hanya karena seseorang yang hendak memilikinya adalah seorang raja.

Have We Met BeforeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang