Majapahit, 1319 M
Masa pemerintahan Jayanegara
(Hari ke-22)
Dunia ini tak lebih dari benang merah yang terajut. Dimana setiap ujungnya saling terikat satu dengan yang lain. Ada yang ditakdirkan untuk bertemu dan hidup bersama selamanya. Dan ada pula yang ditakdirkan bertemu untuk berpisah pada akhirnya.
Sejarah mencatat bahwa Jayanagara adalah seorang raja yang tak bijaksana dan lemah. Dia lahir dari seorang selir yang berasal dari Melayu, kemudian menjadi putra angkat dari permaisuri pertama Raden Wijaya yang bernama Tribhuwaneswari agar dapat menjadi penerus takhta. Raden Wijaya begitu senang saat kelahiran Jayanagara, dia menjadikan Dara Petak; ibu kandung Jayanagara sebagai istri yang dipertuakan. Sementara Jayanagara sendiri, di usianya yang masih sangat belia telah diangkat menjadi raja muda di Daha dengan diwakilikan oleh Lembu Sora. Namun karena begitu diistimewahkan Jayanagara justru tumbuh menjadi seseorang yang mempunyai perilaku buruk dan sewenang-wenang.
Beberapa pejabat yang dahulu sangat menghormati Raden Wijaya pun memberontak. Mulai dari Ranggalawe, Lembu Sora, Juru Demung, Gajah Biru, Mandana dan Pawagal, Ra Semi hingga Nambi dan Ra Kuti. Sementara Rania memperkirakan bahwa dia terdampar di masa itu tepat setelah pemberontakan Nambi di tahun 1316 M. Rania tidak banyak mengingat hasil penelitian yang didapatnya di masa depan. Akan tetapi pada pemberontakan tersebut, Nambi hanya difitnah oleh seseorang pejabat lainnya yang ingin mendapatkan kedudukannya. "Dia seorang Patih Mangkubumi, Mahapati Halayudha namanya." Perkataan laki-laki itu yang masih dapat diingatnya.
"Aku benar-benar tidak mengerti dengan kakanda! Dia yang sekarang sangatlah berbeda, aku bahkan tidak dapat mengenali dirinya." ucapan Dyah Wiyat yang masih dapat didengar oleh Rania dari kejauhan. Dia tampak begitu kecewa dengan keputusan Jayanagara yang menghukum Dyah Gitarja di dalam kediamannya.
Untuk beberapa waktu yang belum ditentukan, Dyah Gitarja memang dikurung di dalam kediamannya. Bahkan orang-orang yang dapat menemui tuan putri itu pun dibatasi. "Sebenarnya apa yang kakak lakukan di luar keraton? Aku benar-benar tak mengerti!" ucapnya lagi. Dia memandang Rania sesaat kemudian kembali mengalihkan pandangannya pada Gitarja.
"Aku baik-baik saja, Dyah Wiyat! Aku hanya tak diperbolehkan keluar dari kediaman kita, itu saja."
"Tidak kakak! Aku tidak percaya meskipun kau membela kakanda. Aku bermaksud meminta bantuan ibunda untuk membebaskanmu. Kakak tunggulah disini!"
Gitarja tak dapat mencega gadis itu agar tak pergi. Dia terlalu paham sifat adiknya yang kadang masih belum bisa mengendalikan emosinya. "Apakah Gusti ayu baik-baik saja?" Tanya Rania menghampiri. Dia melangkah dengan hati-hati ke sisi Gitarja. Ada perasaan iba di dalam hatinya, "Jika ada yang gusti ayu butuhkan, hamba bersedia membantu." ujarnya lagi.
Dyah Gitarja pun tersenyum, "Aku baik-baik saja! Aku mengajakmu keluar dari keraton dan melanggar peraturan yang dibuat paduka jadi aku pantas mendapat hukuman ini. Setidaknya dia hanya mengurungku di kediamanku sendiri dan bukannya hukuman yang sangat berat."
Rania menunduk menyesal. Dyah Gitarja mengenggam tangan Rania dan mengalihkan pembicaraan. "Apakah kau kembali bersama paman Mada?" tanyanya. "Maafkan aku karena tidak mampu mengirim seseorang padamu hari itu." sesalnya.
Dengan cepat Rania pun menggeleng, "Hamba baik-baik saja gusti ayu. Bagaimana pun gusti ayu telah berbaik hati untuk memperlihatkan ibukota Majapahit pada hamba. Mungkin semua itu bukan sepenuhnya kesalahan anda." Tapi Gitarja tak langsung menyahuti. Dia melepaskan genggaman tangannya dan beranjak berdiri.
"Aku yang memutuskan jadi aku pun yang harus bertanggung jawab. Kau jangan merasa bersalah!" ujarnya sembari menghampiri beberapa barang yang dibawa Rania dari luar keraton. Ada beberapa rempah serta tanaman obat yang sudah kering, salah satunya merupakan pemberian pria tua yang telah mereka beri pertolongan. Dia mengambilnya beberapa dan memasukan ke dalam sebuah kotak persegi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Have We Met Before
Historical FictionBertahun-tahun Rania berusaha mencari potongan puzzle dari sejarah Kerajaan Majapahit. Salah satunya dengan melakukan penelitian di air terjun Madakaripura dan yang paling menarik perhatiannya adalah tentang riwayat Mahapatih Gajah Mada. Namun bukan...